Opinion
Beranda » Berita » Bagaimana Musik dalam Pandangan Islam: Antara Nilai Spiritual dan Batas Syariat

Bagaimana Musik dalam Pandangan Islam: Antara Nilai Spiritual dan Batas Syariat

Ilustrasi Orang Bermain Musik
Ilustrasi Orang Bermain Musik

SURAU.CO-Bagaimana musik dalam pandangan Islam selalu mengundang perdebatan yang kaya makna. Ulama menegaskan musik bisa melalaikan manusia, sementara sebagian lain menilai musik sebagai ekspresi seni yang bernilai positif. Umat Islam perlu menilai musik bukan sekadar bunyi, tetapi juga pengaruhnya terhadap jiwa, akhlak, dan ketaatan.

Musik menyentuh hati, menggerakkan emosi, serta menguatkan semangat spiritual. Sahabat Nabi mendengarkan syair untuk membakar semangat jihad. Kita pun merasakan musik bisa melalaikan jika tidak bijak. Islam tidak menolak seni suara, tetapi memberi batas agar manusia tidak jatuh ke dalam kelalaian.

Musik menjadi media dakwah ketika liriknya mengingatkan pada Allah. Nasyid, shalawat, dan tilawah Al-Qur’an dengan irama indah memperkuat iman. Sebaliknya, musik yang penuh maksiat menjerumuskan hati. Karena itu, seorang Muslim harus menempatkan musik sebagai sarana yang menuntun jiwa, bukan yang menyesatkan.

Tradisi Islam menghargai seni suara. Adzan, qasidah, dan rebana menunjukkan nilai seni yang hidup dalam masyarakat. Namun, Islam menuntut etika dalam seni. Dengan panduan itu, musik bisa bernilai ibadah atau justru menjadi ujian bagi keimanan.

Seni Suara Islami dan Etika Musik

Seni suara Islami selalu menekankan etika musik. Imam Al-Ghazali menegaskan musik melembutkan hati jika diarahkan benar. Ia menyamakan musik dengan makanan: menyehatkan jika baik, merusak jika buruk. Pandangan ini menuntun umat agar tidak mengabaikan isi dari sebuah karya musik.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Muslim di berbagai zaman membuktikan fleksibilitas pandangan ini. Umat Turki Utsmani memakai musik sufi untuk memperdalam cinta kepada Allah. Muslim Andalusia mengembangkan musik indah dengan tetap menjaga akar syariat. Fakta sejarah ini menegaskan bahwa Islam melihat musik sebagai sarana dengan ruh, bukan sekadar nada.

Di era modern, musik populer sering membawa lirik kosong atau merusak moral. Namun, banyak musisi Muslim menciptakan karya Islami dengan instrumen modern. Mereka membuktikan musik bisa menjadi jembatan dakwah lintas generasi. Nilai etika tetap harus mengawal agar pesan yang sampai berbuah kebaikan.

Seorang Muslim memilih musik dengan kesadaran. Ia harus bertanya: apakah musik ini mendekatkan pada Allah atau menjauhkan dari-Nya? Pertanyaan itu menjaga hati agar seni suara Islami tetap relevan dan bermanfaat sepanjang masa.

Musik sebagai Jalan Spiritual dan Ujian Moral

Musik dalam pandangan Islam berperan ganda: jalan spiritual sekaligus ujian moral. Banyak orang lupa shalat karena musik, tetapi banyak pula yang merasa semangat ibadah tumbuh dari nasyid. Setiap Muslim harus menyikapi paradoks ini dengan bijak.

Islam mengajarkan moderasi. Umat tidak boleh menolak musik secara mutlak, tetapi juga tidak boleh menerima tanpa batas. Dengan sikap tengah, seorang Muslim bisa menikmati seni suara sekaligus menjaga kesucian hati. Musik akan bernilai ibadah jika mengajak dzikir, dan bernilai maksiat jika menumbuhkan kelalaian.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Musik menjadi cermin bagi kesadaran individu. Ia menunjukkan apakah hati masih terikat pada Allah atau terhanyut oleh dunia. Ulama dan masyarakat berperan penting dalam membimbing umat agar tidak terjerumus pada musik yang menyesatkan.

Dunia terus berubah, tetapi musik tetap hadir dalam kehidupan. Seorang Muslim harus memilih apakah musik menjadi cahaya yang menuntun ke jalan Allah, atau sekadar hiburan kosong. Pilihan itu yang akhirnya menentukan nilai musik dalam pandangan Islam.

Bagaimana musik dalam pandangan Islam sering menimbulkan perdebatan. Ulama menilai musik bisa melalaikan, tetapi juga dapat melembutkan hati jika diarahkan benar. Seorang Muslim harus menilai musik bukan hanya dari bunyinya, tetapi juga dari pengaruhnya terhadap jiwa. Islam mengajarkan moderasi agar seni suara tetap memberi manfaat positif.

Musik Islami seperti nasyid, shalawat, dan qasidah mampu memperkuat iman serta membangkitkan semangat ibadah. Sebaliknya, musik yang berisi maksiat menjerumuskan hati dan merusak moral. Karena itu, seorang Muslim perlu memilih musik dengan bijak. Dengan kesadaran itu, musik menjadi sarana spiritual yang mendekatkan hati kepada Allah, bukan sekadar hiburan kosong. (Hendri Hasyim)

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement