Khazanah
Beranda » Berita » Kematian: Pintu Rahasia yang Membuka Jalan Pulang

Kematian: Pintu Rahasia yang Membuka Jalan Pulang

Manusia berjalan menuju cahaya terang sebagai simbol kematian jalan pulang.
Ilustrasi realis dan filosofis, sosok manusia berjalan sendirian di jalan gelap dengan cahaya terang menyambut di ujungnya.

Surau.co. Kematian adalah pintu rahasia yang selalu menunggu di ujung jalan kehidupan. Ia bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan pulang menuju Allah. Sejak napas pertama, sesungguhnya manusia sedang berjalan menuju pintu itu. Maka, tak heran jika Bustān al-‘Ārifīn karya Imam al-Nawawī menegaskan bahwa kematian adalah nasihat paling jujur, sebab ia tidak pernah berdusta, tidak bisa ditunda, dan tidak pernah keliru dalam menjemput.

Takut dan Lupa Akan Mati

Rasa takut akan kematian sering menghantui manusia, terutama dalam kehidupan modern di Indonesia. Di tengah hiruk pikuk kota, orang berusaha melupakan bahwa hidup ini fana. Akan tetapi, di desa-desa, masih sering terdengar lantunan tahlil, doa kematian, dan nasihat para kiai tentang pentingnya mengingat mati. Oleh karena itu, fenomena ini menjadi cermin sosial: sebagian berlari menjauh, sedangkan sebagian lain justru mendekat, mencari makna dalam kepastian yang tidak bisa dihindari.

Imam al-Nawawī menulis dengan penuh kelembutan:

قال الإمام النووي: “الموتُ واعظٌ لا يُكذّب، ومذكِّرٌ لا يغفل.”
“Kematian adalah penasihat yang tidak pernah berdusta, dan pengingat yang tidak pernah lalai.”

Menyadari Kepastian yang Tak Bisa Ditunda

Hidup di Indonesia hari ini membuat kita sering terjebak pada perlombaan dunia. Orang sibuk mencari rezeki, mengejar pangkat, membangun rumah, namun lupa bahwa semua itu hanya sementara. Padahal, setiap langkah sesungguhnya mendekatkan kita pada kepastian.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Al-Qur’an menegaskan:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ (آل عمران: ١٨٥)
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian.” (QS. Āli ‘Imrān: 185)

Ayat ini adalah pengingat yang tidak bisa diperdebatkan. Karena itu, tidak peduli miskin atau kaya, pejabat atau rakyat jelata, semua akan melewati pintu yang sama.

Kematian dalam Kehidupan Sosial

Selain itu, di banyak kampung Indonesia, kematian selalu diiringi gotong royong. Tetangga datang membantu, kerabat berkumpul, doa dilantunkan bersama. Dengan demikian, suasana itu bukan sekadar duka, melainkan juga pengingat bagi yang hidup. Tradisi tahlilan, doa bersama, dan bacaan yasin menjadi cara masyarakat menjaga kesadaran bahwa dunia ini sementara.

Imam al-Nawawī menyebut dalam Bustān al-‘Ārifīn:

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

وقال: “مَن أكثَرَ ذِكرَ الموتِ قَنِعَ من الدنيا بالقليل، وسارعَ إلى العمل الصالح.”
“Barangsiapa memperbanyak mengingat kematian, ia akan merasa cukup dengan sedikit dari dunia, dan bersegera dalam amal saleh.”

Karena itu, ungkapan ini menjelaskan mengapa masyarakat yang menjaga tradisi mengingat mati biasanya hidup lebih sederhana, lebih ikhlas, dan lebih tulus dalam berbagi.

Rahasia yang Membawa Pulang

Bagi orang beriman, kematian bukanlah kegelapan, melainkan cahaya yang membuka jalan pulang. Ia adalah gerbang menuju perjumpaan dengan Allah, tempat rindu terbalas, dan doa menemukan jawabannya.

Dalam Bustān al-‘Ārifīn, Imam al-Nawawī berkata:

وقال: “الموتُ بابٌ إلى لقاءِ اللهِ، ومفتاحٌ لدارِ الخلودِ.”
“Kematian adalah pintu menuju perjumpaan dengan Allah, dan kunci menuju negeri keabadian.”

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Oleh karena itu, betapa indahnya kematian bila dipandang dari sisi ini. Ia bukan akhir yang menakutkan, melainkan awal dari pulang yang penuh rahmat.

Merenungi Sunyi di Malam Hari

Lebih jauh, malam sering menjadi ruang di mana manusia berani menghadapi bayangan kematian. Saat dunia hening, doa yang dipanjatkan dengan linangan air mata sering kali dipenuhi oleh kesadaran akan fana. Akibatnya, hati menjadi lembut, jiwa lebih rendah hati, dan manusia tidak lagi terlalu menggenggam dunia.

Imam al-Nawawī menuturkan dalam kitabnya:

وقال: “مَن استعدَّ للموتِ هانَ عليه فِراقُ الدنيا، وسهُلَ عليه لقاءُ اللهِ.”
“Barangsiapa mempersiapkan diri menghadapi kematian, ringan baginya meninggalkan dunia, dan mudah baginya berjumpa dengan Allah.”

Kata-kata ini adalah cahaya yang menenangkan. Sebab, dengan mempersiapkan diri, rasa takut berganti kerinduan, dan cemas berubah menjadi keyakinan.

Penutup: Cahaya yang Menghidupkan

Singkatnya, kematian adalah pintu rahasia yang membawa kita pulang kepada Allah. Ia adalah nasihat paling tulus, pengingat paling jujur, sekaligus cahaya yang menyingkap hakikat hidup. Dari kitab Bustān al-‘Ārifīn, kita belajar bahwa mengingat mati tidak membuat hidup suram, melainkan justru membuatnya lebih bermakna. Karena hanya dengan mengingat mati, kita bisa belajar bagaimana benar-benar hidup.

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement