Khazanah
Beranda » Berita » Zunnūn al-Miṣrī: Sufi Dari Mesir Dengan Hikmah Cinta Ilahi

Zunnūn al-Miṣrī: Sufi Dari Mesir Dengan Hikmah Cinta Ilahi

Zunnūn al-Miṣrī berdoa di tepi Sungai Nil dengan cahaya cinta ilahi.
Ilustrasi seorang sufi Mesir yang sedang berdoa dalam kesunyian malam di tepi Sungai Nil, melambangkan cinta ilahi yang abadi.

Surau.co. Hikmah cinta ilahi yang dipancarkan oleh Zunnūn al-Miṣrī menjadi cahaya yang terus menuntun para pencari jalan Allah. Nama beliau tak hanya terikat pada Mesir, tanah kelahirannya, tetapi juga merasuk ke dalam lembaran sejarah spiritual dunia Islam. Kitab Hilyat al-Awliyā’ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā’ karya Abū Nu‘aym al-Iṣfahānī merekam betapa luas pengetahuan, dalam cinta, dan penuh kerendahan hati seorang sufi agung yang tak letih mengajarkan jalan kembali pada Allah.

Suara Hati Yang Menyapa Realitas Sosial Kita

Masyarakat Indonesia hari ini sering merasa hampa meski hidup di tengah kelimpahan. Orang berlari mengejar dunia, namun kehilangan ketenangan batin. Sosok Zunnūn memberi pesan yang masih relevan: jalan cinta kepada Allah bukan sekadar ibadah ritual, melainkan kesadaran penuh atas makna hidup. Di tanah kita, banyak orang mendirikan majelis zikir, tetapi masih terjebak dalam pertengkaran. Dari Zunnūn kita belajar, cinta ilahi mestinya menghadirkan kedamaian, bukan perpecahan.

Beliau pernah berkata sebagaimana dikutip dalam kitab:

قال ذو النون: من علامة المحب لله دوام الذكر لله وكثرة الحياء منه
Zunnūn berkata: tanda orang yang mencintai Allah adalah senantiasa berzikir kepada-Nya dan memiliki rasa malu yang besar kepada-Nya.

Pesan sederhana ini seakan mengetuk hati kita yang sering mengaku cinta, tetapi lupa untuk menundukkan ego.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Tangisan Malam Dan Senyum Siang

Zunnūn dikenal sering menangis dalam doa malamnya. Dalam Hilyat al-Awliyā’ tertulis:

كان ذو النون إذا جن الليل بكى حتى السحر، ثم إذا أصبح تبسم كأنه ما بكى قط
Zunnūn bila malam telah datang menangis hingga waktu sahur, lalu saat pagi tiba ia tersenyum seakan tak pernah menangis semalam.

Gambaran itu bukanlah kemunafikan, tetapi pelajaran tentang keseimbangan: hati berduka di hadapan Allah, namun wajah tetap ramah pada manusia. Di Indonesia, banyak orang larut dalam kesedihan pribadi dan lupa berbagi senyum. Dari Zunnūn kita belajar bahwa tangisan di malam hari harus berbuah kelembutan di siang hari.

Kebijaksanaan Dalam Kata-Kata

Dalam pandangan Zunnūn, ilmu hakiki bukanlah sekadar hafalan, melainkan cahaya yang menggerakkan hati. Ia pernah berujar:

العلم نور يقذفه الله في القلب، لا بكثرة الرواية
Ilmu adalah cahaya yang Allah tanamkan dalam hati, bukan karena banyaknya riwayat yang dihafal.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Betapa dalam makna ini. Di negeri kita, banyak orang pandai berargumen, tetapi sedikit yang menghadirkan cahaya. Ilmu yang tidak melahirkan kasih sayang hanyalah tumpukan huruf tanpa ruh.

Al-Qur’an pun menegaskan dalam surah Al-Zumar (39:9):

هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?

Ayat ini selaras dengan ajaran Zunnūn: ilmu sejati harus membawa pada pengenalan diri dan cinta kepada Allah.

Cinta Ilahi Sebagai Jalan Hidup

Salah satu kisah yang dituturkan dalam Hilyat al-Awliyā’ adalah doa Zunnūn:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

اللهم إنك تعلم أني لا أجد لذة في غير ذكرك، ولا راحة في غير حبك
Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku tidak menemukan kenikmatan selain dalam zikir-Mu, dan tiada ketenangan selain dalam cinta-Mu.

Kalimat ini adalah inti tasawuf: cinta yang membuat segalanya menjadi ringan. Di Indonesia, anak-anak muda sering mencari pelarian dalam hiburan fana. Namun teladan Zunnūn mengingatkan bahwa cinta ilahi adalah sumber kebahagiaan yang tak tergantikan.

Menghadirkan Pesan Zunnūn Di Tengah Kehidupan Modern

Hari ini, ketika kita sering merasa kosong meski sibuk, ajaran Zunnūn terasa begitu dekat. Ia tidak mengajak kita lari dari dunia, melainkan menyelami kedalaman hati. Tangisan di malam sunyi, senyum di siang hari, dan cinta ilahi yang mengalir dalam setiap amal, adalah bekal untuk menghadapi dunia yang penuh hiruk-pikuk.

Hikmah cinta ilahi dari Zunnūn al-Miṣrī bukan sekadar kisah masa lalu. Ia adalah lentera bagi siapa pun yang merindukan hidup yang lebih bermakna, lebih penuh kasih, dan lebih dekat kepada Sang Pencipta.

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement