Surau.co. Kelahiran dan kematian bukanlah dua kejadian terpisah, melainkan dua pintu dari rumah yang sama. Ibn Sīnā dalam al-Shifāʾ, bagian al-Ṭabī‘iyyāt, menegaskan bahwa segala yang lahir dan yang mati mengikuti hukum alam yang harmonis dan saling terkait. Setiap makhluk yang lahir adalah awal dari perjalanan, dan setiap kematian adalah pengingat bahwa hidup bersifat sementara. Memahami kedua gerak ini membuka wawasan tentang jiwa, tubuh, dan relasi manusia dengan semesta.
Kelahiran: Awal dari Segala Perjalanan
Kelahiran menandai awal kehidupan yang sarat dengan potensi dan harapan. Ibn Sīnā menulis:
“الولادة بداية حركة الروح والجسد في هذا العالم”
“Kelahiran adalah awal gerak jiwa dan tubuh di dunia ini.”
Fenomena sehari-hari: bayi yang lahir menangis, mata yang terbuka untuk pertama kali, dan langkah pertama yang diambil manusia menjadi simbol gerak yang baru. Tubuh mulai belajar, jiwa mulai berkembang, dan alam sekitarnya memberi bimbingan. Kelahiran mengajarkan manusia untuk menghargai waktu, merawat diri, dan menyadari setiap detik adalah kesempatan untuk tumbuh.
Al-Qur’an menekankan pentingnya memahami proses lahir dan hidup:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنتُمْ بَشَرٌ تَنتَشِرُونَ
“Dan salah satu tanda-Nya, Dia menciptakan kalian dari tanah, kemudian kalian berkembang menjadi manusia yang tersebar.” (QS. Ar-Rum: 20)
Kelahiran adalah ajakan untuk menyadari hubungan antara jasmani dan rohani, antara individu dan alam semesta.
Kematian: Pintu Menuju Keseimbangan
Kematian bukan akhir yang menakutkan, melainkan fase lain dari gerak alam. Ibn Sīnā menegaskan:
“الموت تحول من حالة الحركة في العالم المادي إلى حالة الوجود الروحي”
“Kematian adalah transformasi dari gerak di dunia material menuju eksistensi spiritual.”
Fenomena sehari-hari: daun yang gugur, hewan yang mati, dan manusia yang pergi dari dunia mengingatkan bahwa setiap bentuk hidup memiliki siklus. Kematian mengajarkan manusia untuk menghargai hidup, bersyukur atas setiap pengalaman, dan menyiapkan jiwa untuk kembali ke asalnya.
Al-Qur’an mengingatkan manusia akan kesementaraan hidup:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)
Kesadaran akan kematian membantu manusia menata kehidupan, menyeimbangkan kebutuhan lahir dan batin, serta menghargai setiap detik keberadaan.
Hubungan Kelahiran dan Kematian
Ibn Sīnā menekankan bahwa kelahiran dan kematian adalah bagian dari satu kesatuan:
“الولادة والموت هما وجهان لعملة واحدة، وكل واحدة تعكس الأخرى”
“Kelahiran dan kematian adalah dua sisi dari koin yang sama, masing-masing mencerminkan yang lain.”
Fenomena sehari-hari: pohon yang menumbuhkan benih sekaligus kehilangan daunnya, manusia yang dilahirkan sambil menyaksikan siklus kehidupan di sekitarnya. Kesadaran ini menumbuhkan rasa hormat terhadap hidup dan kematian, serta mengajarkan keseimbangan antara menerima dan melepaskan.
Al-Qur’an menegaskan keterkaitan ini:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا وَمَا تَغْفِلُونَ
“Dan salah satu tanda-Nya, Dia menciptakan kalian dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kalian berpasang-pasangan, namun kalian lalai.” (QS. Al-Mu’minun: 12–13)
Kelahiran dan kematian menjadi guru bagi manusia untuk hidup selaras dengan alam dan mempersiapkan perjalanan spiritualnya.
Refleksi: Menyadari Setiap Detik
Ibn Sīnā menulis:
“فهم الولادة والموت يقود الإنسان إلى الحكمة والاعتدال في حياته”
“Memahami kelahiran dan kematian menuntun manusia pada kebijaksanaan dan keseimbangan dalam hidupnya.”
Fenomena sehari-hari: seorang anak belajar menghargai teman-temannya, seorang dewasa menata waktunya, dan orang tua menyiapkan generasi berikutnya. Kesadaran akan kedua pintu ini menuntun manusia untuk menyeimbangkan keinginan, tanggung jawab, dan kesadaran spiritual.
Al-Qur’an mengingatkan bahwa kehidupan adalah ujian dan setiap detik adalah kesempatan:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada orang tua.” (QS. An-Nisa: 36)
Menjadi sadar akan kelahiran dan kematian memberi manusia kemampuan untuk hidup dengan lebih bijak, memupuk empati, dan menghargai perjalanan hidupnya sendiri serta orang lain.
Kesimpulan: Dua Pintu yang Saling Menguatkan
Kelahiran dan kematian adalah dua pintu yang saling menguatkan, mengajarkan manusia untuk menghargai hidup dan mempersiapkan jiwa menghadapi akhir. Ibn Sīnā menekankan bahwa memahami siklus ini adalah kunci kebijaksanaan dan keseimbangan. Fenomena sehari-hari mengingatkan kita bahwa setiap langkah, setiap napas, dan setiap detik adalah kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
