Khazanah
Beranda » Berita » Hikmah Bersyukur: Dialog Jibril dengan Hewan-Hewan

Hikmah Bersyukur: Dialog Jibril dengan Hewan-Hewan

Hikmah Bersyukur: Dialog Jibril dengan Hewan-Hewan
ilustrasi pentingnya bersyukur.

 SURAU.CO – Suatu ketika  Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril untuk bertanya kepada kerbau, apakah ia senang dan bahagia telah Allah ciptakan sebagai sesekor kerbau. Maka pergilah Jibril menemui kerbau yang ketika itu sedang berenang di sebuah sungai di bawah teriknya sinar matahari. Jibril pun bertanya kepadanya, “Hai Kerbau! apakah engkau senang dan bahagia tercipta sebagai seekor kerbau?”.

Kerbau menjawab, “Alhamdulillah saya senang dan bahagia sekali Allah ciptakan menjadi seekor kerbau, sehingga saya bisa berenang di air sungai seperti ini. Daripada Allah ciptakan aku sebagai seekor kelelawar yang mandi dengan air kencingnya sendiri.”

Kemudian, malaikat Jibril pun berangkat menemui kelelewar dan menanyakan apakah dia senang dan bahagia  Allah ciptakan ia sebagai kelelawar. Kelelawar pun menjawab “Alhamdulillah saya sangat senang dan bahagia menjadi kelelawar. Dengan sayap yang Allah berikan saya bisa terbang ke mana saja dalam waktu yang singkat dan cepat. Daripada saya tercipta sebagai seekor ulat yang ukuran tubuhnya kecil dan berjalan melata di atas bumi”.

Malaikat Jibril pun berangkat menemui ulat dan bertanya kepadanya apakah ia senang dan bahagia Allah ciptakan sebagai seekor ulat. Ulat pun menjawab, “Alhamdulillâh saya sangat senang dan bahagia Allah ciptakan sebagai seekor ulat, walaupun berjalan melata di muka bumi namun masih dapat menyaksikan dan menatap cahaya matahari. Tidak seperti cacing yang hidup dalam tanah, tidak berani menatap matahari dan berjalan menarik tubuhnya”.

Maka Jibril pun berangkat menemui cacing dan bertanya kepadanya apakah ia senang dan bahagia Allah ciptakan menjadi seekor cacing. Cacing pun menjawab, “Alhamdulillâh saya senang dan bahagia tercipta sebagai seekor cacing. Walaupun tubuh saya kecil dan berdiam dalam tanah serta tidak bisa menatap matahari, namun kalau saya nanti mati saya tidak akan mempertanggung-jawabkan apa yang telah aku lakukan kepada Tuhan. Daripada saya tercipta menjadi manusia yang sempurna, namun jika dia tidak mampu beramal kebajikan dan menggunakan kesempurnaannya itu untuk beribadah kepada Tuhan, maka selamanya dia akan menerima siksa dari Tuhan”.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Hikmah dari dialog Jibril

Dari kisah itu dapat kita tarik beberapa pelajaran. Pertama, bahwa dalam kehidupan di dunia ini kita haruslah selalu memandang ke bawah. Jangan membiasakan diri memandang ke atas karena akan membuat kita “silau” karenanya.

Orang yang selalu melihat ke bawah akan senantiasa bersyukur dengan kondisinya apa pun bentuk dan keadaannya. Sebab, dia akan merasakan bahwa kondisinya jauh lebih baik dan lebih sempurna bila ia bandingkan orang lain yang lebih rendah darinya. Nabi saw dari Abu Hurairah

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, manusia selaku makhluk sempurna akan Allah minta pertanggungjawaban atas kesempurnaannya itu. Allah telah memberikan akal dan rohani kepadanya yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan itu juga manusia Allah bebani dengan serangkaian tugas dan kewajiban yang mesti ia tunaikan. Jika dia tidak mampu maka kelak dia akan menerima siksa dari Allah.

Berbeda halnya dengan binatang yang tidak akan Allah mintai pertanggungjawaban oleh Allah. Oleh karena itu, manusia haruslah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertanyaan Tuhan nanti di akhirat dengan melakukan amal-amal shalih. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Isra’ [17]: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan Allah mintai tanggung jawab.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Begitu juga firman Allah swt dalam surat al-Takatsur [102]: 8 Artinya: “kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”

Dengan demikian kita manusia seyogyanya menghadapi hari demi hari dengan penuh rasa syukur telah Allah ciptakan sebagai manusia yang punya akal dan budi dan kapasitas sebagai khalifah di muka bumi.(St.Diyar)

Referensi: Syofyan Hadi, Kisah dan ‘Ibrah,2021


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement