SURAU.CO -Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah merupakan sahabat Nabi dari kalangan Anshar, keturunan suku Khazraj. la bertemu dengan Rasulullah saw. pertama kali saat Baiat Aqabah pertama bersama sebelas orang Yatsrib lainnya. Kesebelas orang itu adalah Abu Umamah, As‘ad bin Zararah, Ubadah bin al-Shamit, Malik bub al-Tayihan, Muaz dan Auf bin al-Harits, Uwaim bin Saidah bin Shal’ajah, Dzakwan bin Abdi Qais, Quthbah bin Amir bin Hadidah, Rafi bin Malik bin al-Ajlan, Uqbah bin Amir bin Nabi, serta Zaid bin Tsa’labah.
Beriman dan membenarkan ajaran Rasulullah
Ketika Rasulullah saw. menjelaskan tentang Islam, mereka langsung beriman dan cara membenarkan. Kemudian mereka berbaiat kepada beliau dengan baiat kaum wanita karena saat itu belum diwajibkan berperang.
Isi baiat mereka adalah: tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak berdusta (dan melakukan dosa) baik dengan tangan atau kaki mereka, dan tidak menentang perbuatan baik. Jika mereka mampu memenuhi janji itu, maka akan mendapatkan surga. Namun, andai melanggar salah satunya, maka akan mendapat siksa dunia sebagai tebusan atas dosa mereka. Andai pula dosa mereka tak tertebus sampai hari kiamat, maka hal itu urusan Allah, apakah Dia akan menyiksanya atau mengampuninya.
Rasulullah mengutus Mush’ab bin Umair
Sebelum pulang ke Yatsrib mereka meminta agar Rasulullah mengirimkan seorang sahabat untuk mengajarkan Islam dan membacakan Al-Quran kepada penduduk Yatsrib. Rasulullah saw. memenuhi permintaan mereka dan mengutus Mush‘ab bin Umair untuk membacakan Al-Quran dan mengajarkan agama kepada mereka.
Di Yatsrib, Mush‘ab ibn Umair tinggal di rumah As’ad bin Zararah sehingga rumah itu menjadi pusat penyiaran Islam pertama. Tidak sedikit orang yang beriman melalui Mush‘ab.
Pada musim haji tahun berikutnya, Mush‘ab bin Umair berangkat ke Makkah untuk menemui Rasulullah saw. di Aqabah pada pertengahan hari tasyrik. la datang ke Makkah bersama beberapa orang Anshar yang telah beriman. Saat itu jumlah mereka tujuh puluh orang dengan dua wanita, yaitu Ummu Umarah dan Ummu Manik. Ikut juga beberapa orang Yatsrib yang masih musyrik tetapi bisa dipercaya. Keikutsertaan mereka bermaksud agar kaum kafir Quraisy tidak mencurigai pertemuan tersebut.
Kaum Anshar ke Aqabah
Pada hari yang telah ditentukan, kaum Anshar datang ke Aqabah. Malam telah larut dan mereka berada jauh dari pengawasan kaum Quraisy. Tak lama menunggu, Rasulullah datang bersama pamannya, al-Abbas bin Abdul Muthalib.
Al-Abbas diberi kesempatan berbicara paling awal. Mereka mendengarkan pembicaraan al-Abbas dengan saksama. Tuntas al-Abbas bicara, mereka berkata, “Kami telah mendengar dan memahami penjelasanmu. Sekarang, bicaralah wahai Rasulullah, katakanlah apa yang engkau syaratkan dari kami untuk dirimu dan Tuhanmu.”
Maka Rasulullah saw. berbicara dan membacakan Al-Quran, berdoa kepada Allah, dan menjelaskan Islam kepada mereka. Beliau bersabda “Aku membaiat kalian untuk melindungiku seperti kalian melindungi wanita dan anak-anak kalian.”
Mereka pun mengucapkan janji setia tersebut. Tuntas berbaiat, mereka
berpamitan pulang kepada Rasulullah. Sebelum mereka membubarkan diri, Rasulullah saw. meminta mereka memilih dua belas orang pimpinan bagi kaum masing-masing untuk menyampaikan apa yang telah mereka terima. Maka, terpilihlah sembilan orang dari suku Khazraj dan tiga orang dari suku
Aus.
Pidato Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah
Ibn Jarir mengutip sebuah riwayat dari Muhammad bin Ishaq dari Ashim bin Umar ibn Qatadah yang berkumpul untuk membaiat Rasulullah saw. Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah al-Anshari berkata, “Wahai kaum Khazraj, apakah kalian mengetahui bahwa kalian akan mengucapkan sumpah setia kepada laki-laki ini?” Mereka menjawab dengan penuh keyakinan, Ya, kami tahu.
Al-Abbas ibn Ubadah mengingatkan dan menjelaskan kepada mereka tentang apa yang akan mereka lakukan, “Sesungguhnya kalian akan mengucapkan sumpah setia kepadanya untuk selalu melindunginya; kalian akan mengucapkan baiat untuk berperang dengan siapa saja yang memeranginya. Jika kalian merasa bahwa kalian akan ditimpa musibah dan kehancuran, atau bahwa para pemimpin kalian akan terbunuh akibat baiat ini, batalkanlah baiat kalian sekarang juga. Demi Allah, jika kalian merasa seperti itu, sungguh itu merupakan kehinaan dunia dan akhirat. Namun, jika kalian merasa bahwa
kalian mampu memenuhi sumpah setia kalian kepadanya walau pun harus kehilangan harta dan ditinggal mati oleh para pemimpin kalian maka peganglah janji kalian dan bawalah dia bersama kalian. Demi Allah, sesungguhnya itu merupakan kebaikan dunia dan akhirat.”
Tekad bulat penduduk Yastrib
Penduduk Yatsrib yang hendak berbaiat kepada Nabi itu telah mengetahui konsekuensi dari sumpah setia mereka. Keimanan dan keyakinan telah merasuk dan tumbuh semakin kuat dalam hati mereka. Tekad mereka telah bulat untuk membela dan melindungi Muhammad.
Mereka berkata, “Kami akan memenuhi sumpah setia kami walaupun harta kami musnah dan para pemimpin kami terbunuh.” Kemudian mereka menghadap kepada Rasulullah dan bertanya, Wahai Rasuluilah, apa hak kami jika kami memenuhi janji setia kami?” Rasul menjawab dengan tegas, “Surga.”
Ulurkanlah tanganmu.” Dan Rasulullah pun mengulurkan tangannya, lalu mereka menyatakan sumpah setia kepadanya. Ashim bin Umar bin Qatadah berkata, “Demi Allah, al-Abbas mengatakan seperti itu semata-mata untuk menegaskan janji kaum Anshar dan meminta kesungguhan mereka untuk melindungi Rasulullah saw.”
Abdullah ibn Abu Bakar r.a. berkata, “Demi Allah, ucapan al-Abbas bermaksud agar mereka dapat menunggu sampai malam. Mereka sebenarnya mengharapkan kehadiran Abdullah bin Ubay bin Salul agar kesepakatan dan janji setia itu lebih kuat. Dan Allah maha mengetahui apa yang ada di balik itu.”
Semangat Al-Abbas bin Ubadah
Tuntas membaiat dan menyalami Rasulullah, termasuk juga para wanita, Rasulullah bersabda, “Pergilah kalian dan persiapkan kendaraan kalian.”
Kemudian al-Abbas ibn Ubadah ibn Qatadah berkata, “Wahai Rasuluilah, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, jika kau berkehendak, besok kami akan menyerang penduduk Mina dengan pedang-pedang kami.”
Rasulullah tersenyum senang melihat semangat juang para pengikut barunya itu, dan berkata menenangkan mereka, “Bersabarlah, Allah tidak mengutus dan memerintah kami untuk melakukan kekerasan seperti itu. Pergilah dan pulanglah ke tenda-tenda kalian.”
Al-Abbas bin Ubadah: Anshar yang berhijrah
Al-Abbas bin Ubadah tidak ikut pulang ke Madinah, tetapi menetap di Makkah bersama Rasulullah saw. sampai beliau hijrah ke Madinah. Karena itulah ia terkenal sebagai sahabat Anshar yang berhijrah (Muhajirin).
Di Madinah, Rasulullah saw. mempersaudarakan al-Abbas dengan Utsman bin Mazh‘un. Al-Abbas tidak ikut serta dalam Perang Badar. Barulah saat Perang Uhud ia bergabung dengan pasukan muslim beserta semangat besar untuk mengganti pahala yang ia luputkan saat Perang Badar. Dalam perang itu gugur sebagai syahid.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
