Khazanah
Beranda » Berita » Waktu Bukan Musuhmu, Ia Hanya Bayangan Gerak Jiwa

Waktu Bukan Musuhmu, Ia Hanya Bayangan Gerak Jiwa

Waktu sebagai bayangan gerak jiwa menurut Ibn Sīnā
Ilustrasi manusia yang berjalan dengan bayangan panjang di belakangnya, menunjukkan bahwa waktu mengikuti gerak.

Surau.co. Waktu bukan musuh – Hidup sering membuat kita gelisah pada detik-detik yang berjalan. Kita merasa dikejar, ditinggalkan, atau bahkan dipermainkan oleh waktu. Padahal dalam pandangan seorang pemikir besar, waktu bukanlah sosok yang menakutkan. Ia hanyalah bayangan dari gerak, tanda kehidupan, dan alur jiwa yang sedang mencari keseimbangan.

Dalam kitab al-Shifāʾ bagian al-Ṭabī‘iyyāt, Ibn Sīnā menyingkap makna mendalam tentang alam, gerak, dan keterkaitannya dengan kehidupan. Waktu bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan refleksi dari pergerakan alam semesta. Sebagaimana hari berganti malam, sebagaimana hati berubah dari gundah menjadi tenang, demikianlah waktu hanya menunjukkan kita pada gerak yang tak henti.

Menemukan Jejak Kehidupan dalam Gerak

Kita terbiasa menghitung waktu dengan jam, kalender, atau tanda-tanda yang terlihat. Namun, Ibn Sīnā mengingatkan bahwa esensi waktu adalah gerak yang terukur. Tanpa gerak, tak ada arti “sekarang”, “kemarin”, atau “besok”.

Ia menulis:

“الزمان عدد الحركة بحسب قبل وبعد”
“Waktu adalah bilangan dari gerak, ditinjau dari sebelum dan sesudah.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kalimat ini membangunkan kita: waktu bukan musuh, melainkan cermin yang menampakkan arah perjalanan. Saat hati kita resah karena merasa tertinggal, sesungguhnya yang tertinggal hanyalah persepsi, bukan jiwa kita yang sejati.

Kehidupan Sehari-Hari: Antara Kejaran Waktu dan Gerak Hati

Fenomena yang sering kita jumpai adalah orang-orang yang merasa hidupnya habis dikejar jam kerja, tenggat, atau target. Mereka panik ketika waktu terasa singkat. Namun, jika direnungkan, waktu tidak berlari meninggalkan kita. Ia hanya mengalir bersama gerak kehidupan.

Ibn Sīnā kembali mengingatkan:

“الحركة هي كمال أول لما بالقوة من حيث هو بالقوة”
“Gerak adalah kesempurnaan awal bagi sesuatu yang memiliki potensi, sejauh ia masih berada dalam potensi itu.”

Dengan kata lain, setiap detik yang kita sebut waktu adalah kesempatan bagi potensi diri untuk bergerak menjadi nyata. Bukankah ini justru kabar gembira? Bahwa waktu membuka ruang bagi kita untuk bertransformasi.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Menyelaraskan Gerak Jiwa dengan Kehendak Ilahi

Al-Qur’an mengajarkan bahwa perjalanan waktu adalah tanda bagi orang-orang yang mau berpikir:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
“Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi siapa yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.” (QS. Al-Furqān: 62)

Ayat ini menyatu dengan pandangan Ibn Sīnā. Malam dan siang bukan musuh yang menuaikan kita, melainkan guru yang menuntun kita agar sadar pada makna hidup. Jika kita mampu menyesuaikan gerak jiwa dengan kehendak Ilahi, waktu justru menjadi ladang syukur, bukan penjara.

Saat Waktu Menjadi Sahabat, Bukan Lawan

Seringkali kita ingin menghentikan waktu ketika bahagia, atau mempercepatnya ketika derita. Tetapi Ibn Sīnā menulis dengan penuh kebijaksanaan:

“الزمان ليس بجوهر قائم بنفسه ولا عرض لجوهر، بل هو مقدار للحركة”
“Waktu bukanlah substansi yang berdiri sendiri, bukan pula sifat dari substansi, melainkan ukuran bagi gerak.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ketika kita sadar akan hal ini, waktu berubah wajah: ia menjadi sahabat yang mengingatkan, bukan penguasa yang menindas. Setiap jam yang berlalu adalah ukuran dari langkah yang telah kita tempuh.

Menghidupkan Jiwa dengan Kesadaran Waktu

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin merasa kehilangan waktu saat terlalu sibuk dengan urusan dunia. Namun kesadaran akan hakikat waktu membuat kita lebih arif. Waktu tidak hilang; ia hanya bergerak bersama amal dan niat kita.

Ibn Sīnā menegaskan lagi:

“إن الزمان تابع للحركة وجوداً وعدماً”
“Sesungguhnya waktu itu mengikuti gerak, ada bersamanya dan lenyap bersamanya.”

Artinya, jika kita mampu mengarahkan gerak jiwa pada kebaikan, maka waktu yang kita lewati akan abadi dalam makna.

Refleksi: Hidupkan Setiap Detik dengan Cahaya

Hidup adalah serangkaian gerak, dan waktu hanyalah ukurannya. Maka janganlah menganggap waktu sebagai musuh. Ia bukan perampas usia, melainkan pengingat bahwa setiap potensi menunggu untuk diwujudkan.

Waktu yang kita sebut “hilang” sesungguhnya tidak pergi, ia hanya berubah menjadi jejak. Seperti bayangan yang mengikuti tubuh, waktu adalah pantulan dari gerak jiwa kita. Maka hiduplah dengan gerak yang selaras dengan kebaikan, agar bayangan itu meninggalkan jejak indah.

Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Al-Rūm: 21)

Maka, marilah kita menatap waktu bukan dengan rasa takut, melainkan dengan penuh syukur. Sebab, waktu bukan musuhmu. Ia hanya bayangan gerak jiwa, yang menuntunmu pulang kepada-Nya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement