SURAU.CO – Setiap manusia yang hidup di dunia ini sejatinya hanyalah seorang hamba. Kita datang ke dunia bukan dengan kehendak sendiri, dan kita pun akan meninggalkannya bukan dengan pilihan kita. Semua diatur oleh Sang Maha Kuasa. Karena itu, angkuh dan sombong adalah sikap yang sejatinya tidak pantas melekat pada diri kita.
Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’: 37).
Sombong hanya akan menjerumuskan manusia kepada kehinaan
Hari ini seseorang mungkin berada di atas, memiliki kekuasaan, harta, atau kedudukan yang tinggi. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa esok hari ia tidak jatuh, miskin, kehilangan jabatan, atau bahkan kehilangan harga diri? Itulah sebabnya, setiap orang memiliki “jatah untuk jatuh” agar menyadari bahwa dirinya bukanlah penguasa sejati.
Kehidupan ibarat roda yang berputar. Ada kalanya kita berada di atas, ada masanya kita di bawah. Maka ketika diberi kesempatan untuk berada di atas, jangan pernah merasa dunia ini milik kita. Jangan berlaku seakan-akan semua orang harus tunduk, sebab pada hakikatnya kita semua hanya hamba yang sedang menunggu giliran pulang kepada Allah.
Peran kita di dunia bukanlah menjadi penguasa mutlak, melainkan menjadi hamba yang taat. Harta, jabatan, dan kekuasaan hanyalah titipan yang akan diminta pertanggungjawabannya. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walau sebesar biji sawi.” (HR. Muslim).
Kebutaan Dari Kebenaran dan Tuli dari Nasihat
Karena itu, rendah hati adalah kunci ketenangan hidup. Dengan rendah hati, kita bisa menerima ujian dengan lapang dada, bersyukur saat diberi nikmat, serta tidak lupa diri saat berada di puncak. Sedangkan kesombongan hanya akan membuat kita buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat.
Maka, mari kita sadari:
Jangan pernah angkuh, karena semua orang pasti akan merasakan jatuh.
Jangan merasa memiliki dunia, karena dunia ini hanyalah pinjaman.
Jadilah hamba yang tunduk dan taat, karena itu tujuan utama penciptaan manusia.
Hidup ini singkat. Jangan habiskan dengan kesombongan yang hanya akan membuat kita hina di hadapan Allah dan manusia.
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah mengisahkan sebuah peristiwa menakjubkan. Ketika sahabat Nabi ﷺ, Usaid bin Khudhair radhiyallahu ‘anhu, membaca surat Al-Kahfi pada malam hari, tiba-tiba turun dari langit cahaya bagaikan naungan lampu. Cahaya itu ternyata adalah para malaikat yang turun karena bacaan Al-Qur’an.
Subhanallah, peristiwa ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan Al-Qur’an, khususnya surat Al-Kahfi. Bacaan seorang hamba yang tulus ternyata mengundang kehadiran para malaikat yang membawa ketenangan dan rahmat dari Allah ﷻ.
Dalam hadits-hadits shahih, Rasulullah ﷺ juga memberikan banyak anjuran untuk membaca surat Al-Kahfi, di antaranya:
- Sebagai pelindung dari fitnah Dajjal. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa membaca sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal.” (HR. Muslim).
-
Cahaya yang menerangi di hari Jumat. Dalam riwayat lain disebutkan, barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, Allah akan memberinya cahaya yang menerangi antara dirinya hingga ke Makkah.
-
Menjadi sebab turunnya ketenangan dan rahmat Allah. Seperti yang dialami sahabat Usaid bin Khudhair, bacaan surat Al-Kahfi menghadirkan ketenteraman, bahkan malaikat turun mendengarkan lantunan ayat-ayat suci tersebut.
Penjaga Iman Di Tengah Derasnya Fitnah Dunia
Membaca dan menghayati surat Al-Kahfi bukan hanya rutinitas mingguan di hari Jumat, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah dan penjaga iman di tengah derasnya fitnah dunia.
Mari kita jadikan membaca surat Al-Kahfi sebagai amalan rutin, terutama setiap hari Jumat. Semoga Allah ﷻ memberikan cahaya, perlindungan, dan rahmat-Nya kepada kita semua. #AlKahfi #KeutamaanAlQuran #CahayaJumat #DzikirQuran. Jadwal shalat untuk Jakarta dan sekitarnya (17/09). Subuh: 04.30, Terbit: 05.42, Zhuhur: 11.51, Ashar: 15.03, Magrib: 17:53, Isya’: 19.01, Sumber: Kemenag. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, (Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
