BANTAHAN : SYUBHAT KISAH WALI MENGETAHUI LAUHUL MAHFUDZ & MENDENGAR NABI ﷺ DARI MAKAM
SURAU.CO – بسم الله الرحمن الرحيم “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik…” (QS. An-Nahl: 125). Semoga Allah ﷻ menjadikan tulisan ini sebagai jalan kebaikan bagi kita semua.
Tuduhan dan Tujuan :
“Ibnu Qayyim menyebut bahwa gurunya, Ibnu Taimiyah, mengetahui isi Lauhul Mahfudz, sebagaimana yang dikemukakan dalam karyanya…” Bahkan Ibnu Taimiyah tahu kemenangan kaum muslimin akan datang karena sudah ditulis di Lauhul Mahfudz.”
Oleh karena itu, kesimpulannya adalah: Kalau Ibnu Taimiyah bisa begitu, jangan heran kalau ada wali zaman sekarang yang bisa terbang, hadir di dua tempat sekaligus, atau mendengar suara Nabi dari makamnya.
MENYAMAKAN KAROMAH DENGAN ILMU GHAIB SECARA MUTLAK
1. Akibatnya, menisbatkan ilmu ghaib kepada makhluk (termasuk wali) secara mutlak adalah KESESATAN dan bertentangan dengan Al-Qur’an.
Allah ﷻ berfirman : “Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)
Maka jika ada orang yang mengatakan, “Si fulan tahu apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz,” maka ini adalah perkataan kufur atau mendekati kekufuran, jika tidak disertai penjelasan dan batasan.
Jadi, Lauhul Mahfudz adalah catatan takdir yang tidak bisa diakses siapa pun kecuali Allah ﷻ, kecuali jika diberitahu melalui wahyu — dan wahyu telah berakhir dengan wafatnya Rasulullah ﷺ.
JAWABAN BERDASAR PENJELASAN ULAMA SALAF
1. Apa maksud Ibnul Qayyim menyebut bahwa gurunya (Ibnu Taimiyah) mengetahui isi Lauhul Mahfudz ?
Jawabannya :
Ucapan itu bukan bermakna hakiki (literal) bahwa Ibnu Taimiyah benar-benar membuka dan melihat Lauhul Mahfudz.
Itu adalah gaya bahasa hiperbola (mubalaghah) untuk menunjukkan keyakinan dan firasat kuat berdasarkan ilmu syar’i, pengalaman lapangan, dan pengenalan terhadap sunnatullah dalam kemenangan Islam.
Ibnu Qayyim tidak mengatakan, “Ibnu Taimiyah melihat Lauhul Mahfudz,” melainkan beliau yakin akan pertolongan Allah ﷻ yang pasti datang, dan disampaikan dengan penuh kepercayaan.
Ulama salaf tidak menggampangkan dalam menetapkan klaim luar biasa kecuali ada dalil.
2. Ibnu Taimiyah sangat keras menolak klaim bahwa wali bisa mengetahui perkara ghaib
Ibnu Taimiyah berkata : “Orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib, atau menyangka bahwa gurunya mengetahui perkara ghaib, maka ia telah kafir atau pelaku kebid’ahan yang besar, karena ini adalah kekhususan Allah.” (Majmu’ al-Fatawa, 35/185)
Maka jika ada yang mengklaim bahwa “Ibnu Taimiyah tahu isi Lauhul Mahfudz secara langsung,” berarti ia telah memfitnah beliau dengan kebohongan besar dan menyelisihi ajaran gurunya sendiri.
KESALAHAN GANDA DALAM NARASI
1. Salah memahami ucapan ulama dan menjadikannya landasan khurafat
Mereka memahami secara tekstual kalimat Ibnul Qayyim, lalu menyamakan dengan “wali bisa terbang, teleportasi, mendengar suara Nabi dari kubur”, dan lainnya
2. Membuat analogi sesat :
“Kalau Ibnu Taimiyah bisa tahu Lauhul Mahfudz, maka wali sekarang pun bisa lebih dari itu.”
Ini adalah analogi batil.
Ibnu Taimiyah adalah ulama Rabbani, dan tidak pernah mengaku punya karomah, apalagi tahu perkara ghaib.
PENJELASAN YANG SESUAI SYARIAT DAN MANHAJ SALAF
Karomah itu benar, tapi bukan akses ke Lauhul Mahfudz
Karomah hanya bisa terjadi dengan izin Allah ﷻ, dan tidak boleh menyamai wahyu para Nabi Muhammad ﷺ.
Dan Karomah tidak boleh mengandung unsur ilmu ghaib, pengampunan dosa orang lain, atau pengakuan bisa menyelamatkan manusia.
“Allah menganugerahkan karomah, perkara luar biasa, kepada wali-Nya, tetapi wali tidak memiliki pengetahuan tentang segala hal atau kemampuan untuk menciptakan perubahan sendiri.”
LOGIKA SYUBHAT : Kalau benar Ibnu Taimiyah tahu isi Lauhul Mahfudz, mengapa beliau berjuang dengan keringat dan pedang ?
Kalau benar wali bisa teleportasi, mengapa para sahabat harus berjalan ribuan kilometer untuk berjihad ?
Fakta sejarah membantah semua khurafat ini.
Tidak ada sahabat Nabi Muhammad ﷺ atau tabi’in yang memiliki karomah melebihi mu’jizat para Nabi.
KESIMPULAN : Ibnu Taimiyah tidak pernah mengklaim dirinya mengetahui Lauhul Mahfudz.
Ibnul Qayyim pun tidak mengatakan hal itu secara literal.
Menyebarkan pemahaman keliru atas kutipan ulama adalah bentuk penyesatan dan pemutarbalikan makna.
Ahlus Sunnah meyakini karomah yang benar, tapi bukan berarti semua yang luar biasa adalah karomah.
Bisa jadi itu :
Khurafat
Tipu daya setan
Sihir
Atau cerita palsu
Imam Ahmad rahimahullah dengan lantang menegaskan bahwa pondasi agama ini adalah ilmu dan dalil, bukan cerita dan khayalan yang tidak berdasar.
Jadi, semoga Allah ﷻ menjaga kita dari kebodohan berjubah ‘karomah’ dan menguatkan kita di atas aqidah Salaf yang bersih dari khurafat.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Jangan biarkan dosa-dosa kecil menghancurkanmu! Berhenti meremehkannya dan waspadalah, karena dosa-dosa itu bisa memicu murka Allah ﷻ yang sangat dahsyat!
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba yang berani menegakkan KEBENARAN dan menjauhi KEBATILAN. Bagikan lah tulisan ini dengan niat ikhlas, sebagai bentuk AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR.
Sumber rujukan : Al-Qur’an, Sunnah, dan PEMAHAMAN para sahabat, tabi‘in, serta ulama Ahlus Sunnah yang lurus. Wallāhu A‘lam, (Eya Chaca)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
