Sosok
Beranda » Berita » Mengenal Zubair bin Awwam: Sang Pengawal Setia Rasulullah

Mengenal Zubair bin Awwam: Sang Pengawal Setia Rasulullah

Mengenal Zubair bin Awwam: Sang Pengawal Setia Rasulullah
Ilustrasi Zubair bin Awwam

SURAU.CO – Zubair bin Awwam radhiyallahu ‘anhu tercatat sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling setia dan tawaduk. Nama lengkapnya ialah Az-Zubair bin Al-‘Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al-Quraisyi Al-Asadiy. Nasab ini menunjukkan bahwa Zubair berasal dari suku Quraisy yang terhormat.

Ayahnya, Al-‘Awwam bin Khuwailid, gugur dalam Perang Fijar. Al-‘Awwam merupakan saudara kandung Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, Zubair adalah keponakan Khadijah.

Ibunya, Shafiyyah binti Abdul Muthalib, termasuk bibi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Shafiyyah memeluk Islam dan ikut berjuang bersama kaum Muslimin pada masa awal dakwah. Dengan garis keturunan ini, Zubair tumbuh dekat dengan Rasulullah, baik dari pihak ayah maupun ibunya.

Nasab Zubair dari jalur ayah bertemu dengan Nabi Muhammad di Qushay bin Kilab, sedangkan dari jalur ibu bertemu di Abdul Muthalib, kakek Rasulullah. Maka, sejak kecil Zubair hidup dekat dengan keluarga Nabi.

Julukan Mulia

Kaum Muslimin mengenal Zubair bin Awwam dengan dua julukan istimewa. Pertama, Ia disebut “Hawari Rasulullah” (حواري رسول الله) yang berarti pengikut setia atau penolong Rasulullah. Kedua, ia dijuluki “Farisul Islam” (فارس الإسلام) yang berarti kesatria Islam penunggang kuda. Julukan-julukan ini lahir karena Zubair menunjukkan keberanian dan kesetiaan luar biasa sepanjang hidupnya.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Zubair termasuk di antara generasi awal yang menerima Islam. Ia memeluk agama tauhid melalui perantara dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Zubair segera menemui Rasulullah bersama sahabat lain dan menyatakan keislamannya tanpa ragu.

Para ahli sirah berbeda pendapat mengenai usianya ketika memeluk Islam. Ada yang menyebut ia berusia 16 tahun, ada yang mengatakan 12 tahun, bahkan ada yang menegaskan hanya 8 tahun. Terlepas dari perbedaan itu, jelaslah bahwa Zubair menerima Islam pada usia yang sangat muda.

Kabar keislaman Zubair membuat pamannya, Naufal bin Khuwailid, murka. Naufal menyiksa Zubair dengan kejam dan berusaha memaksanya kembali ke agama nenek moyangnya. Namun, Zubair bertahan dengan sabar dan teguh memegang Islam. Ia tidak pernah goyah meski menghadapi penderitaan. Akhirnya, sang paman menyerah dan membiarkan Zubair dengan pilihannya.

Keberanian di Medan Perang

Az- Zubair sosok seorang yang badannya tinggi, hingga Ketika ia menunggang kuda atau unta, kedua kakinya hampir menyapu tanah. Kulitnya putih, jambangnya tipis, dan memiliki rambut lebat di tubuhnya. Penampilan fisiknya yang gagah semakin menambah wibawa sosoknya sebagai seorang pejuang dan kesatria Islam.

Zubair menunjukkan keberanian yang tidak tertandingi. Ia adalah sahabat pertama yang menghunus pedangnya di jalan Allah. Dalam setiap pertempuran bersama Rasulullah, ia selalu tampil gagah berani.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Dalam Perang Uhud, Zubair maju menghadapi duel satu lawan satu melawan Thalhah bin Abi Thalhah Al-Abdari, jagoan Quraisy. Dengan keberanian luar biasa, Zubair berhasil mengalahkan lawannya. Peristiwa ini semakin menguatkan namanya sebagai salah satu kesatria Islam paling tangguh.

Ketawadukan

Meski terkenal berani dan tangguh, Zubair tetap menjaga ketawadukannya. Hal ini tampak dalam Perang Jamal. Setelah ia sadar bahwa dirinya keliru dalam peperangan tersebut, ia langsung memilih meninggalkan medan tempur. Ia pergi sendirian tanpa ditemani siapa pun, padahal ia memiliki banyak budak yang bisa menyertainya.

Ia berhenti di sebuah lembah bernama Saba’, lalu beristirahat dan tidur tanpa pengawalan. Sikap itu menunjukkan betapa sederhana dan rendah hati dirinya sebagai seorang sahabat besar.

Selain itu, Zubair juga menunjukkan kesungguhan dalam ibadah. Ia rajin melaksanakan shalat sunnah, gemar berpuasa, dan tekun bersedekah. Ia juga selalu mendampingi Rasulullah dalam ibadah haji.

Setelah Rasulullah wafat, Zubair tidak pernah berhenti menunaikan haji dan berulang kali melaksanakan umrah. Ia menginfakkan hartanya di jalan Allah dan menggunakan kekayaannya untuk berderma.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Pada bulan Rabiul Awal tahun 36 Hijriah, dalam suasana genting setelah Perang Jamal, Amr bin Jurmuz membunuh Zubair bin Awwam ketika sedang shalat.

Ia wafat pada usia sekitar 66 atau 67 tahun. Kabar ini mengguncang kaum Muslimin, karena mereka kehilangan salah satu pengawal setia Rasulullah yang telah mendedikasikan hidupnya untuk Islam.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement