Sejarah
Beranda » Berita » Kemiskinan dan Keluarga Besar Karl Marx

Kemiskinan dan Keluarga Besar Karl Marx

BAGAIMANA KEHIDUPAN KARL MARX DAN KELUARGANYA?
BAGAIMANA KEHIDUPAN KARL MARX DAN KELUARGANYA?

 

SURAU.CO – Karl Marx adalah seorang pemikir, filsuf, ekonom politik, jurnalis, dan teoris politik dan sosial yang revolusioner. Sangat sulit menyematkan satu jabatan saja padanya karena karyanya bersifat multidisiplin. Namun, jika harus dirangkum, keahlian utamanya adalah:

  1. Teoretikus dan Filsuf: Ini adalah inti dari pekerjaannya. Marx menghabiskan sebagian besar waktunya di Perpustakaan British Museum di London untuk meneliti dan menulis analisis mendalam tentang masyarakat, ekonomi, dan sejarah. Karya besarnya, Das Kapital (Capital: A Critique of Political Economy), adalah mahakarya di bidang ekonomi politik yang menganalisis mode produksi kapitalis dan hukum-hukumnya.
  2. Jurnalis dan Penulis Pamflet: Marx sering menulis untuk surat kabar radikal, yang paling terkenal adalah Neue Rheinische Zeitung. Tulisannya bersifat provokatif dan kritis terhadap penguasa, yang sering membuatnya diusir dari berbagai negara. Dia juga menulis pamflet-pamflet politik seperti The Communist Manifesto (bersama Friedrich Engels) untuk menyebarkan ide-idenya.

Jadi, meskipun dia pernah mencoba menjadi dosen, profesi utamanya adalah penulis.

Mengapa Marx dan Keluarganya Hidup Miskin

Kemiskinan yang dialami Marx dan keluarganya disebabkan oleh kombinasi faktor:

  1. Sulit Mendapat Pekerjaan Stabil: Gagasan politik Marx yang radikal dan revolusioner membuatnya menjadi “troublemaker” di mata pemerintah Eropa. Akibatnya, dia terusir dari Jerman (Prusia), Prancis, dan Belgia. Statusnya sebagai orang asing tanpa kewarganegaraan (stateless) dan dengan reputasi sebagai agitator membuatnya sangat sulit mendapatkan pekerjaan formal.
    Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

  2. Sumber Penghasilan yang Tidak Menentu: Penghasilan utamanya berasal dari menulis, yang pada masa itu—dan masih sering terjadi hingga sekarang—sangat tidak stabil. Honorarium dari artikel dan buku-bukunya tidak cukup untuk menafkahi keluarga besar.

  3. Gaya Hidup yang Boros (Sebagian): Harus diakui, Marx dan istrinya, Jenny von Westphalen, berasal dari latar belakang keluarga terpelajar dan terbiasa dengan standar hidup kelas menengah. Mereka sering kali tidak pandai mengelola keuangan yang sudah pas-pasan. Terkadang, ketika menerima uang, mereka membelanjakan untuk hal-hal seperti perabot mahal atau gaun, alih-alih menabung untuk kebutuhan mendesak.

  4. Kesehatan yang Buruk: Marx sendiri sering sakit-sakitan (penyakit hati, bisul, dan lainnya). Biaya pengobatan dan ketidakmampuannya untuk bekerja secara produktif saat sakit semakin memperburuk kondisi keuangan keluarga.

  5. Keluarga Besar: Marx dan Jenny memiliki tujuh anak, yang tentu membutuhkan biaya hidup yang sangat besar.

Peran Friedrich Engels: Tanpa bantuan keuangan yang konsisten dari sahabat dan kolaboratornya, Friedrich Engels—yang berasal dari keluarga pengusaha kaya—keluarga Marx mungkin akan jatuh dalam kemiskinan yang lebih dalam lagi. Engels sering mengirimkan uang kepada Marx untuk menutupi kebutuhan hidup dan biaya penerbitan bukunya.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Anaknya Meninggal karena Kelaparan/Sakit

Tragedi kematian anak-anak Marx adalah bukti paling nyata dan menyedihkan dari kemiskinan yang mereka alami. Dari tujuh anak mereka, hanya tiga yang bertahan hidup hingga dewasa.

Kematian yang paling sering dikaitkan langsung dengan kemiskinan adalah Franziska (Franschen):

Franziska meninggal pada tahun 1852 pada usia satu tahun. Keluarga Marx saat itu sangat miskin hingga mereka tidak mampu membeli peti mati kecil untuknya. Ibu dari teman keluarga, Ernestine Liebknecht, harus mengumpulkan uang untuk peti mati tersebut. Penyebab kematiannya adalah bronkitis, tetapi kondisi yang memperparah sakitnya adalah gizi buruk dan hidup dalam perumahan kumuh dan lembap yang mereka tinggali di London.

Selain Franziska, ada dua anak lainnya yang meninggal pada masa kanak-kanak:

Guido (“Föxchen”) meninggal pada 1850, kurang dari setahun usianya, kemungkinan besar karena komplikasi yang diperparah oleh kondisi hidup yang buruk.
Edgar.(“Musch”) meninggal pada 1855 pada usia 8 tahun. Kematiannya akibat tuberkulosis (TBC) sangat menghancurkan Marx. TBC adalah penyakit yang sangat terkait dengan kemiskinan, malnutrisi, dan lingkungan hidup yang tidak sehat.

Riyadus Shalihin: Buku Panduan Kecerdasan Emosional (EQ) Tertua Dunia

Jadi, meskipun kelaparan tidak langsung menyebabkan kematian (seperti tidak makan sama sekali), kondisi kemiskinan ekstrem yang dialami keluarga Marx—gizi buruk, perumahan tidak layak, dan akses terbatas ke perawatan kesehatan—sangat memperparah penyakit (TBC, bronkitis) yang akhirnya merenggut nyawa beberapa anaknya. Pengasingan politik dan ekonomi yang mereka jalani menciptakan kehidupan tragis yang berujung pada kematian itu.

Kesimpulan: Karl Marx adalah seorang intelektual brilian yang mengabdikan hidupnya untuk menganalisis dan mengkritik sistem kapitalis. Ironisnya, hidupnya sendiri menjadi contoh nyata dari ketidakpastian dan kerasnya kehidupan seorang pekerja intelektual yang tidak memiliki modal dalam sistem yang dia kritik tersebut. Pengasingan politik, penghasilan yang tidak menentu, dan ketidakmampuan mengelola keuangan menyebabkan kemiskinannya. Kemiskinan yang mereka alami menjadi pemicu penyakit yang menghabisi tiga anaknya, sebuah tragedi pahit yang menghantui hidupnya. (Adit Andito)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement