Surau.co. Sejak manusia pertama kali menatap langit malam, pertanyaan sederhana selalu muncul: mengapa bintang-bintang berputar, bulan naik turun, dan matahari tidak pernah alpa dari tugasnya? Jawabannya ada dalam gerak. Alam tidak pernah diam, ia terus bergerak dengan irama yang sabar, pelan, dan penuh kepastian.
Ibn Sīnā dalam al-Shifāʾ menguraikan bahwa gerak adalah tanda kehidupan, bahkan pada hal yang tampak paling beku. Batu yang menggelinding, air yang mengalir, angin yang berhembus—semuanya menyimpan rahasia kesabaran. Dalam bahasa beliau:
«الحَرَكَةُ كَمَالٌ أَوَّلُ لِمَا هُوَ بِالقُوَّةِ مِنْ جِهَةِ مَا هُوَ بِالقُوَّةِ»
“Gerak adalah kesempurnaan pertama bagi sesuatu yang berada dalam potensi, sejauh ia berada dalam potensi itu.”
Gerak, menurut penjelasan ini, bukan sekadar pindah tempat, tetapi cara alam menyempurnakan dirinya. Dan di dalam proses itu, tersimpan ajaran tentang kesabaran.
Kesabaran dalam Fenomena Sehari-hari
Cobalah lihat air hujan yang jatuh dari langit. Ia tidak pernah tergesa, setiap tetes turun dengan jalannya sendiri. Lalu air itu menyusup ke tanah, meresap sedikit demi sedikit hingga memberi kehidupan bagi akar pepohonan. Begitu pula kehidupan manusia: apa yang ditanam hari ini tidak selalu tumbuh besok. Alam mengingatkan kita bahwa sabar adalah hukum dasar pertumbuhan.
Dalam kitabnya, Ibn Sīnā menuliskan:
«الطَّبِيعَةُ لَا تَنْقُضُ نَفْسَهَا، بَلْ تَسِيرُ عَلَى سَبِيلٍ مُسْتَقِيمٍ»
“Alam tidak merusak dirinya sendiri, tetapi berjalan pada jalan yang lurus.”
Maka siapa pun yang ingin belajar tentang kesabaran, belajarlah dari bumi yang menahan benih, dari langit yang menunggu fajar, dari pohon yang bertahun-tahun menyimpan buah.
Gerak Jiwa dalam Gerak Alam
Tidak hanya benda-benda luar yang bergerak. Jiwa manusia pun punya geraknya sendiri: dari kebodohan menuju pengetahuan, dari gelisah menuju ketenangan. Gerak ini kadang tidak terlihat, tetapi lebih nyata daripada angin yang tak kasat mata.
Ibn Sīnā menggambarkan gerak jiwa sebagai bagian dari hukum alam:
«النَّفْسُ تُشَارِكُ الطَّبِيعَةَ فِي التَّدَرُّجِ وَالتَّكْمِيلِ»
“Jiwa ikut serta bersama alam dalam bertahap dan menyempurnakan diri.”
Seperti planet yang berputar tanpa pernah berhenti, jiwa pun berputar mencari cahaya. Kesabaran adalah bahan bakar putaran itu. Tanpa sabar, jiwa akan kehilangan orbitnya.
Menghadapi Ujian Hidup dengan Irama Semesta
Hidup sehari-hari penuh ujian. Kadang kita ingin segera sukses, segera sembuh, segera sampai pada tujuan. Namun gerak semesta mengajarkan, setiap hal punya waktunya. Matahari tidak pernah terbit sebelum fajar, dan fajar tidak pernah datang sebelum malam mencapai puncak gelapnya.
Firman Allah ﷻ mengingatkan dalam Al-Qur’an:
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ (النحل: 127)
“Bersabarlah, dan kesabaranmu itu tidak lain kecuali dengan pertolongan Allah.”
Kesabaran bukan berarti diam tanpa usaha. Justru ia adalah gerak yang setia, langkah yang terus diayunkan meski perlahan. Inilah harmoni antara kehendak manusia dengan irama semesta.
Sabar Itu Gerak, Bukan Diam
Banyak orang mengira sabar adalah menunggu tanpa bergerak. Padahal, sabar adalah gerak yang tidak putus. Seperti sungai yang mengalir, meski lambat, ia tetap menuju samudra. Seperti bumi yang berputar, meski tak terlihat, ia tetap membawa siang dan malam.
Ibn Sīnā menyampaikan dengan indah:
«الحَرَكَةُ إِذَا انْقَطَعَتْ بَطَلَ الكَوْنُ»
“Jika gerak terhenti, maka keberadaan pun lenyap.”
Maka sabar adalah jaminan keberadaan. Selama kita sabar, kita masih bergerak; selama bergerak, kita masih hidup.
Refleksi: Menjadi Murid Alam
Dunia modern sering mengajarkan serba cepat. Pekerjaan, teknologi, bahkan cinta dijalani dengan tergesa. Namun alam, sejak ribuan tahun lalu, tetap dengan irama pelan dan setia. Dari sini kita bisa belajar: jadilah murid alam, biarkan geraknya menuntun kita pada kesabaran yang mendalam.
Ketika malam terasa berat, ingatlah langit tidak pernah gagal menghadirkan pagi. Ketika doa terasa belum terkabul, ingatlah pohon yang menunggu musim untuk berbuah. Dan ketika hati lelah menunggu jawaban, ingatlah bumi yang tetap berputar membawa harapan baru setiap harinya.
* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
