Kisah
Beranda » Berita » Keberanian Asma’: Pilar Suksesnya Hijrah Nabi ke Madinah

Keberanian Asma’: Pilar Suksesnya Hijrah Nabi ke Madinah

Keberanian Asma': Pilar Suksesnya Hijrah Nabi ke Madinah. Ilustrasi: meta AI.

SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak kisah heroik. Salah satunya adalah kisah Asma’ binti Abu Bakar. Ia adalah seorang shahabiyah pemberani. Asma’ memiliki peran sangat krusial. Perannya memastikan keselamatan hijrah Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, ia juga membantu ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Peristiwa hijrah ini terjadi dari Mekah ke Madinah. Tindakannya menjadi teladan inspiratif. Bahkan, ia menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa.

Ancaman Dakwah di Mekah

Dakwah Islam di Mekah penuh tantangan. Kaum Quraisy menentang keras ajaran Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai intimidasi. Penyiksaan terhadap para pengikut Nabi sangatlah kejam. Situasi ini membuat Nabi SAW dan sahabatnya memutuskan hijrah. Hijrah adalah perintah Allah SWT. Maka dari itu, ini merupakan langkah strategis. Tujuannya menyelamatkan akidah umat Muslim. Tujuannya juga membangun masyarakat Islam. Madinah, yang dulunya Yatsrib, menjadi tujuan baru.

Momen Kritis: Tamparan Abu Jahal

Kepergian Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar dirahasiakan. Akibatnya, hal ini membuat kaum Quraisy geram. Para tokoh kafir Quraisy melacak keberadaan mereka. Abu Jahal memimpin pencarian ini. Ia mendatangi rumah Abu Bakar. Asma’ binti Abu Bakar saat itu menyambut mereka. Ia sedang dalam kondisi hamil.

“Di mana ayahmu?” mereka bertanya. Asma’ menjawab dengan tegas. “Demi Allah, aku tidak tahu di mana dia.” Jawaban ini memicu amarah Abu Jahal. Selanjutnya, ia lalu menampar pipi Asma’ dengan sangat keras. Tamparan itu membuat antingnya lepas. Darah mengalir di bagian kepala Asma’. Peristiwa ini menunjukkan kekejaman kaum Quraisy. Namun demikian, Asma’ tetap teguh. Ia tidak gentar sedikit pun. Semangatnya justru semakin membara. Ia bahagia mendengar Nabi dan ayahnya selamat.

Peran Penting di Gua Tsur

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar bersembunyi. Mereka bersembunyi di Gua Tsur. Gua ini terletak tujuh kilometer selatan Mekah. Mereka tinggal di sana selama tiga malam. Asma’ memiliki tugas sangat vital. Ia bertanggung jawab membawa makanan dan air. Dengan demikian, ini memastikan perbekalan mereka tercukupi.

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Perjalanan menuju Gua Tsur tidak mudah. Medannya sangat berat. Jalur berliku, terjal, dan berbatu. Asma’ harus menempuh jarak yang jauh. Kondisinya saat itu sedang mengandung. Meskipun demikian, hal itu tidak menyurutkan tekadnya. Ia membawa bekal dengan penuh keberanian. Ia ingin memastikan keselamatan Nabi dan ayahnya.

Lahirnya Gelar Dzatun Nithaqain

Suatu hari, Asma’ menghadapi masalah. Ia kebingungan mencari tali. Tali diperlukan untuk mengikat wadah makanan dan air. Tanpa pikir panjang, ia menemukan solusi cerdik. Ia segera merobek ikat pinggangnya sendiri. Satu robekan mengikat makanan. Robekan lainnya mengikat air minum. Tindakan ini mencerminkan kecerdasan dan pengorbanannya.

Nabi Muhammad SAW sangat terkesan. Oleh karena itu, Beliau lalu memberikan gelar istimewa. Gelar itu adalah “Dzatun Nithaqain”. Artinya “Pemilik Dua Ikat Pinggang”. Gelar ini bukan sekadar julukan. Ini adalah pengakuan atas keberanian Asma’. Ini juga penghargaan atas kecerdikannya. Gelar ini juga atas pengorbanan luar biasanya. Gelar itu menjadi simbol. Ia dikenang sepanjang sejarah Islam.

Makna Mendalam Gelar Dzatun Nithaqain

Gelar “Dzatun Nithaqain” memiliki makna mendalam. Para ulama seperti Ibnu Hajar al-Asqalani menafsirkan. Ia menyertakan dalam kitab Al-Ishabah. Adz-Dzahabi juga membahasnya. Ini bukan hanya arti harfiah. Akan tetapi, gelar tersebut melambangkan keberanian wanita. Ini juga menunjukkan pengorbanan mereka. Khususnya dalam perjuangan menyebarkan Islam. Asma’ bukan sekadar pendukung pasif. Ia adalah bagian penting dari strategi hijrah Nabi. Perannya menegaskan kemuliaan perempuan. Ia aktif dalam dakwah Islam.

Nabi Muhammad SAW juga memberikan kabar gembira. “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dengan dua ikat pinggang di surga.” Ini adalah janji balasan. Balasan atas kesetiaan dan pengorbanannya. Sebagai hasilnya, janji ini semakin menguatkan kedudukan Asma’. Ia mendapat tempat tinggi di sisi Allah.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Hikmah dari Kisah Asma’

Kisah Asma’ mengajarkan banyak hal. Ia mengajarkan kita tentang keimanan sejati. Ia menunjukkan ketabahan dalam menghadapi cobaan. Asma’ adalah teladan bagi muslimah. Ia berani membela kebenaran. Ia juga berkorban demi agama. Pengorbanannya tanpa pamrih. Perannya dalam hijrah sangatlah vital. Ia membuktikan bahwa perempuan mampu. Perempuan mampu menjadi pahlawan. Mereka bisa memberikan kontribusi besar. Ini untuk kemajuan Islam.

Asma’ binti Abu Bakar tetap dikenang. Ia adalah sosok inspiratif. Keberaniannya menyukseskan hijrah Nabi. Kisahnya membakar semangat kita. Kita harus selalu berjuang. Berjuang untuk kebaikan. Kita harus membela kebenaran. Dengan demikian, ini adalah ajaran penting dari Asma’.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement