SURAU.CO – Al-Arqam bin Abi Al-Arqam termasuk sahabat yang masuk dalam golongan assabiqunal awwalun. Namanya memang tidak setenar Abu Bakar, Umar, Utsman, atau Ali, namun kontribusinya dalam dakwah Islam sangat besar.
Ia berasal dari Bani Makhzum, sebuah kabilah besar di Makkah yang menguasai bidang militer. Kabilah ini mengumpulkan kuda dan menyediakan persenjataan untuk peperangan Quraisy.
Ayahnya, Abu al-Arqam, menempati posisi terpandang di Bani Makhzum, sedangkan ibunya, Umaimah binti al-Harits bin Hibalah, berasal dari kabilah Khuza’ah. Latar belakang keluarga itu membuat Arqam tumbuh di lingkungan strategis sekaligus berada di tengah persaingan besar antara Bani Makhzum dan Bani Hasyim.
Sehari-hari, Arqam berdagang. Ia menikah dengan Hindun binti Abdullah dari Bani Asad dan membangun keluarga dengan lima anak: Umayyah, Maryam, Abdullah, Usman, dan Shafiyyah. Ibnu Sa’ad dalam Al-Thabaqat al-Kubra menyebut lebih dikenal dengan kunyah Abu Abdillah.
Rumah Dakwah Pertama Rasulullah ﷺ
Ketika Rasulullah ﷺ memulai dakwah Islam, beliau menyampaikannya secara sembunyi-sembunyi karena Quraisy menentang keras ajaran itu. Pada fase inilah, rumah Arqam menjadi tempat yang paling stratesis dalam dakwah nabi.
Rasulullah ﷺ memilih rumah Arqam sebagai tempat berkumpul, mengajar, dan membina para sahabat. Beliau memilih rumah al arqam karena dua alasan. Pertama, Arqam masih muda sehingga Quraisy tidak menyangka rumah seorang pemuda menjadi pusat gerakan besar. Kedua, Arqam berasal dari Bani Makhzum—kabilah yang bersaing keras dengan Bani Hasyim—sehingga Quraisy tidak pernah mengira Nabi Muhammad ﷺ menjadikan rumah anggota Makhzum sebagai markas dakwah.
Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam Sirah -nya:
“Rasulullah ﷺ mengajak para sahabat untuk berkumpul di rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam di bukit Shafa. Beliau membacakan Al-Qur’an kepada mereka dan mengajarkan agama kepada mereka.” ( Sirah Ibnu Hisyam , jilid 1, hlm. 265).
Di rumah itu, Rasulullah ﷺ melaksanakan tasqif (pembinaan). Para sahabat yang baru masuk Islam belajar langsung tentang tauhid, ibadah, dan akhlak. Dari rumah sederhana Arqam, lahir sahabat-sahabat generasi awal yang dikenal sebagai assabiqunal awwalun. Mereka tumbuh menjadi pemimpin, panglima, dan teladan umat sepanjang zaman.
Keutamaan Arqam
Arqam tidak hanya menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah, ia juga termasuk sahabat pertama yang masuk Islam. Melalui dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq, Arqam menyatakan keimanannya bersama Abu Ubaidah bin Jarrah, Bilal bin Rabah, Abu Salamah, dan Usman bin Mazh’un.
Dengan penuh keberanian, Arqam membuka pintu rumahnya bagi Rasulullah ﷺ. Ia menanggung risiko besar karena keluarganya di Bani Makhzum banyak yang menentang Islam. Namun, ia tetap teguh karena yakin terhadap kebenaran risalah Nabi Muhammad ﷺ.
Ibnu Sa’ad mencatat dalam Al-Thabaqat al-Kubra :
“Al-Arqam termasuk sahabat yang masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia memberikan rumahnya untuk Rasulullah ﷺ dan para sahabat berkumpul di sana hingga Islam mulai tampak terang.” ( Al-Thabaqat al-Kubra).
Arqam juga ikut berjuang di medan jihad. Ia hadir dalam Perang Badar, perang besar pertama antara kaum muslim dan Quraisy. Dalam perang itu, Rasulullah ﷺ menghadiahkan kepadanya sebuah pedang dari harta rampasan perang, yang sebelumnya dimiliki oleh Ibnu ‘Aidz al-Mazraban. Ia juga ikut serta dalam Perang Uhud pada tahun ketiga Hijriah dan menunjukkan kesetiaan serta keberaniannya.
Wafatnya Arqam
Arqam bin Abi Al-Arqam menjalani hidup panjang hingga usia 85 tahun. Ia wafat pada tahun 55 H, ketika Utsman bin Affan menjabat khalifah.
Sebelum wafat, ia berwasiat agar Sa’ad bin Abi Waqqash memimpin salat jenazahnya. Namun, ketika ia meninggal, Sa’ad belum sempat hadir. Marwan bin Hakam, gubernur Madinah saat itu, ingin maju sebagai imam. Keluarga Arqam menolak dan memilih menunggu Sa’ad. Akhirnya, Sa’ad tiba tepat waktu dan memenuhi wasiat Arqam. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman Baqi’ , tempat peristirahatan banyak sahabat Nabi ﷺ.
Teladan dari Arqam
Kisah Arqam bin Abi Al-Arqam mengajarkan pelajaran penting. Ia membuktikan bahwa peran besar dalam sejarah Islam tidak selalu datang dari panggung utama. Terkadang, peran itu hadir melalui kesediaan untuk menyediakan tempat, kesempatan, atau fasilitas bagi perjuangan agama.
Arqam berani menembus logika sosial Quraisy yang penuh rivalitas antarkabilah. Ia tidak peduli dengan potensi penolakan keluarganya. Ia hanya memikirkan bagaimana Islam bisa berkembang.
Ia menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya membutuhkan tokoh-tokoh besar, tetapi juga orang-orang yang rela berkorban dengan apa yang mereka miliki. Rumahnya membuktikan bahwa sebuah tempat sederhana bisa membawa perubahan besar bagi dunia.
Nama Arqam bin Abi Al-Arqam mungkin jarang muncul dalam kajian sahabat Nabi ﷺ. Namun, sejarah mencatat rumahnya sebagai markas dakwah pertama Islam. Dari rumah itu, cahaya Islam menyebar dan melahirkan generasi tangguh.
Keberanian, pengorbanan, dan ketulusan Arqam memberi teladan bahwa setiap orang bisa memberi kontribusi untuk kebaikan. Oleh karena itu, mengenang Arqam berarti mengingat betapa pentingnya dukungan kecil dalam perjalanan besar umat ini.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
