Pendidikan
Beranda » Berita » Keutamaan dan Hikmah Memelihara Tanaman Hidroponik

Keutamaan dan Hikmah Memelihara Tanaman Hidroponik

Keutamaan dan Hikmah Memelihara Tanaman Hidroponik
Gambar AI, Sumber: gemini.google.com.

SURAU.CO. Hidroponik muncul sebagai metode bercocok tanam modern yang tidak melibatkan tanah, melainkan air yang mengandung larutan nutrisi. Metode ini semakin populer karena masyarakat menghadapi keterbatasan lahan, perubahan iklim, dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Banyak orang menilai hidroponik hanya sekadar inovasi teknologi pertanian. Akan tetapi, Islam justru memberikan fondasi etika yang jauh lebih mendalam terkait dengan perawatan bumi dan pemanfaatan sumber daya secara penuh tanggung jawab.

 

Manusia sebagai Khalifah dan Amanah

Al-Qur’an menegaskan peran manusia sebagai pemikul amanah. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikulnya, dan manusia memikulnya. Sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah memberikan amanah yang sangat besar kepada manusia. Oleh karena itu, manusia tidak boleh hanya bertindak sebagai penghuni bumi, melainkan harus berperan sebagai khalifah yang menjaga, merawat, dan memakmurkan bumi. Dengan demikian, setiap inovasi yang mendukung kelestarian lingkungan, termasuk hidroponik, mencerminkan implementasi nyata dari amanah tersebut.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

 

Landasan Skriptural untuk Keberlanjutan dan Moderasi

Islam memberikan pedoman yang jelas tentang moderasi dan tanggung jawab. Pertama, Allah menegaskan larangan berlebih-lebihan. Allah berfirman:

“… dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

Ayat tersebut mengajarkan prinsip efisiensi dan moderasi. Karena itu, hidroponik yang mengutamakan penggunaan air secara hemat dan berulang sepenuhnya selaras dengan pesan Al-Qur’an.

Kedua, Islam menekankan kewajiban manusia untuk memakmurkan bumi. Kiai dan ulama dalam banyak forum menjelaskan bahwa manusia harus menggunakan hak atas bumi dengan bijaksana. Karena itu, setiap aktivitas bercocok tanam yang ramah lingkungan sejalan dengan nilai kekhalifahan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ketiga, Rasulullah SAW memberikan teladan yang jelas melalui sabda beliau:

“Siapa yang menanam pohon lalu manusia, hewan, atau burung makan darinya, maka itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut mengajarkan bahwa kegiatan menanam selalu menghasilkan keberkahan. Dengan demikian, menanam melalui hidroponik tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga bernilai ibadah.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:

“Jika terjadi kiamat, sementara di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma, maka tanamlah ia.”

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Hadis ini menegaskan bahwa aktivitas menanam selalu memiliki nilai mulia, bahkan dalam kondisi paling genting sekalipun.

 

Nilai Keberlanjutan dalam Hidroponik

Hidroponik membawa banyak manfaat yang selaras dengan nilai keberlanjutan. Pertama, sistem ini menghemat air karena sirkulasi berjalan secara berulang. Karena itu, metode ini mengajarkan masyarakat untuk menghargai air dan menghindari pemborosan. Dengan demikian, prinsip Islam tentang larangan israf atau berlebih-lebihan mendapat penguatan nyata melalui praktik hidroponik.

Kedua, hidroponik menekan penggunaan pestisida. Karena lingkungan tanam bersifat terkontrol, tanaman tumbuh sehat tanpa perlu banyak zat kimia. Oleh karena itu, metode ini sejalan dengan pesan Islam agar manusia tidak merusak bumi (la tufsidu fil-ardh).

Ketiga, hidroponik membuka peluang bagi masyarakat perkotaan yang hidup dengan keterbatasan lahan. Dengan teknologi ini, masyarakat bisa menanam sayuran di atap rumah, dinding vertikal, atau bahkan ruang kecil di dalam rumah. Oleh karena itu, hidroponik memberikan akses pangan sehat secara lebih inklusif.

 

Hikmah Sosial dan Ekonomi

Selain keberlanjutan lingkungan, hidroponik juga membawa hikmah sosial dan ekonomi. Pesantren Cendekia Amanah di Depok, misalnya, berhasil mengembangkan hidroponik secara produktif. Para santri mengonsumsi hasil panen sendiri, sementara sisanya dijual ke pasar dan supermarket. Oleh karena itu, pesantren tersebut berhasil meningkatkan kemandirian ekonomi sekaligus mengajarkan keterampilan praktis.

Selain itu, GreenWelfare di Depok mengembangkan hidroponik berbasis wakaf. Sebagian hasil panen memenuhi kebutuhan pesantren, sementara sisanya dijual untuk membiayai produksi ulang. Dengan demikian, hidroponik berfungsi sebagai instrumen wakaf produktif yang memberi manfaat berulang.

Selanjutnya, hidroponik mendukung ketahanan pangan masyarakat. Contohnya, Pondok Pesantren Hajar Aswad di Gunung Kidul membangun greenhouse dengan sistem akuaponik. Santri memanfaatkan kombinasi ikan dan tanaman secara efisien sehingga masyarakat sekitar ikut memperoleh manfaat ekonomi. Dengan demikian, pesantren tersebut berperan sebagai motor ketahanan pangan sekaligus pusat pemberdayaan sosial.

 

Tantangan dan Solusinya

Meskipun hidroponik memberi banyak manfaat, masyarakat tetap menghadapi tantangan nyata. Pertama, biaya instalasi cukup tinggi karena melibatkan pompa, media tanam, serta kontrol nutrisi. Akan tetapi, masyarakat bisa mengatasi masalah ini melalui program hibah, pelatihan, atau skema wakaf produktif.

Kedua, sistem hidroponik bergantung pada listrik. Karena itu, masyarakat membutuhkan solusi berupa panel surya atau cadangan energi agar tanaman tetap tumbuh dengan baik.

Ketiga, harga sayuran hidroponik cenderung lebih tinggi dibanding sayuran konvensional. Namun, strategi pemasaran yang menekankan kualitas, kebersihan, dan manfaat kesehatan mampu meningkatkan daya tarik konsumen.

Keempat, masyarakat membutuhkan pengetahuan teknis. Oleh karena itu, pesantren, lembaga pendidikan, dan komunitas harus terus memberikan pendampingan. Dengan demikian, masyarakat mampu menguasai teknik hidroponik secara mandiri.

 

Praktik Nyata di Indonesia

Banyak lembaga Islam sudah menerapkan hidroponik secara serius. GreenWelfare di Depok membangun program wakaf hidroponik untuk pesantren. Pesantren Cendekia Amanah mengintegrasikan hidroponik dengan pendidikan santri. Pondok Pesantren Hajar Aswad mengembangkan akuaponik sehingga masyarakat sekitar ikut memperoleh manfaat ekonomi. Oleh karena itu, praktik nyata tersebut membuktikan bahwa hidroponik bukan hanya gagasan, melainkan solusi nyata bagi umat.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement