Khazanah
Beranda » Berita » Menemukan Ketenangan Hati dalam Cahaya Ilahi

Menemukan Ketenangan Hati dalam Cahaya Ilahi

Ketenangan hati
Ilustrasi beberapa orang muslim sedang membaca Al-Qur'an dalam halaqah. Foto: Perplexity

SURAU.CO. Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya sesuai dengan perannya masing-masing. Allah memberikan masalah sesuai takaran masing-masing manusia sebagai ujian kehidupan. Masalah hidup sering kali membuat hati resah dan gundah. Hati yang resah dan tidak tenang akan mengganggu manusia dalam menjalankan  aktivitasnya. Namun, Islam sebagai agama yang sempurna selalu punya obat penawar dalam setiap masalah kehidupan yang sudah disampaikan dalam Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi sumber petunjuk, hikmah, dan ketenangan bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia. Ia bukan hanya teks yang dibaca, tetapi juga cahaya yang menuntun, penawar bagi keresahan, serta kompas yang mengarahkan hidup.

Allah SWT menegaskan salah satu fungsi Al-Qur’an dalam firman-Nya:“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 57).

Ayat ini mengingatkan bahwa setiap ayat Al-Qur’an mengandung pesan yang menenangkan jiwa, menyembuhkan kegelisahan, dan memberikan harapan. Dalam artikel ini, mari kita telusuri 10 ayat pilihan yang sering menjadi penyejuk hati, sekaligus memahami bagaimana ayat-ayat ini relevan untuk kehidupan kita sehari-hari

10 Ayat Penyejuk Hati

1. Ayat Kursi, Jaminan Perlindungan (Al-Baqarah: 255)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam percakapan dengan Ubay bin Ka’ab RA, yang kepadanya Nabi menanyakan ayat mana yang paling agung, dan Ubay menjawab dengan Ayat Kursi.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“Allah! Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Hidup, Yang Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Hidup, Maha Mengatur, dan Maha Menjaga seluruh alam semesta tanpa pernah lelah atau lengah. Membaca Ayat Kursi memberikan rasa aman dan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu pun yang luput dari penjagaan Allah.

Tidak heran, banyak ulama menganjurkan membacanya setiap selesai shalat, sebelum tidur, atau ketika merasa takut. Dengan menyadari kekuasaan Allah, hati akan merasa tenang, karena kita tahu bahwa hidup ini sepenuhnya dalam lindungan-Nya.

2. Ujian dan Kesabaran (Al-Baqarah: 155–157)

Allah menegaskan bahwa kehidupan pasti penuh dengan ujian, baik berupa rasa takut, kehilangan, maupun penderitaan. Namun, Allah juga memberi kabar gembira bagi orang yang sabar dengan balasan rahmat dan petunjuk.

“Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155–157)

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Kesabaran bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi menerima ujian dengan hati yang lapang, sambil tetap berusaha mencari jalan keluar. Inilah yang membuat sabar menjadi sumber kekuatan spiritual.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, karena semua urusannya adalah baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur; jika ditimpa kesusahan, ia bersabar. Dan itu hanya berlaku bagi seorang mukmin.” (HR. Muslim).

3. Hikmah dalam Memelihara Amanah (Al-Baqarah: 269)

“Allah menyuruh kamu supaya kamu mengembalikan apa yang menjadi hak orang lain kepada yang berhak dan apabila kamu membuat perjanjian, hendaklah kamu menggenapkannya. Itulah yang diperintahkan Allah kepadamu supaya kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah: 269)

Ayat ini menekankan pentingnya menunaikan amanah dan janji. Orang yang menjaga hak orang lain akan hidup dalam harmoni, sementara pengkhianatan hanya menimbulkan kegelisahan. Hikmah sejati adalah anugerah Allah. Dengan hikmah, seorang hamba bisa melihat masalah dengan jernih, mengambil keputusan dengan adil, dan menjaga hubungan sosial dengan damai.

4. Kemudahan Setelah Kesulitan (Ash-Sharh: 5–7)

Allah menegaskan dalam Surah Ash-Sharh bahwa di balik kesulitan selalu ada jalan keluar. Dua kali Allah mengulang janji ini untuk meneguhkan hati manusia.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Ash-Sharh: 5–7)

Janji ini bukan sekadar penghiburan, melainkan motivasi agar kita tidak menyerah. Hidup memang tidak selalu mudah, tetapi setiap badai pasti reda. Sebagai umat, kita harus menjalani kehidupan dengan keikhlasan dan tekad yang kuat.

5. Kekuatan Doa (Al-Baqarah: 186)

Doa adalah jembatan hati kita dengan Allah. Ayat ini menegaskan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya dan selalu siap mengabulkan doa mereka.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Namun, doa bukan hanya permintaan, melainkan juga bentuk penghambaan. Seorang mukmin yang ikhlas berdoa akan merasakan ketenangan, karena ia menyadari bahwa semua urusan hidupnya ia titipkan kepada Zat Yang Maha Kuasa.

6. Kasih Sayang dalam Rumah Tangga (Ar-Rum: 21)

“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Allah menggambarkan hubungan suami-istri sebagai salah satu tanda kebesaran-Nya. Rasa cinta dan kasih sayang yang tumbuh dalam pernikahan bukan sekadar hubungan emosional, tetapi juga sarana spiritual untuk menemukan ketenangan.

Dalam keluarga yang dibangun atas dasar iman, kasih sayang menjadi pondasi utama. Dari sinilah lahir kedamaian yang tidak hanya dirasakan pasangan, tetapi juga anak-anak dan masyarakat.

7. Berbakti kepada Orang Tua (Al-Isra: 23)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23)

Berbuat baik kepada orang tua adalah perintah utama setelah tauhid. Ayat ini menegaskan agar kita selalu menghormati mereka dengan tutur kata yang lembut, bahkan ketika mereka sudah lanjut usia. Berbakti kepada orang tua adalah sumber keberkahan hidup, dan doa mereka menjadi penenang hati anak-anaknya.

Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang amal yang paling dicintai Allah. Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim).

8. Syukur yang Membuka Nikmat (Ibrahim: 7)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memberitahukan: ‘Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (QS. Ibrahim: 7)

Allah menjanjikan tambahan nikmat bagi hamba yang bersyukur. Bersyukur bukan hanya dengan ucapan “Alhamdulillah”, tetapi juga dengan hati yang ikhlas dan amal yang baik.

Syukur membuat hati tenang karena kita fokus pada nikmat yang ada, bukan pada kekurangan. Dengan bersyukur, hidup terasa lebih lapang dan bahagia. Dan dengan bersyukur, kita akan menerima lebih banyak nikmat.

9. Zikir sebagai Obat Hati (Ar-Ra’d: 28)

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Ayat ini menegaskan bahwa ketenangan sejati hanya bisa diperoleh dengan mengingat Allah. Harta, jabatan, atau hiburan dunia hanya memberi kesenangan sesaat, sementara zikir menenangkan hati hingga ke relung terdalam. Dengan berzikir, hati yang gelisah akan berubah menjadi tenang, penuh keyakinan, dan optimisme.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berzikir, seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari).

10. Toleransi dan Menghargai Sesama (Al-Hujurat: 11)

Al-Qur’an mengingatkan agar kita tidak merendahkan atau mengejek orang lain. Menghormati sesama adalah bagian dari iman, sementara merendahkan orang lain hanya menumbuhkan permusuhan.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kaum laki-laki merendahkan kaum laki-laki yang lain, (seolah-olah) mereka lebih baik dari mereka; dan jangan pula perempuan-perempuan merendahkan perempuan-perempuan yang lain, (seolah-olah) mereka lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan (gelaran) adalah (panggilan) yang buruk sesudah beriman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Ayat ini sangat relevan di era modern, ketika media sosial sering dipenuhi ujaran kebencian. Seorang mukmin yang benar akan menjaga lisannya agar tidak menyakiti orang lain, karena setiap kata akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Tips Menjaga Ketenangan dengan Al-Qur’an

Untuk mendapatkan ketenangan sejati dari Al-Qur’an, tidak cukup hanya membacanya secara rutin, tetapi juga perlu membangun kebiasaan yang membuat hati terhubung dengan Al-Quran. Membangun kebiasaan bisa dengan menetapkan waktu khusus setiap hari, agar bacaan Al-Qur’an menjadi bagian dari ritme hidup. Membaca Al-Qur’an pada waktu yang tetap akan melatih istiqamah dan menghadirkan ketenangan.

Membaca saja tidak cukup tanpa memahami makna. Maka, kita perlu mempelajari tafsir agar pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an tidak berhenti di lisan, tetapi menembus hati dan menggerakkan amal. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Memahami tafsir berarti membuka pintu kebijaksanaan, sehingga bacaan Al-Qur’an menjadi cahaya penerang hidup.

Selain itu, dengan bergabung dalam komunitas atau halaqah Al-Qur’an, seseorang akan mendapat dorongan semangat, rasa kebersamaan, dan lingkungan yang saling menguatkan. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, kecuali akan turun ketenangan kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut nama mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya (HR. Muslim).

Tidak lupa memperbanyak doa agar Allah meneguhkan hati dalam istiqamah. Tanpa pertolongan Allah, semangat bisa padam dan hati mudah lalai. Rasulullah ﷺ sendiri sering berdoa: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu” (HR. Tirmidzi). Doa ini mengajarkan bahwa istiqamah bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan karunia dari Allah.

Akhirnya, ketenangan sejati hanya akan hadir jika Al-Qur’an diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan memahami tanpa mengamalkan akan menjadikan ilmu tidak berbuah. Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran” (Q.S. Shad: 29).

Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam bersikap, bekerja, dan bermuamalah, seorang Muslim akan merasakan ketenangan hati yang tidak bisa diberikan oleh apa pun di dunia ini.

Ketenangan Hati dalam Cahaya Al-Qur’an

Hidup ini penuh dinamika, kadang bahagia, kadang penuh ujian. Namun, Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya sendiri. Ia menurunkan Al-Qur’an sebagai cahaya, penuntun, dan penenang.

Ketenangan jiwa bukanlah sesuatu yang dicari di luar, tetapi sesuatu yang ditanamkan Allah dalam hati mereka yang dekat dengan-Nya. Dengan membaca, merenungi, dan mengamalkan Al-Qur’an, kita akan menemukan kedamaian yang tidak bisa dibeli oleh dunia.

Mari kita jadikan Al-Qur’an sebagai sahabat setia dalam hidup. Sebab, semakin dekat kita dengan Al-Qur’an, semakin tenang hati kita, dan semakin terang jalan kita menuju Allah.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement