Khazanah
Beranda » Berita » Abdullah bin Zubair bin Awwam : Muhajirin Pertama yang Terlahir di Madinah

Abdullah bin Zubair bin Awwam : Muhajirin Pertama yang Terlahir di Madinah

Abdullah bin Zubair BIN AWWAM : Muhajirin Pertama yang Terlahir di Madinah
Ilustrasi hijrah kaum muslimin ke Madinah.

SURAU.CO -Abdullah bin Zubair seorang sahabat Nabi yang berasal dari
suku Quraisy keturunan Bani Asadi. Ayahnya bernama al-Zubair ibn al-Awwam ibn Khuwailid ibn Asad. Ibunya bernama Asma binti Abu Bakar al-Shiddiq. Aisyah binti Abu Bakar adalah uwaknya. Nenek dari ayahnya adalah Shafiyah binti Abdul Muthalib yang tak lain adalah bibi Nabi Muhammad saw.

Muhajirin pertama yang lahir di Madinah

Asma berhijrah menuju Madinah dalam keadaan hamil mengandung Abdullah bin Zubair. Tidak lama setelah menetap di Madinah, Abdullah bin  Zubair lahir. Jadi, Abdullah bin Zubair adalah Muhajirin pertama yang lahir di Madinah. Menyambut kelahiran Abdullah bin Zubair, Rasulullah saw. mengunyah sebutir kurma lalu menyuapkannya pada Abdullah.

Rasulullah saw. memberinya nama “Abdullah”, dengan demikian, air liur Rasulullah adalah minuman yang pertama memasuki tenggorokannya. Abdullah bin Zubair dipanggil dengan nama kakeknya, yaitu Abu Bakar. Ketika Asma melahirkan Abdullah, seluruh kaum muslim bersukacita. Mereka berkeliling di jalan-jalan kota Madinah.

Patahnya sihir orang Yahudi Madinah

Mereka berbahagia karena orang Yahudi pernah berkata,

“Kami telah menyihir kalian. Karenanya, tidak akan lahir seorang anak pun bagi mereka.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Namun, Allah mementahkan sihir dan celaan mereka ketika Asma melahirkan Abdullah.

Sikap keras ayah Abdullah bin Zubair pada wanita

Saat telah memasuki usia dewasa, Abdullah bin Zubair selalu dibawa serta dalam peperangan oleh ayahnya, al-Zubair. Sang  ayahnya itu mendidiknya menjadi perwira yang berani dan disiplin. Al-Zubair sendiri sadar, ia bersikap keras kepada wanita, terutama istrinya. Bahkan, suatu hari, Abdullah mendengar ibunya meminta tolong karena dipukul ayahnya.

Ketika ia akan masuk kamar untuk menenangkan ibunya, ayahnya mengancam,

“Jika kau berani masuk, ibumu aku talak.”

Abdullah tidak memedulikan ancaman ayahnya. Ia masuki kamar ibunya sehingga jatuhlah talak kepada Asma. Setelah bercerai dengan al-Zubair, Asma hidup bersama putranya, Abdullah. Dengan segala upaya ia mendidik dan menanamkan nilai-nilai kehormatan dan kemuliaan pada diri Abdullah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Didikan sang ibu pada Abdullah bin Zubair

Sang ibu sangat tidak suka jika Abdullah tumbuh menjadi orang yang mudah menyerah dan gampang patah. la harus menjadi laki-laki yang kuat dan teguh pendirian.

Dalam urusan ibadah, Abdullah termasuk orang yang tekun dan saleh. la pun gemar menjalankan sunnah, baik shalat, puasa, maupun sunnah-sunnah lainnya. Kekhusyukannya sulit tertandingi. Ketika ia rukuk atau sujud, burung-burung akan merasa nyaman hinggap pada pundaknya, seakan bertengger pada dahan pohon.

Pribadi yang tak pernah menyerah

Abdullah pernah ikut serta dalam pertempuran di Afrika bersama Ibn Abu Sarah. Ia juga ikut dalam Perang Jamal bersama ayahnya melawan Ali ibn Abu Thalib dan Abu Bai‘ah (Yazid ibnMuawiyah). la juga pernah dikepung oleh pasukan al-Hajjaj di tanah haram (Makkah), namun ia tak menyerah sedikit pun.

Ketika ia telah kehilangan banyak pengikut dan anak-anaknya, Asma sang ibu berkata,

“Jika kau yakin bahwa kau berada di jalan kebenaran, tabahlah! Jangan biarkan budak-budak Bani Umayyah memenggai lehermu.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Mendapat motivasi dari ibunya, Abdullah kembali bangkit melawan. Sayang, ia terkena lontaran batu dari arah bukit Shafa, tepat mengenai kepalanya. la jatuh tersungkur dengan darah mengucur deras dari kepalanya. Pasukan al-Hajjaj bergegas membunuhnya.

Setelah itu, al-Hajjaj menemui Asma dan berkata, “Bagaimana menurutmu tentang perbuatanku terhadap musuh Allah?”
Asma menjawab, “Aku melihatmu hanya merusak dunianya, dan ia telah merusak akhiratmu. Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Di Tsaqif ada seorang pendusta dan seorang perusak. Sang pendusta kami telah lihat dan seorang perusak adalah kau.”

Dari Abdullah bin Zubair kita mengambil pelajaran untuk tetap menjadi pribadi muslim yang pantang menyerah dan menjadi anak yang berbakti kepada orangtua terutama ibu. (St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement