Khazanah
Beranda » Berita » Rahasia Barakah Uang dalam Tradisi Maulid Nabi ﷺ

Rahasia Barakah Uang dalam Tradisi Maulid Nabi ﷺ

Rahasia Barakah Uang dalam Tradisi Maulid Nabi ﷺ
Ilustrasi Uang Kertas Dan Uang Receh

SURAU.CO – Di zaman modern, manusia memandang uang hanya sebagai alat transaksi. Mereka menimbangnya dengan angka, membandingkan dengan kurs, dan menakar kualitas hidup dengan daya belinya. Namun, para ulama salaf justru membuka tabir lain dari hakikat uang. Mereka mengingatkan bahwa uang tidak hanya benda mati, tetapi memiliki dimensi ruhani. Pada titik inilah muncul istilah barakah yang menghidupkan harta.

Banyak orang mengira bahwa berkah sama dengan jumlah yang banyak. Padahal, para ulama menjelaskan bahwa berkah tidak sebatas kuantitas, melainkan keberlangsungan kebaikan yang menyertai harta. Dengan keberkahan, sedikit terasa cukup, banyak menghadirkan manfaat, dan kehadirannya membawa ketenteraman. Maka kita perlu bertanya: bagaimana uang bisa menyatu dengan barakah?

Rahasia Maulid dalam I’ānat aṭ-Ṭālibīn

Abū Bakr ‘Utsmān bin Muḥammad Shaṭā al-Dimyāṭī al-Syāfi’ī, ulama besar Syafi’iyyah yang lebih dikenal dengan sebutan al-Bakrī, menyingkap rahasia ini dalam kitabnya yang monumental, I’ānat aṭ-Ṭālibīn. Ia mengutip dawuh Abū Syāmah tentang amalan Maulid Nabi ﷺ yang dilakukan dengan penuh suka cita.

Abu Syamah berkata:

“Sebagian dari bid’ah paling baik di zaman kita adalah amalan yang dilakukan setiap tahun pada hari yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi ﷺ, yaitu bersedekah, berbuat baik, menampakkan hiasan, dan menunjukkan kebahagiaan. Semua itu, selain menjadi bentuk kebaikan untuk fakir miskin, juga menunjukkan cinta dan pengagungan kepada Nabi ﷺ, serta rasa syukur kepada Allah atas karunia kelahiran Rasulullah ﷺ, sang rahmat bagi semesta alam.”
( Abū Bakr ‘Utsmān bin Muḥammad Shaṭā al-Dimyāṭī al-Syāfi’ī, I’ānat aṭ-Ṭālibīn)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kutipan ini menegaskan bahwa umat Islam tidak hanya memperingati Maulid Nabi dengan ritual. Mereka menjadikannya momentum untuk menanam benih berkah dalam kehidupan sosial, spiritual, dan bahkan finansial.

Rahasia Uang yang Dibacakan Maulid

Lebih jauh lagi, al-Bakrī mengungkap dimensi lain dari Maulid yang jarang terdengar. Ia menulis:

“Barang siapa yang membacakan Maulid Nabi ﷺ pada uang Dirham, baik emas maupun perak (termasuk uang kertas sebagai alat jual beli), lalu mencampurkan uang itu dengan uang lain, maka seluruh uang tersebut memperoleh barakah. Pemiliknya tidak akan jatuh miskin, dan tangannya tidak akan sepi dari rezeki berkat Maulid Nabi.” ( I’ānat aṭ-Ṭālibīn, juz 3, h. 415).

Tradisi ini memberikan pesan yang mendalam. Nilai uang tidak hanya bergantung pada nominal, melainkan juga pada ruh shalawat, kisah kelahiran Nabi, dan cinta yang menyertainya. Inilah rahasia uang berkah. Uang yang menyentuh dzikir, doa, dan bacaan Maulid Nabi ﷺ membawa energi kebaikan yang tidak dimiliki uang biasa.

Dampak Sosial Uang Berkah

Sayyidina Abū Bakar al-Ṣiddīq ra. menegaskan keutamaan infaq untuk Maulid Nabi. Dia berkata:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Barang siapa yang berinfaq satu dirham untuk membaca Maulid Nabi ﷺ, niscaya orang tersebut akan menjadi sahabat karibku di dalam surga.”

Ungkapan ini menunjukkan betapa besarnya nilai infaq Maulid. Satu dirham yang tampak kecil di dunia, ternyata berubah menjadi tiket menuju persahabatan abadi dengan sahabat utama Nabi di akhirat. Maka, orang yang berinfaq dalam Maulid tidak sekadar memberi, tetapi menanam investasi ukhrawi.

Jika kita mencermati, ajaran ini menghasilkan dampak sosial yang luar biasa. Maulid Nabi mendorong umat Islam untuk berbagi rezeki dengan fakir miskin, menghidupkan suasana gembira, dan memperkuat ikatan sosial. Orang yang mengeluarkan uang tidak hanya memindahkan harta, tetapi juga memancarkan keberkahan bagi penerima maupun pemberi informasi.

Dengan demikian, Maulid Nabi menjadi ruang transformasi. Uang yang semula benda mati berubah menjadi sarana untuk mengikat cinta kepada Nabi dan menumbuhkan solidaritas sosial. Tidak heran jika para ulama menyatakan bahwa perayaan Maulid sebenarnya wujud rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Rasulullah ﷺ, rahmat bagi seluruh alam.

Antara “Uang Banyak” dan “Uang Berkah”

Dunia modern sering mendorong manusia untuk kecanduan dengan “uang banyak”. Orang yang berlomba menambah saldo rekening, membeli aset, atau mengejar kenaikan gaji. Namun para santri dan ulama salaf selalu mengingatkan bahwa uang banyak bisa habis, sedangkan uang berkah tetap langgeng.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Perbedaan keduanya sangat jelas. Uang banyak hanya memberi kepuasan sesaat, sedangkan uang berkah menghadirkan ketenteraman, rasa cukup, dan manfaat berkelanjutan. Ulama mengajarkan bahwa rahasia uang berkah terletak pada cinta kepada Nabi ﷺ, amal saleh, dan rasa syukur kepada Allah.

Dari keterangan para ulama, kita mengetahui bahwa uang berkah bukan mitos. Ia hadir sebagai kenyataan ruhani yang lahir dari cinta kepada Nabi ﷺ, amal saleh, dan syukur atas kelahirannya. Melalui Maulid, umat Islam tidak hanya merayakan kelahiran manusia agung, tetapi juga menanam keberkahan dalam harta mereka.

Maka, ketika dunia sibuk mengejar “uang banyak”, para pencinta Nabi justru mengejar “uang berkah”. Uang banyak bisa habis tanpa bekas, tetapi uang berkah tetap langgeng dan membawa pemiliknya menuju ridha Allah SWT serta persahabatan dengan sahabat Rasulullah ﷺ di surga.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement