Khazanah
Beranda » Berita » Zuhudnya Hasan al-Baṣrī: Ulama Tabi‘in yang Mengguncang Hati dengan Nasihatnya

Zuhudnya Hasan al-Baṣrī: Ulama Tabi‘in yang Mengguncang Hati dengan Nasihatnya

Ilustrasi Hasan al-Baṣrī ulama tabi‘in sedang menasihati umat.
Ilustrasi realis filosofis tentang Hasan al-Baṣrī, ulama tabi‘in, memberi nasihat tentang zuhud kepada masyarakat.

Surau.co. Zuhud Hasan al-Baṣrī – Di tengah hiruk pikuk dunia modern, manusia kerap terjebak dalam pusaran harta, kekuasaan, dan gemerlap yang menipu. Akan tetapi, para ulama sejak dahulu sudah mewariskan nasihat yang melampaui zaman. Salah satu tokoh yang paling menonjol adalah Hasan al-Baṣrī, ulama tabi‘in yang masyhur karena kezuhudannya serta ketajaman kata-katanya. Dalam kitab Hilyat al-Awliyā’ wa Ṭabaqāt al-Asfiyā’ karya Abū Nu‘aym al-Iṣfahānī, Hasan digambarkan bukan hanya sebagai ahli ibadah, tetapi juga sebagai lentera yang menuntun manusia keluar dari kegelapan dunia menuju cahaya akhirat.

Hasan al-Baṣrī dalam Bingkai Sejarah

Hasan al-Baṣrī lahir di Madinah pada tahun 21 H. Sejak kecil, ia tumbuh di lingkungan penuh keilmuan dan berguru langsung kepada banyak sahabat Nabi. Oleh karena itu, nasihatnya bukan sekadar ungkapan indah, melainkan pantulan dari ajaran Rasulullah ﷺ yang ia serap. Abū Nu‘aym menulis dalam Hilyat al-Awliyā’:

«مَا رَأَيْتُ رَجُلًا أَشْبَهَ قَوْلًا وَفِعْلًا بِالصَّحَابَةِ مِنْهُ»
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang perkataan dan perbuatannya lebih mirip dengan para sahabat selain Hasan al-Baṣrī.”

Kesaksian ini menegaskan bahwa ucapan dan perbuatan Hasan berjalan seiring. Ia tidak hanya berbicara, tetapi juga hidup sesuai dengan ajarannya.

Pesan Zuhud untuk Zaman yang Sibuk

Fenomena sosial di Indonesia memperlihatkan banyak orang bekerja tanpa henti demi harta, meskipun harus mengorbankan keluarga dan bahkan ibadah. Dalam kondisi semacam ini, pesan Hasan hadir sebagai penyejuk. Ia pernah berkata:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

«الدُّنْيَا دَارُ مَمَرٍّ لا دَارُ مَقَرٍّ»
“Dunia adalah tempat persinggahan, bukan tempat menetap.”

Pesan sederhana ini mengingatkan bahwa sehebat apa pun pencapaian dunia, semuanya hanya titipan. Maka, zuhud bukan berarti menolak dunia, melainkan menempatkannya di tangan, bukan di hati.

Hikmah dalam Penderitaan

Selain berbicara tentang zuhud, Hasan al-Baṣrī juga menekankan pentingnya sabar. Ia menegaskan:

«الصَّبْرُ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ»
“Sabar adalah salah satu harta simpanan dari harta simpanan surga.”

Kata-kata ini relevan bagi masyarakat Indonesia yang sering menghadapi bencana alam atau kesulitan ekonomi. Melalui pesan sabar, Hasan seakan menuntun kita untuk tetap teguh, sebab ujian justru menguatkan iman.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Nasihat yang Mengguncang Hati

Kekuatan Hasan al-Baṣrī terletak pada kemampuannya menggerakkan hati. Kata-katanya lahir dari ketulusan, bukan sekadar retorika. Bahkan, Abū Nu‘aym menyebutkan:

«كَانَ كَلاَمُهُ يُشْبِهُ كَلاَمَ الأَنْبِيَاءِ»
“Ucapannya mirip dengan ucapan para nabi.”

Di era media sosial, ketika kata-kata sering dipakai sekadar untuk popularitas, ketulusan semacam ini terasa langka. Hasan menunjukkan bahwa nasihat baru akan berpengaruh jika keluar dari hati yang bersih.

Membumikan Zuhud di Kehidupan Modern

Pertanyaannya, bagaimana pesan Hasan bisa kita terapkan? Jawabannya ada pada keseimbangan. Zuhud tidak berarti menolak modernitas, tetapi mengajarkan sikap proporsional: bekerja keras tanpa diperbudak hasil, menikmati dunia tanpa lupa bahwa ia fana. Al-Qur’an pun menegaskan:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا﴾ (القصص: 77)
“Carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ayat ini sejalan dengan jalan hidup Hasan: dunia dikelola dengan baik, tetapi akhirat tetap tujuan utama.

Penutup: Warisan Spiritual yang Menyala

Warisan Hasan al-Baṣrī bukanlah teori kosong. Nasihatnya tetap relevan, terutama ketika manusia modern semakin hanyut dalam ambisi. Ia mengajarkan keberanian menata hati, kesabaran dalam ujian, dan kesederhanaan dalam hidup. Dengan begitu, setiap langkah di bumi menjadi jalan menuju keabadian.

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement