Kisah
Beranda » Berita » Kisah Heroik Khabbab bin Al-Aratt: Pilar Kesabaran di Tengah Badai Ujian

Kisah Heroik Khabbab bin Al-Aratt: Pilar Kesabaran di Tengah Badai Ujian

Ilustrasi Kisah Heroik Khabbab bin Al-Aratt

SURAU.CO – Khabbab bin Al-Aratt adalah sosok yang mungkin kurang dikenal luas. Namun, kisahnya sangat menggugah hati. Ia adalah salah satu pilar awal tegaknya agama Islam. Khabbab menghadapi berbagai cobaan berat. Ia menunjukkan keteguhan iman luar biasa. Oleh karena itu, kisahnya patut menjadi teladan bagi kita semua.

Awal Mula Keislaman Khabbab

Khabbab bukan berasal dari Makkah. Ia seorang budak yang dibawa ke kota suci itu. Tepatnya, ia adalah budak dari Ummu Anmar binti Siba’ al-Khuza’iyyah. Ia dikenal sebagai pandai besi. Khabbab mencari nafkah dengan keterampilan tangannya. Akan tetapi, hati kecilnya mencari sesuatu yang lebih bermakna.

Ketika seruan dakwah Nabi Muhammad SAW mulai bergema, Khabbab segera menyambutnya. Ia termasuk golongan as-sabiqunal al-awwalun. Ini adalah kelompok pertama yang memeluk Islam. Khabbab memeluk Islam pada masa-masa awal. Pada waktu itu, dakwah Nabi masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Keislamannya bukan tanpa risiko. Bahkan, risikonya sangat besar.

Ujian Berat di Jalan Allah

Kaum Quraisy segera mengetahui keislaman Khabbab. Mereka sangat menentang ajaran baru ini. Maka, Khabbab menjadi target penyiksaan. Pemiliknya, Ummu Anmar, sangat membencinya. Ia sering menyiksa Khabbab tanpa belas kasihan. Bahkan, ada kisah yang sangat terkenal. Ummu Anmar memanaskan besi hingga membara. Lalu, ia menempelkannya ke punggung Khabbab. Panasnya besi itu membuat kulit Khabbab melepuh. Meskipun demikian, Khabbab tetap tidak goyah.

Abu Jahal, salah satu pemimpin Quraisy, juga berperan besar dalam penyiksaan. Ia terkenal sangat kejam. Abu Jahal sering datang ke bengkel Khabbab. Ia memaksa Khabbab untuk meninggalkan Islam. Namun, Khabbab selalu menolak. Ia menjawab dengan penuh keyakinan. Imannya tidak tergoyahkan.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

“Demi Allah, aku tidak akan pernah meninggalkan Islam,” katanya.

Penyiksaan yang dialami Khabbab sangat brutal. Mereka sering mengikat dan menyeretnya di jalanan. Bahkan, ia pernah ditelentangkan di atas bara api. Orang-orang Quraisy terus menindihnya. Mereka ingin agar Khabbab menyerah. Namun, api iman dalam dadanya tidak pernah padam. Ia tetap teguh pada keyakinannya.

Keteguhan Iman yang Menginspirasi

Ketabahan Khabbab sungguh luar biasa. Ia adalah simbol kesabaran. Setiap kali disiksa, ia selalu bersabar. Ia tidak pernah mengeluh. Hal ini menunjukkan keimanan yang sangat mendalam. Ia yakin akan pertolongan Allah SWT. Ia percaya pada janji-Nya.

Penyiksaan ini berlangsung bertahun-tahun. Khabbab bukan satu-satunya yang menderita. Banyak sahabat lain juga mengalami penyiksaan. Bilal bin Rabah, Sumayyah, dan keluarga Yasir adalah contohnya. Mereka semua menunjukkan keteguhan yang sama. Mereka rela mengorbankan segalanya. Semua demi agama Allah.

Suatu hari, Nabi Muhammad SAW melihat kondisi Khabbab. Punggungnya penuh luka bekas penyiksaan. Hati Nabi sangat tersentuh. Nabi berdoa untuknya. Doa Nabi memberikan kekuatan tambahan. Oleh karena itu, Khabbab semakin teguh.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Peran Penting Khabbab dalam Sejarah Islam

Selain ketabahan, Khabbab juga memiliki peran lain. Ia seorang hafiz Al-Quran. Ia sering membacakan ayat-ayat suci. Bahkan, Khabbab pernah mengajar Al-Quran. Ia mengajar Fatimah binti Khattab, adik Umar bin Khattab. Kisah keislaman Umar bin Khattab juga terkait dengannya.

Suatu hari, Umar bin Khattab marah besar. Ia berniat membunuh Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya, ia mendengar adiknya sedang membaca Al-Quran. Fatimah dan suaminya, Said bin Zaid, telah memeluk Islam. Mereka berdua belajar dari Khabbab.

Umar kemudian masuk ke rumah adiknya. Ia sangat terkejut. Ia melihat Khabbab sedang mengajar. Umar meminta lembaran Al-Quran itu. Fatimah menolak. Ia meminta Umar bersuci terlebih dahulu. Setelah bersuci, Umar membaca sebagian ayat. Hatinya tersentuh. Inilah awal mula keislaman Umar bin Khattab. Dengan demikian, peran Khabbab sangat besar di sini.

Hijrah dan Kehidupan Setelahnya

Setelah bertahun-tahun penyiksaan, akhirnya tiba saatnya hijrah. Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat berhijrah ke Madinah. Khabbab termasuk yang berhijrah. Ia meninggalkan semua kenangan pahit di Makkah. Di Madinah, ia bisa beribadah dengan tenang. Ia dapat menjalankan ajaran Islam secara terbuka.

Di Madinah, Khabbab melanjutkan hidupnya. Ia berpartisipasi dalam berbagai peperangan. Ia ikut dalam Pertempuran Badar. Ia juga terlibat dalam Perang Uhud. Ia selalu setia mendampingi Nabi Muhammad SAW. Pengabdiannya tidak pernah luntur.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Akhir Hayat Khabbab

Khabbab hidup hingga masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ia meninggal dunia pada tahun 37 Hijriyah. Jenazahnya dimakamkan di Kufah. Ia merupakan salah satu sahabat yang berumur panjang. Namun, luka-luka di tubuhnya tidak pernah hilang. Bekas penyiksaan itu tetap membekas.

Sebelum wafat, Khabbab pernah berkata, “Demi Allah, aku tidak memiliki satu pun dirham atau dinar. Aku tidak memiliki apa-apa selain rumah ini.”

Pernyataan ini menunjukkan kesederhanaannya. Ia tidak mengumpulkan harta. Bahkan, ia juga pernah menunjukkan punggungnya. Punggungnya penuh bekas luka. Itu adalah bukti pengorbanannya di jalan Allah.

Pelajaran dari Kisah Khabbab

Kisah Khabbab bin Al-Aratt mengajarkan banyak hal. Pertama, keteguhan iman adalah kunci utama. Oleh karena itu, dalam menghadapi cobaan, kita harus tetap teguh. Kedua, kesabaran sangat penting. Selanjutnya, penderitaan akan terlewati jika kita bersabar. Ketiga, pengorbanan di jalan Allah akan selalu berbuah manis. Bahkan jika tidak di dunia, pasti di akhirat.

Khabbab adalah teladan sejati. Ia menunjukkan bahwa iman sejati tidak dapat dipatahkan. Tidak ada penyiksaan yang dapat melunturkan keyakinan. Semoga kisah inspiratif ini dapat menguatkan iman kita. Semoga kita semua dapat meneladani ketabahan Khabbab. Ia adalah pahlawan Islam yang patut dikenang. Kisahnya abadi. Mari kita terus belajar darinya.

`


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement