Khazanah
Beranda » Berita » Al-Junayd al-Baghdādī: Imam Tasawuf dengan Jalan Sober (al-ṣaḥw)

Al-Junayd al-Baghdādī: Imam Tasawuf dengan Jalan Sober (al-ṣaḥw)

Al-Junayd al-Baghdādī sufi Baghdad jalan sober
Ilustrasi seorang sufi Baghdad yang melambangkan kesadaran penuh dalam tasawuf.

Di setiap zaman muncul jiwa-jiwa yang memberi arah. Salah satunya ialah al-Junayd al-Baghdādī — imam tasawuf yang menegaskan jalan sober (al-ṣaḥw). Dalam Hilyat al-Awliyā’ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā’, Abū Nu‘aym al-Iṣfahānī mencatat jejaknya; dengan demikian kita mendapat gambaran jelas: al-Junayd menolak kebingungan rohani yang membuat orang kehilangan nalar, lalu ia mengajarkan kesadaran penuh di hadapan Allah.

Spiritualitas yang Relevan di Tengah Hiruk-pikuk

Hiruk-pikuk kota, tekanan ekonomi, serta perdebatan publik kerap menarik perhatian kita pada hal-hal fana. Namun, al-Junayd menawarkan pendekatan berbeda. Ia menegaskan:

«مَنْ لَمْ يَحْفَظِ الْكِتَابَ، وَلَمْ يَكْتُبِ الْحَدِيثَ، وَلَمْ يَتَفَقَّهْ فِي الدِّينِ، لاَ يُقْتَدَى بِهِ فِي هَذَا الأَمْرِ»
“Barang siapa tidak menjaga Al-Qur’an, tidak menulis hadits, dan tidak memahami agama, maka ia tidak layak dijadikan teladan dalam urusan ini.”

Dengan kata lain, sober menuntut pijakan ilmu. Oleh karena itu, kita harus menyandingkan pengalaman batin dengan tradisi ilmu agar kesadaran tidak runtuh menjadi emosi semata.

Jalan Sober: Kesadaran Bukan Pengasingan

Al-Junayd menentang jalan sukr (mabuk rohani) yang membuat orang hilang kendali. Sebaliknya, ia mengajarkan kewaspadaan: waspada dalam dzikir, teguh dalam amal, dan jernih dalam akal. Ia pernah berkata:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

«أَخْرَجَنَا التَّصَوُّفُ إِلَى مَذْهَبٍ لاَ يُصْلِحُ فِيهِ إِلاَّ الْجِدُّ»
“Tasawuf telah membawa kami kepada jalan yang tidak ada kebaikan di dalamnya kecuali dengan kesungguhan.”

Oleh sebab itu, al-Junayd meminta muridnya supaya memadukan penghayatan batin dengan disiplin praktik — sehingga kecintaan kepada Tuhan tidak melahirkan perilaku irasional.

Mengatasi Amarah dan Keegoan dengan Kesadaran

Di lapangan sosial, banyak konflik bermula dari ego dan kemarahan. Di sini al-Junayd memberi wejangan penting:

«إِنَّمَا هُوَ أَنْ تَكُونَ مَعَ اللهِ بِلاَ عَلاَقَةٍ»
“Hakikatnya adalah engkau bersama Allah tanpa keterikatan apa pun.”

Dengan kata lain, bila kita menyadari titipan dunia dan tidak melekat padanya, maka amarah mereda dan ruang dialog terbuka kembali. Oleh karenanya, al-Junayd mengajak kita berlatih menahan reaksi spontan, lalu menggantinya dengan refleksi serta tindakan yang bertanggung jawab.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Dimensi Sosial Tasawuf: Tidak Mengasingkan, Tetapi Menguatkan

Perlu dicatat: al-Junayd tak mengasingkan diri dari masyarakat. Sebaliknya, ia hadir di kota Baghdad, menasihati murid, dan mengajarkan etika sosial. Dalam tradisinya, ia selalu mengaitkan pengalaman spiritual pada Al-Qur’an dan Sunnah:

«طَرِيقُنَا هَذَا مُقَيَّدٌ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ»
“Jalan kami ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”

Dengan demikian, tasawuf menurut al-Junayd berperan sosial: ia menopang moral publik, bukan menutup diri dari tanggung jawab kolektif. Oleh sebab itu, para pengamal harus tetap taat pada norma moral dan hukum agama.

Mengikat Makna ke Realitas Hari Ini

Sekarang, ketika media sosial sering menggoda kita mencari pengakuan instan, ajaran al-Junayd menjadi penawar. Pertama, ia mengajarkan agar kita tetap sadar — bukan terbawa arus validasi online. Kedua, ia menuntun kita agar kerja dan ibadah berjalan seimbang; dengan demikian hidup menjadi lebih stabil.

Lebih jauh lagi, al-Junayd mengingatkan bahwa kesalehan harus melahirkan akhlak: kasih sayang, keadilan, dan ketenangan. Oleh karenanya, praktik spiritual yang sehat akan membentuk warga yang beretika di ruang publik.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Refleksi Singkat untuk Kita Semua

Intinya, jalan sober mengajarkan tiga hal utama: (1) bangun fondasi ilmu, (2) pelihara kesadaran batin tanpa kehilangan akal, dan (3) terapkan etika spiritual dalam interaksi sosial. Dengan demikian, kita bukan sekadar mencari pengalaman rohani, melainkan membangun masyarakat yang lebih beradab.

Penutup: Sadar Sepenuhnya, Hidup Lebih Utuh

Akhirnya, al-Junayd mengundang kita untuk hadir secara penuh — hadir dalam pekerjaan, hadir dalam doa, dan hadir dalam relasi. Karena bila kita sadar sepenuhnya, maka godaan dunia tidak mudah menggoyahkan. Oleh karena itu, mari jalani hidup dengan kewarasan: bukan mabuk akan emosi, melainkan sober — waspada, berilmu, dan mencintai Allah dengan akal yang jernih.

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement