Kalam
Beranda » Berita » Syiiran Sekar Cempaka: Pesan Moral dari Abi Sholih Al Hajawi

Syiiran Sekar Cempaka: Pesan Moral dari Abi Sholih Al Hajawi

SURAU.CO. Di tengah hiruk pikuk modernitas dan gempuran informasi digital, sebuah permata spiritual bernama “Sekar Cempaka” karya Abi Muhammad Sholih Al Hajawi Klaling hadir sebagai oase ketenangan. PT. Menara Kudus Indonesia menjadi penerbit pertama pada tahun 2003, kitab mungil ini, hanya setebal 34 halaman, menyimpan kekuatan dahsyat. Ia mengemas pesan-pesan moral dan spiritual yang relevan bagi masyarakat Jawa, khususnya mereka yang akrab dengan tradisi syiir dan tembang.

Mengupas Identitas Buku: “Sekar Cempaka”.

Judul: Sekar Cempaka
Pengarang: Abi Muhammad Sholih Al Hajawi Klaling
Penerbit: PT. Menara Kudus Indonesia
Tahun Terbit: 2003
Tebal: 31 halaman
Bahasa: Jawa Klasik

Keterbatasan jumlah halaman tidak mengurangi bobot pesan yang disampaikan. Justru, kesederhanaan ini menjadi kekuatan utama.

Simbolisme Bunga Cempaka dalam “Sekar Cempaka”

Judul “Sekar Cempaka” sendiri sudah sarat makna. Bunga cempaka, dengan keharuman dan keindahannya, menjadi simbol utama. Dalam tradisi Jawa, bunga bukan sekadar hiasan, melainkan metafora kehidupan. Abi Sholih menggunakan simbol ini untuk menggambarkan manusia beriman. Mereka diharapkan menyebarkan keharuman akhlak di tengah masyarakat.

Namun, uniknya, kitab ini lebih banyak mengisahkan tentang ahli neraka. Bait-bait syair menguraikan keadaan mereka yang celaka karena lalai terhadap kewajiban, menuruti hawa nafsu, dan menjauhi Allah Swt. Kontrasnya sangat terasa. Manusia yang seharusnya seharum cempaka, justru menjadi duri akibat kesalahan diri sendiri.

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

Keindahan Bahasa dan Gaya Penyampaian

Kekuatan lain “Sekar Cempaka” terletak pada bahasa Jawa klasik yang digunakan. Bentuknya berupa syiiran, dengan rima dan irama yang khas. Hal ini memudahkan pembacaan dalam berbagai kesempatan. Kita bisa melantunkannya dalam pengajian, majelis ta’lim, atau bahkan di lingkungan keluarga. Pembaca tidak hanya diajak merenung, tetapi juga merasakan suasana spiritual yang kental dengan tradisi Islam Jawa.

Pesan Utama: Peringatan dan Harapan

Pesan utama kitab ini adalah peringatan. Manusia harus selalu sadar akan konsekuensi perbuatannya. Neraka bukan sekadar cerita, melainkan akibat dari dosa yang disengaja. Abi Sholih mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kesia-siaan hidup.

Di samping peringatan, ada pula dorongan untuk memperbaiki diri. Bunga cempaka bisa kembali harum jika dirawat. Begitu pula manusia. Pintu taubat selalu terbuka, betapapun besar dosa yang telah dilakukan. Inilah kekuatan yang membedakan kitab ini: menakut-nakuti, sekaligus memberi harapan.

Kekuatan Kulturalisasi Dakwah

“Sekar Cempaka” adalah contoh nyata kulturalisasi dakwah. Penggunaan bahasa Jawa memudahkan penerimaan pesan, terutama bagi mereka yang belum akrab dengan kitab-kitab berbahasa Arab klasik. Penyampaiannya puitis, tidak menggurui, namun menyentuh hati.

Kitab ini juga menjaga kesinambungan tradisi syiiran yang semakin jarang ditemukan pada generasi muda. Di tengah budaya populer yang serba instan, “Sekar Cempaka” mengajak kita kembali pada akar budaya: dakwah melalui seni kata.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Keterbatasan dan Daya Tarik Kesederhanaan

Sekar Cempaka memang singkat, hanya 34 halaman, sehingga penjelasannya tidak mendalam. Bahasa Jawa klasiknya juga bisa menyulitkan pembaca muda. Namun, justru kesederhanaan itu yang menjadi daya tarik. Kitab ini tidak berat seperti karya akademik, melainkan pengingat praktis yang mudah dibawa dan dilantunkan. Abi Muhammad Sholih Al Hajawi menyampaikan pesan moral lewat syair sederhana namun mengena. Salah satu baitnya berbunyi:

Hei sedulurku lanang wadone,
Ilingo pati rino wengine,
Sebab manungso lamun dak iling,
Marang patine kaprahe mbeling.

Terjemahan:

Hai saudaraku laki-laki dan perempuan,
ingatlah selalu akan kematian, siang maupun malam.
Sebab manusia, bila tidak ingat mati,
biasanya akan berbuat lancang (durhaka/semau sendiri).

Syair ini sederhana namun kuat. Ia memakai bahasa sehari-hari yang langsung menyapa hati.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

  • Sapaan Universal: Syair ini menyapa semua orang, tanpa memandang gender atau status sosial.
  • Kesadaran Kematian: Dzikrul maut—mengingat mati setiap waktu—adalah kunci meredam nafsu duniawi.
  • Akibat Lupa Mati: Manusia yang lupa mati mudah terjerumus dalam dosa. Kata “mbeling” (Jawa) menggambarkan tindakan yang melawan aturan.

Sekar Cempaka di Era Digital

Di era digital, Sekar Cempaka terus menyalakan pesan yang relevan. Syair ini mengajak kita mengingat bahwa hidup tidak berhenti pada eksistensi di media sosial, melainkan menuntut tanggung jawab di hadapan Allah Swt.

Abi Muhammad Sholih Al Hajawi meramu nasihat moral dan spiritual dalam bait-bait sederhana yang bisa kita hafalkan dan lantunkan dengan mudah. Melalui simbol bunga cempaka, beliau menegaskan bahwa manusia wajib menebar keharuman akhlak. Syair ini sekaligus menegur kita agar tidak lalai, karena kelalaian bisa menyeret kita pada kebinasaan.

Dengan bahasa yang sederhana, Sekar Cempaka menyentuh hati, menuntun pikiran, dan menggugah kesadaran. Di tengah hiruk pikuk dunia maya, kita membutuhkan karya seperti ini untuk kembali merasakan hakikat hidup (kareemustofa)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement