Mode & Gaya
Beranda » Berita » Menahan Diri dari Flexing dan Hedonisme: Menemukan Makna Hidup dalam Perspektif Islam

Menahan Diri dari Flexing dan Hedonisme: Menemukan Makna Hidup dalam Perspektif Islam

Dalam era digital ini, fenomena “flexing” dan hedonisme semakin marak. Banyak individu berlomba menunjukkan kekayaan dan gaya hidup mewah. Mereka memamerkan harta benda dan pengalaman serba wah. Perilaku ini sering terlihat di media sosial. Seolah-olah kebahagiaan identik dengan kemewahan dunia. Namun, Islam menawarkan panduan berbeda. Konsep menahan diri adalah kunci. Ini demi hidup lebih bermakna dan spiritual.

Memahami Flexing dan Hedonisme dalam Konteks Modern

Flexing adalah tindakan pamer kekayaan. Orang memamerkan barang mahal atau gaya hidup boros. Tujuannya mencari pengakuan atau pujian. Sementara itu, hedonisme adalah pandangan hidup. Ia menganggap kenikmatan duniawi sebagai tujuan utama. Kesenangan fisik dan materi menjadi prioritas. Kedua perilaku ini dapat menjebak seseorang. Mereka mengejar kepuasan sesaat. Hal ini mengabaikan nilai-nilai yang lebih dalam.

Media sosial memperparah fenomena ini. Platform tersebut menjadi panggung utama. Banyak orang mempertontonkan kehidupan mereka. Standar kebahagiaan pun bergeser. Orang merasa harus terlihat kaya dan sukses. Jika tidak, mereka akan merasa tertinggal. Tekanan sosial ini sangat kuat. Akibatnya, banyak yang terjerumus dalam gaya hidup flexing. Mereka mengadopsi prinsip hedonisme tanpa sadar.

Perspektif Islam: Pentingnya Menahan Diri

Islam mengajarkan keseimbangan dalam hidup. Agama ini menganjurkan moderasi dalam segala hal. Menahan diri adalah prinsip fundamental. Ini mencakup menahan diri dari nafsu duniawi. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat 77:

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Ayat ini mengingatkan kita. Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Kita boleh menikmati rezeki Allah. Namun, jangan sampai melupakan tujuan utama. Tujuan utama adalah meraih kebahagiaan abadi. Jangan sampai berlebihan dalam menikmati dunia.

Konsep Zuhud dan Qanaah: Jalan Menuju Kehidupan Bermakna

Dalam Islam, ada dua konsep penting. Yaitu zuhud dan qanaah. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya. Zuhud berarti tidak terikat hati pada dunia. Harta benda adalah sarana. Bukan tujuan akhir hidup kita. Orang yang zuhud tetap bekerja. Mereka mencari rezeki halal. Namun, hatinya tidak bergantung pada harta.

Qanaah berarti merasa cukup. Seseorang mensyukuri apa yang dimiliki. Ia tidak tamak akan hal lebih. Qanaah membawa ketenangan batin. Ia menjauhkan seseorang dari iri hati. Ini juga menjauhkan dari gaya hidup boros. Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan qanaah (merasa cukup) dengan apa yang Allah berikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Hadis ini menekankan keberkahan. Keberkahan bagi orang yang qanaah. Qanaah membuat hidup lebih tenang. Seseorang bisa fokus pada hal penting. Hal penting itu adalah ibadah dan kebaikan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Dampak Negatif Flexing dan Hedonisme

Pamer kekayaan membawa banyak dampak buruk. Pertama, timbul rasa riya. Riya adalah ingin dilihat orang lain. Ini merusak nilai ibadah seseorang. Kedua, muncul sifat sombong dan angkuh. Orang yang flexing merasa lebih unggul. Mereka meremehkan orang lain. Ketiga, memicu iri hati di masyarakat. Orang miskin bisa merasa minder. Ini bisa menimbulkan ketidakpuasan.

Hedonisme juga memiliki dampak negatif. Ia mendorong konsumerisme berlebihan. Seseorang terus mengejar kenikmatan materi. Ini tanpa batas. Uang jadi prioritas utama. Ia lupa akan nilai-nilai spiritual. Hubungan sosial juga bisa terganggu. Orang menjadi egois dan individualistis. Kebahagiaan sejati tidak akan ditemukan. Kebahagiaan sejati ada dalam hati.

Menjaga Hati dan Niat di Era Digital

Di era media sosial, menjaga hati sangat krusial. Kita harus mawas diri. Jangan sampai terbawa arus flexing. Setiap postingan di medsos harus dilandasi niat baik. Apakah postingan itu bermanfaat? Apakah ia menginspirasi kebaikan? Atau justru memicu iri hati?

Ketika melihat orang flexing, cobalah introspeksi. Ingatlah bahwa setiap orang punya ujian. Rezeki setiap orang berbeda-beda. Fokus pada diri sendiri. Tingkatkan ibadah dan kebaikan. Jauhkan hati dari hasad. Hasad berarti iri hati.

Membangun Gaya Hidup Sederhana dan Bermakna

Membangun gaya hidup sederhana dimulai dari niat. Niatkan untuk mendekatkan diri pada Allah. Prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan. Belanjalah secara bijak dan hemat. Jangan boros atau berlebihan.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Carilah kebahagiaan dari hal-hal kecil. Syukuri nikmat yang ada. Bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Perbanyak sedekah dan berbagi. Membantu orang lain memberi kepuasan batin. Ini lebih dari sekadar pamer harta. Jaga hubungan baik dengan sesama. Saling mengingatkan dalam kebaikan.

Fokuslah pada pengembangan diri. Tingkatkan kualitas ibadah. Belajarlah ilmu agama. Ini akan memperkaya jiwa. Menjaga lisan dari perkataan buruk juga penting. Hindari ghibah dan fitnah. Kehidupan yang bermakna adalah kehidupan yang seimbang. Seimbang antara dunia dan akhirat.

Kesimpulan

Flexing dan hedonisme adalah ujian zaman. Islam menawarkan solusi nyata. Solusi itu adalah menahan diri. Konsep zuhud dan qanaah adalah panduan. Mereka membawa kita pada kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini bersifat abadi. Ini bukan kebahagiaan sesaat. Kebahagiaan itu bersumber dari hati yang bersih. Hati yang selalu bersyukur dan ikhlas.

Mari kita merenungkan kembali. Apa arti kebahagiaan bagi kita? Apakah ia terletak pada tumpukan harta? Ataukah pada ketenangan hati? Islam mengajak kita memilih jalan kedua. Jalan yang penuh berkah dan makna. Ini adalah jalan menuju ridha Allah. Semoga kita selalu diberi kekuatan. Kekuatan untuk menahan diri. Kekuatan untuk hidup lebih bermakna.



Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement