SURAU.CO. Setiap insan di muka bumi pasti mendambakan kebahagiaan. Kita seringkali terjerat dalam sebuah ilusi dengan kekayaan melimpah, hunian mewah, atau kendaraan memukau. Banyak orang mengejar hal-hal tersebut mati-matian, namun hampa tetap menyelimuti hati. Dalam konteks inilah, Islam, melalui tuntunan Nabi Muhammad Saw, menyajikan pandangan yang menentramkan. Kebahagiaan, menurut beliau, bukanlah soal materi, melainkan ketenangan batin yang memancarkan makna hidup.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Hibban dan al-Hakim, Rasulullah Saw bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ
Latin:
Arba‘un mina as-sa‘ādati: al-mar’atu as-shāliḥah, wal-maskanu al-wāsi‘, wal-jāru as-shāliḥ, wal-markabu al-hanī’.
Arti:
Empat perkara termasuk kebahagiaan: wanita (istri) yang shalihah, rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. (HR. Ibnu Hibban, al-Hakim. Al-Hakim menilainya sahih sesuai syarat Muslim).
Hadis ini sederhana namun sarat dengan makna. Rasulullah Saw seolah mengingatkan kita untuk mengukur kebahagiaan dari lingkaran hidup sehari-hari: rumah, pasangan, tetangga, dan sarana hidup. Keempat hal ini kerap dianggap remeh, padahal justru di situlah letak kebahagiaan sejati.
1. Istri Shalihah: Pendamping Hidup dan Benteng Iman
Bagi seorang pria, memiliki istri shalihah adalah anugerah tak ternilai. Ia bukan hanya teman hidup, melainkan juga sahabat spiritual. Dalam suka dan duka, ia menenangkan, menjaga kehormatan keluarga, dan menjadi sandaran saat beban dunia terasa berat. Ia adalah sosok yang membangun dan menguatkan fondasi keluarga.
Sebuah studi tentang keluarga di Indonesia (BKKBN, 2023) mengungkap bahwa pasangan yang saling mendukung secara emosional cenderung memiliki tingkat stres 28% lebih rendah daripada pasangan yang tidak memiliki dukungan serupa. Data ini selaras dengan pesan Rasulullah Saw: kebahagiaan rumah tangga tidak diukur dari kemewahan, tetapi dari kualitas iman dan kasih sayang di dalamnya.
2. Rumah yang Luas: Ruang Tumbuh Kembang dan Tempat Berlindung
Rumah yang luas tidak selalu identik dengan kemegahan atau harga selangit. “Luas” di sini berarti ruang yang cukup untuk menampung keluarga dengan nyaman, memberikan kesempatan untuk berkumpul, dan menumbuhkan cinta. Rumah adalah benteng dari keramaian dunia, tempat hati merasa tenang ketika melangkah masuk.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menyebutkan bahwa 6 dari 10 keluarga Indonesia merasa lebih bahagia ketika tinggal di rumah yang memadai dan sehat, meski sederhana. Ini menegaskan bahwa bukan kemewahan yang menentukan, melainkan kenyamanan dan fungsi rumah sebagai ruang tumbuh kembang keluarga. Rumah yang nyaman memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya.
3. Tetangga yang Baik: Kunci Harmoni Sosial
Setelah keluarga, tetangga adalah sosok terdekat yang kita temui setiap hari. Nabi Muhammad Saw menekankan pentingnya menjalin hubungan baik dengan tetangga. Beliau bahkan bersabda bahwa Jibril terus menerus berpesan tentang hak tetangga hingga beliau mengira tetangga akan mendapatkan bagian warisan (HR. Bukhari-Muslim).
Hubungan baik dengan tetangga bukan sekadar sopan santun, melainkan kunci ketenteraman sosial. Survei Litbang Kompas tahun 2023 mencatat bahwa 48% warga kota besar merasa kebahagiaan mereka meningkat ketika tinggal di lingkungan yang rukun dan saling membantu. Fakta ini membuktikan kebenaran sabda Nabi Saw: tetangga yang baik adalah sumber bahagia yang seringkali terlupakan.
4. Kendaraan yang Nyaman: Kunci Penunjang
Pada masa Rasulullah Saw, kendaraan berarti unta atau kuda. Kini, kendaraan dapat berupa motor, mobil, atau transportasi umum yang layak. Kendaraan yang nyaman membuat aktivitas lebih ringan, perjalanan lebih aman, dan waktu lebih efisien.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 2–3 jam di perjalanan setiap hari. Jika kendaraan tidak layak, perjalanan itu bisa menjadi sumber stres. Karena itu, kendaraan yang nyaman bukan soal gengsi, melainkan kebutuhan dasar agar hidup lebih tenang dan sehat.
Kunci Kebahagiaan Itu Dekat, Bukan Jauh
Hadis Nabi Saw ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak perlu dicari jauh. Ia hadir di lingkaran hidup terdekat: pasangan yang shalih, rumah yang menenangkan, tetangga yang mendukung, dan sarana hidup yang memudahkan.
Terdapat riwayat lain memang menyebutkan tambahan berupa anak yang berbakti sebagai kebahagiaan seorang hamba. Namun, intinya tetap sama: kebahagiaan berakar pada hal-hal sederhana yang sering kita abaikan.
Pada akhirnya, kebahagiaan bukanlah jumlah uang di rekening atau pujian manusia, melainkan rasa cukup, syukur, dan harmoni dalam hidup. Seperti pepatah bijak yang sering dikutip ulama, “Orang kaya bukanlah yang memiliki harta berlimpah, tetapi yang hatinya selalu merasa cukup.”
Maka, mari kita ubah pandangan. Jika selama ini kita mengukur kebahagiaan dari standar dunia, mari belajar melihat dengan kacamata Rasulullah Saw: sederhana, penuh makna, dan menentramkan jiwa.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
