SURAU.CO – Abdullah bin Jubair adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar
keturunan suku Aus. la telah berjanji untuk selalu taat kepada Nabi Muhammad saw., karena taat kepada Rasulullah berarti taat kepada Allah. Sedikit pun tak ada keraguan dalam hatinya, apalagi niat untuk menggantikan rasa cintanya kepada Rasulullah. la selalu mendahulukan kepentingan Nabi saw. dalam segala urusan dibanding kepentingan dirinya sendiri.
50 Pemanah pimpinan Abdullah bin Jubair
Sebelum meletus Perang Uhud, Rasulullah saw. telah memilih 50 pemanah yang dikomandoi oleh Abdullah bin Jubair. Rasulullah berpesan agar mereka mematuhi setiap perintah yang Nabi saw. berikan. Dan kemudian rahasia dibalik perintah itu baru mereka rasakan dengan bayaran yang sangat mahal, yakni kekalahan pada pihak kaum muslim.
Sebelum perang berkecamuk, Rasulullah saw. telah berpesan kepada pasukan pemanah,
“Jangan pernah meninggalkan posisi kalian ketika kalian melihat kami dapat mendesak mereka. Sama halnya, jangan tinggalkan posisi kalian meskipun kalian melihat kami terdesak oleh serangan musuh!”
Perintah agar pemanah tidak meninggalkan posisi
Perintah Nabi saw. itu sangat jelas dan sangat mudah untuk mereka pahami. Terlebih lagi, perintah itu keluar dari lisan seorang nabi yang tidak akan berbicara kecuali dengan petunjuk Allah. Saat perang mulai berkecamuk, pasukan muslim unggul dan berada di atas angin. Mereka dapat mendesak dan menghancurkan barisan musuh. Saat itu, semua muslim merasa yakin, mereka akan segera meraih kemenangan besar seperti yang terjadi di Badar.
Tak sedikit pasukan musyrik yang tewas di tangan mereka. Ketika melihat banyak di antara kawan mereka yang tumbang berkalang tanah, pasukan musyrik lari menjauhi medan perang, meninggalkan berbagai perlengkapan dan perbekalan mereka.
Kaum muslimin menyangka telah menang perang
Menyaksikan keadaan itu, kaum muslim menyangka bahwa perang telah usai dan mereka meraih kemenangan. Maka, nyaris semua orang berlari ke sana ke mari memperebutkan harta pampasan dengan wajah yang ceria seraya meneriakkan pekik kemenangan.
Pada saat yang sama, pasukan pemanah memperhatikan dari atas apa yang terjadi di bawah. Mereka mengira, perang telah usai ketika melihat kawan-kawan mereka berlarian mengambil pampasan perang. Mereka khawatir tidak kebagian barang yang ditinggalkan pasukan musyrik atau dari korban yang tewas. Semakin lama mereka semakin gelisah. Sementara, mereka tak juga menerima perintah baru dari Rasulullah saw.
Pasukan pemanah menuruni bukit
Tidak mau menunggu lebih lama, mereka membubarkan diri dan berlari menuruni bukit. Mereka tak menghiraukan komandan mereka, Abdullah bin Jubair. Ketika ia berteriak mengingatkan mereka agar tetap pada posisi bertahan di atas bukit. Mereka tak peduli meskipun Ibn Jubair mengingatkan mereka akan perintah Rasulullah saw. Sebagian besar pemanah seolah-olah tuli karena pikiran mereka penuh dengan keinginan untuk mendapatkan pampasan perang. Mereka lupa, sesungguhnya harta dunia pasti akan sirna dan akhirat merupakan pilihan yang terbaik dan abadi.
Tak semua pasukan pemanah beranjak meninggalkan posisi mereka. Ada sepuluh orang yang bertahan di puncak bukit, termasuk komandan mereka– Abdullah ibn Jubair. Mereka berdiri kukuh, mematuhi perintah Nabi saw., panglima perang tertinggi. Tak sedikit pun terlintas di hati mereka untuk menukar ketaatan kepada Rasulullah saw. dengan harta dunia.
Syahidnya Abdullah bin Jubair
Ketidaktaatan pasukan pemanah harus kaum muslimin bayar mahal. Divisi kavaleri Quraisy, di bawah komando Khaild bin Walid, jawara dan ksatria perang yang sangat cakap, menantikan saat-saat itu di balik bukit. Mereka menunggu kaum muslim lengah. Saat menyaksikan bukit tak lagi terjaga dengan baik.
Lalu Khalid bersama pasukan kavalerinya menyerbu dari balik bukit, lalu menyerang pasukan pemanah yang tersisa dan menumbangkan mereka semua. Kavaleri Quraisy itu kemudian berderap menuruni bukit, lalu menebas kaum muslim yang berlarian kocar-kacir karena tak menduga musuh berbalik menyerang. Abdullah ibn Jubair, komandan pasukan pemanah,yang setia pada perintah, gugur sebagai syahid. Semoga Allah merahmatinya.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
