Khazanah
Beranda » Berita » Abdullah bin al-Mubārak: Ulama Hadis, Mujahid, dan Zahid yang Seimbang

Abdullah bin al-Mubārak: Ulama Hadis, Mujahid, dan Zahid yang Seimbang

Abdullah bin al-Mubarak ulama hadis, mujahid, dan zahid
Ilustrasi ulama zuhud dengan kitab dan pedang, simbol keseimbangan ilmu, jihad, dan kesederhanaan.

Surau.co. Abdullah bin al-Mubarak adalah salah satu permata Islam yang dikenang dalam Hilyat al-Awliyā’ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā’karya Abū Nu‘aym al-Iṣfahānī. Ia hadir bukan hanya sebagai ulama hadis, tetapi juga pejuang dan zahid. Dengan demikian, sosoknya merepresentasikan keseimbangan hidup yang jarang ditemukan: mendalami ilmu, berjuang membela kebenaran, sekaligus menjaga hati dari belenggu dunia.

Jalan Hidup Penuh Keseimbangan

Abū Nu‘aym menuliskan bahwa Abdullah bin al-Mubārak tidak hanya dikenal di majelis ilmu, melainkan juga di medan perang dan di mihrab ibadah. Ia pernah berkata:

«رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُكْثِرُهُ النِّيَّةُ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ»
“Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak amal besar menjadi kecil karena niat.”

Pesan ini menegaskan bahwa nilai amal terletak pada niat, bukan semata ukuran lahiriah. Oleh karena itu, keseimbangan hidup bermula dari arah hati. Di Indonesia kini, banyak orang sibuk mengejar rutinitas dan karier, padahal nilai hidup lebih ditentukan oleh tujuan spiritual.

Antara Ilmu dan Pengabdian

Sebagai ahli hadis, Abdullah bin al-Mubārak tidak berhenti pada pengumpulan pengetahuan. Ia menekankan pentingnya amal sebagai wujud nyata dari ilmu. Dalam catatan sejarah, ia berpesan:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

«مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ فَلْيُعْمِلْ بِهِ، وَلَا يَكُنْ كَالْمِصْبَاحِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ وَيُحْرِقُ نَفْسَهُ»
“Siapa yang belajar ilmu, hendaklah ia mengamalkannya. Janganlah ia seperti lampu yang menerangi orang lain tetapi membakar dirinya sendiri.”

Kutipan ini sangat relevan. Di Indonesia, banyak orang pandai berbicara tentang kebaikan, tetapi lupa menghidupkannya. Oleh sebab itu, Abdullah bin al-Mubārak memberi teladan: ilmu sejati harus membuahkan amal, bukan sekadar hiasan wacana.

Jiwa Jihad dan Pengorbanan

Selain berilmu, ia juga dikenal sebagai mujahid yang gigih. Abdullah bin al-Mubārak menegaskan:

«لَوْلَا الْجِهَادُ وَطَلَبُ الْعِلْمِ مَا اخْتَرْتُ الْعَيْشَ فِي الدُّنْيَا»
“Seandainya bukan karena jihad dan menuntut ilmu, niscaya aku tidak memilih hidup di dunia.”

Pandangan ini menunjukkan bahwa hidup baginya adalah ladang amal. Di masa kini, semangat jihad dapat diwujudkan dalam membela keadilan sosial, menolong kaum lemah, serta menjaga lingkungan. Dengan demikian, jihad tidak hanya identik dengan medan perang, tetapi juga dengan perjuangan moral dan sosial.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Kesederhanaan yang Membebaskan

Meskipun berilmu luas dan memiliki pengaruh besar, Abdullah bin al-Mubārak hidup dalam kesederhanaan. Ia berkata:

«مَا سُرِرْتُ بِشَيْءٍ كَسُرُورِي بِزُهْدِي فِي الدُّنْيَا»
“Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakanku daripada kebahagiaanku dengan kezuhudanku terhadap dunia.”

Ungkapan ini mengingatkan kita pada realitas modern Indonesia: banyak orang mengejar harta, jabatan, dan popularitas, namun justru kehilangan ketenangan batin. Kesederhanaan, sebagaimana dicontohkan Abdullah bin al-Mubārak, justru membuka jalan menuju kebahagiaan yang sejati.

Renungan untuk Masyarakat Indonesia

Indonesia hari ini menghadapi dilema: ketimpangan sosial, tekanan ekonomi, hingga krisis spiritual. Abdullah bin al-Mubārak memberi pelajaran berharga. Pertama, ilmu harus diamalkan. Kedua, perjuangan sosial adalah bagian dari ibadah. Ketiga, kesederhanaan menjaga jiwa tetap tenang.

Dengan demikian, ia bukan sekadar ulama hadis, melainkan juga mujahid pemberani dan zahid yang menginspirasi. Jalan keseimbangan inilah yang membuatnya dicintai umat lintas zaman.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Penutup: Teladan Keseimbangan Hidup

Akhirnya, Abdullah bin al-Mubārak menghadirkan teladan penting: hidup tidak harus terjebak dalam pilihan biner antara dunia dan akhirat. Ia menunjukkan bahwa menuntut ilmu, memperjuangkan kebenaran, dan menjaga zuhud bisa dijalankan bersamaan. Oleh sebab itu, kita yang hidup di era modern dapat menjadikannya sebagai cermin: bekerja dengan niat yang lurus, berjuang dengan kesungguhan, dan hidup dengan kesederhanaan.

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement