Kisah
Beranda » Berita » Kisah Raja Sombong yang Menantang Nabi dan Tumbang

Kisah Raja Sombong yang Menantang Nabi dan Tumbang

Raja Kisra yg Sombong (Gambar Ilustrasi)
Raja Kisra yg Sombong (Gambar Ilustrasi)

SURAU.CO-Kisah Raja Sombong yang Menantang Nabi dan Tumbang menegaskan pelajaran besar dalam sejarah Islam. Kisah Raja Sombong yang Menantang Nabi dan Tumbang tidak hanya menyajikan cerita tentang keangkuhan seorang penguasa Persia, tetapi juga menunjukkan bagaimana risalah Rasulullah SAW menundukkan kesombongan dengan kebenaran. Sejarah ini membuktikan bahwa kekuasaan sehebat apa pun bisa hancur ketika menolak cahaya Allah.

Khosrow II, raja Persia, menerima surat Rasulullah SAW yang berisi ajakan masuk Islam. Namun, ia merobek surat itu dengan tangan penuh amarah. Tindakannya mengungkap kesombongan sekaligus menolak risalah. Justru dari kesombongan inilah, keruntuhan Persia mulai terwujud. Imperium yang ia banggakan berguncang hingga roboh.

Ulama menjelaskan bahwa Persia runtuh bukan hanya karena politik dan militer, tetapi juga karena spiritual. Allah menjatuhkan kekuasaan orang yang menolak kebenaran. Al-Qur’an menegaskan, Allah tidak mencintai orang yang sombong. Dengan peristiwa ini, kaum Muslimin semakin yakin bahwa risalah Rasulullah SAW benar adanya.

Kita memang tidak menyaksikan peristiwa itu secara langsung, tetapi dampaknya tetap terasa. Kekuasaan yang lahir dari kesombongan selalu rapuh. Sementara itu, kekuatan yang bersumber dari iman dan kebenaran terus bertahan. Kisah Persia membuktikan bahwa penolakan terhadap risalah Allah hanya mempercepat kehancuran sebuah kerajaan.

Raja Sombong dan Robekan Surat Nabi

Raja sombong yang menantang Nabi memperlihatkan puncak keangkuhan manusia. Ia merobek surat Rasulullah SAW tanpa ragu. Tindakannya bukan sekadar menolak diplomasi, melainkan menghina ajakan mulia. Ia merasa kekuasaan Persia terlalu agung untuk mengakui kerasulan seorang manusia dari jazirah Arab.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Rasulullah SAW tidak membalas dengan amarah pribadi. Beliau justru berdoa agar Allah merobek kekuasaan Persia seperti rajanya merobek surat. Doa itu segera menampakkan hasil. Intrik dalam istana, pemberontakan internal, hingga tekanan musuh dari luar melemahkan Persia. Satu demi satu, kekuasaan raja sombong itu runtuh.

Sejarah peradaban menunjukkan bahwa kesombongan merusak bukan hanya akhlak, melainkan juga politik. Raja yang menolak kebenaran sering menutup mata terhadap keretakan dalam negeri. Persia pun tidak mampu bertahan. Akhirnya, singgasana runtuh dan peradaban megah itu lenyap.

Umat Islam masa kini harus belajar dari kisah itu. Kerendahan hati menyelamatkan, sementara kesombongan menghancurkan. Rasulullah SAW memberi teladan dengan menyerahkan urusan kepada Allah, bukan melawan dengan kesombongan. Dari sini, kita belajar bahwa iman lebih kuat daripada angkara murka.

Keruntuhan Persia dan Tegaknya Risalah Nabi

Keruntuhan Persia menegaskan bukti kenabian. Raja sombong yang menantang Nabi justru menyaksikan kekuasaan Persia melemah dari dalam. Imperium yang ia agungkan akhirnya runtuh beberapa dekade setelah ia menghina risalah.

Pasukan Islam maju dengan keyakinan, bukan jumlah. Mereka menembus benteng Persia dalam perang Qadisiyyah dan Nahawand. Kemenangan demi kemenangan lahir karena iman yang kokoh. Persia pun tumbang, dan cahaya Islam meluas membawa keadilan.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Kisah ini tetap relevan di zaman modern. Kesombongan individu, korporasi, atau bangsa bisa berakhir dengan kehancuran. Sebaliknya, kerendahan hati membuka jalan panjang bagi keberlangsungan peradaban. Persia mengajarkan bahwa kesombongan merupakan musuh utama kelanggengan kekuasaan.

Pelajaran baru dari sejarah ini ialah bahwa kejayaan modern pun rapuh tanpa fondasi iman. Kekayaan, teknologi, dan kekuasaan tidak akan bertahan jika dibangun di atas kesombongan. Hanya kebenaran dan iman yang bisa menjadi pondasi kokoh sepanjang masa.

Kisah Raja Sombong yang Menantang Nabi dan Tumbang mengajarkan pelajaran mendalam bagi umat Islam. Kisah Raja Sombong yang Menantang Nabi dan Tumbang ini menunjukkan bahwa Khosrow II, penguasa Persia, berani merobek surat Rasulullah ﷺ. Namun doa Nabi terkabul, kerajaannya hancur. Kesombongan menutup mata, kebenaran justru menghancurkan kekuasaan angkuh.

Peristiwa runtuhnya Persia relevan sepanjang zaman. Kesombongan meruntuhkan tahta, sementara iman menegakkan peradaban. Rasulullah ﷺ menegaskan kekuatan doa lebih kokoh daripada pedang. Sejarah ini menegur manusia modern agar tidak menuhankan kekuasaan, sebab teknologi, ekonomi, atau politik pun roboh bila dibangun di atas keangkuhan dan penolakan kebenaran. (Hendri Hasyim)

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement