Ibadah
Beranda » Berita » Shalat: Dari Beban Menjadi Penolong Hidup

Shalat: Dari Beban Menjadi Penolong Hidup

Shalat: Dari Beban Menjadi Penolong Hidup

Shalat: Dari Beban Menjadi Penolong Hidup.

 

SURAU.CO – Bismillahirrahmanirrahim. Sering kali kita mendengar keluhan sebagian orang bahwa shalat terasa berat, menyita waktu, atau dianggap sebagai beban di tengah kesibukan hidup. Padahal, hakikat shalat sama sekali bukanlah untuk memberatkan hamba, melainkan justru menjadi jalan untuk meringankan beban jiwa dan raga. Allah SWT tidak memerintahkan sesuatu kecuali di baliknya ada kebaikan dan kemudahan.

Allah SWT berfirman:

> “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 45)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ayat ini menegaskan bahwa shalat adalah sarana pertolongan. Shalat bukan sekadar ritual fisik, tetapi sebuah kebutuhan ruhani. Jiwa manusia yang penat oleh urusan dunia, hati yang lelah dengan masalah hidup, akan menemukan ketenangan ketika bersujud. Shalat menjadi pintu untuk melepaskan keluh kesah kepada Allah Yang Maha Mendengar.

Shalat Sebagai Tempat Curhat Terbaik

Kita mungkin punya sahabat dekat untuk berbagi cerita, tetapi tidak semua hal bisa kita ungkapkan kepada manusia. Ada perkara yang terlalu rumit, terlalu pribadi, atau terlalu berat untuk ditanggung bersama orang lain. Namun di hadapan Allah, semua bisa kita ungkapkan. Shalat membuka ruang untuk kita mencurahkan isi hati, meneteskan air mata, dan memohon jalan keluar.

Shalat Membawa Ketenangan Hati. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

> “Dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat.” (HR. An-Nasa’i)

Bagi Rasulullah, shalat bukan kewajiban yang terasa berat, melainkan kenikmatan yang menenangkan jiwa. Ketika masalah datang, beliau segera menegakkan shalat. Inilah yang seharusnya kita tiru: menjadikan shalat sebagai tempat berteduh, bukan beban yang menambah resah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Shalat Menguatkan Iman dan Kesabaran

Kesulitan hidup sering membuat kita mudah putus asa. Dengan shalat, iman kembali diteguhkan, kesabaran dipupuk, dan hati menjadi lebih lapang menghadapi takdir Allah. Shalat mengingatkan bahwa kita tidak sendiri; ada Allah yang selalu siap menolong hamba-Nya yang berserah diri.

Shalat Menghubungkan Kita dengan Allah: Hakikat terberat dalam hidup adalah ketika seseorang jauh dari Allah. Sebab hati yang kosong dari dzikir akan terasa hampa, meski dunia di genggaman.

Shalat adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan Rabbul ‘Alamin, sumber segala kekuatan. Dengan shalat, kita menyadari bahwa Allah selalu dekat dan mendengar doa kita.

Penutup: Shalat Adalah Penolong dan Sumber Kekuatan

Mari kita ubah cara pandang terhadap shalat. Jangan lagi menganggapnya sebagai kewajiban yang membebani, melainkan hadiah dari Allah untuk meringankan langkah kita di dunia. Shalat adalah penolong, pelipur lara, dan sumber kekuatan.

Semoga setiap rakaat yang kita tunaikan menjadi penyejuk hati, pemberat timbangan amal, serta cahaya di hari akhir.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

> “Jangan menganggap shalat sebagai beban, karena Allah SWT menjadikan shalat untuk meringankan beban kita.”

 

 

 

 


Program Dialog Paralel Penyuluh Nusantara (D’PENA).

 

Syukur Alhamdulillah, Program Dialog Paralel Penyuluh Nusantara (D’PENA) yang digagas oleh komunitas Pena Da’i Nusantara kembali terlaksana dengan penuh semangat kebersamaan. Acara kali ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam Kemenag RI KH. Dr. Jamaluddin M. Marki, Lc., M.Si., Kasubtim Evaluasi Penyuluh Kemenag RI Bang Hersus, Kabid Penais Zawa Kanwil Kemenag Jawa Timur KH. Dr. Moh. Arwani, M.Ag., M.HI., Ketua Tim Penyuluhan Agama Islam dan Sistem Informasi Kanwil Kemenag Jatim, Ketua PW IPARI Jawa Timur Ust. Syaifuddin Ma’arif, M.Si., Ketua PW IPARI Kalimantan Selatan, Ketua PD IPARI Hulu Sungai Tengah Kalsel, serta para penyuluh dari berbagai provinsi se-Nusantara.

Tercatat sebanyak 182 penyuluh hadir dalam batch 2 ini, menandakan betapa besar antusiasme dan semangat literasi yang tumbuh di kalangan penyuluh. Dalam forum ini, Kabid Penais Zawa menyampaikan apresiasinya bahwa Forum Dialog Penyuluh Nusantara yang diinisiasi oleh Pena Da’i Nusantara merupakan ruang berbagi dan bercerita pengalaman yang sangat penting.

Menurutnya, kegiatan ini akan melahirkan karya tulis nyata yang tak akan lekang oleh zaman. Senada dengan itu, Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam Dr. Jamaluddin juga menilai bahwa kita harus menjalankan program ini dengan istiqomah karena program ini sangat bagus dan penuh kreativitas. Beliau juga menyampaikan harapan besar kedepan pada Pena Da’i Nusantara dan berharap pimpinan dapat menindaklanjuti inisiatif ini dengan capaian yang lebih besar. Ketua PW IPARI Jawa Timur pun menyambut hangat gerakan literasi penyuluh ini dengan harapan besar adanya kolaborasi bersama sehingga bisa saling mengisi dan melengkapi.

Sesi Pemaparan: Menjalankan Amanah

Pada sesi pemaparan materi, Novi Dwi Sholihah hadir sebagai narasumber pertama dengan topik “Menjalankan Amanah, Menyemai Harapan”. Ia menegaskan bahwa kita bisa melakukan penyuluhan dengan berbagai cara, seperti ia lakukan melalui sosialisasi produk halal dan sertifikasi halal, pendampingan UMKM minuman tradisional dan produk proll tape mocaf “Bu Suluh”, hingga mendampingi masyarakat dalam mengakses permodalan usaha.

Narasumber kedua, Dr. Muklis Sanjaya, mengangkat tema “Inovasi Sanggar Sosial Penyuluh Darul Aitam Al-Khoiriyah: Kajian Teori Paulo Freire”. Dalam paparannya, Ketua Umum Pena Da’i Nusantara ini juga mengajak para penyuluh untuk mengintegrasikan dakwah dengan tiga konsep empowerment berbasis masyarakat, yakni kesadaran kritis, praxis atau refleksi-aksi, serta dialogis partisipatif. Menurutnya, melalui konsep ini, pendampingan penyuluh akan lebih berdampak nyata bagi masyarakat. Ia juga mendorong agar penyuluh aktif mencari akses informasi dan membangun kemitraan lintas sektoral, baik melalui jalur formal maupun media sosial, sehingga jaringan penyuluhan semakin luas dan kuat.

Forum ini menjadi bukti bahwa semangat literasi dan dialog penyuluh se-Nusantara terus tumbuh, menghadirkan gagasan, pengalaman, dan karya yang bermanfaat bagi umat. Dengan hadirnya 182 penyuluh dari berbagai daerah serta dukungan para tokoh, Pena Da’i Nusantara semakin meneguhkan diri sebagai wadah sinergi penyuluh dalam menebarkan dakwah yang mencerahkan dan menginspirasi. Informasi dan pendaftaran #penadainusantara #dialogparalelpenyuluhnusantara #penyuluhagamaislambergerak. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Iskandar)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement