Refleksi Islami: Berkendara dengan Dzikir atau Musik?
SURAU.CO – Perjalanan hidup manusia tidak pernah lepas dari aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam aktivitas modern, kendaraan menjadi sarana utama. Namun, yang sering terlupakan adalah apa yang mengiringi perjalanan kita. Apakah lantunan dzikir dan doa, ataukah hiburan musik yang membuat hati lalai?
Dalam sebuah riwayat dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Tidak ada seorangpun pengendara yang dalam perjalanannya karena Allah dan disertai dengan dzikir, maka yang menjadi penumpangnya adalah malaikat. Sedangkan pengendara yang dalam perjalanannya disertai dengan syair (nyanyian) dan lainnya (termasuk musik), maka yang menjadi penumpangnya adalah setan.” (HR. Thabrani)
Makna Hadis dalam Kehidupan Sehari-hari
Hadis ini memberikan pesan yang sangat dalam. Ia mengingatkan kita bahwa perjalanan bukan sekadar memindahkan tubuh dari titik A ke titik B. Lebih dari itu, perjalanan adalah momentum untuk mendekat kepada Allah. Bayangkan, saat kita menyusuri jalan, ada dua kemungkinan:
Malaikat menemani, jika lidah kita basah dengan dzikir. Setan menemani, jika telinga dan hati kita sibuk dengan lantunan musik atau nyanyian yang melalaikan.
Perjalanan sebagai Ladang Pahala: Berapa banyak waktu yang kita habiskan di jalan? Bisa berjam-jam setiap harinya. Jika kita mengisi waktu itu dengan dzikir, perjalanan yang melelahkan bisa menjadi ladang pahala. Namun, jika kita memenuhi waktu itu dengan musik, perjalanan itu malah membawa kita pada kelalaian dan menjauhkan hati dari Allah.
Dzikir vs Musik: Pilihan Kehidupan
Bukan berarti Islam melarang manusia untuk merasa gembira. Akan tetapi, kegembiraan yang mendekatkan kepada Allah jauh lebih mulia dibanding kesenangan yang menjauhkan. Dzikir memberi ketenangan hati, sebagaimana firman Allah:
> “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Sedangkan musik, meskipun sesaat memberi hiburan, seringkali meninggalkan hati kosong dan lalai dari kewajiban.
Tips Praktis untuk Berkendara Islami
1. Awali perjalanan dengan doa safar.
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa agar perjalanan diberkahi dan dijaga Allah.
2. Putar lantunan Al-Qur’an atau dzikir.
Jadikan telinga kita terbiasa dengan ayat-ayat Allah.
3. Gunakan waktu di jalan untuk muhasabah.
Saat mengemudi, kita bisa merenungi nikmat Allah, keselamatan, dan tujuan hidup.
4. Ajarkan keluarga.
Jika bersama anak atau pasangan, biasakan mereka mendengar dzikir dan doa, bukan musik yang melalaikan.
Penutup: Perjalanan Sebagai Kesempatan Lebih Dekat Kepada Allah
Hidup ini hanyalah perjalanan panjang menuju akhirat. Kendaraan duniawi hanyalah sarana. Pertanyaan besarnya: Siapa yang kita pilih menjadi penumpang? Malaikat yang membawa ketenangan, atau setan yang menjerumuskan?
Mari kita jadikan setiap perjalanan sebagai kesempatan untuk lebih dekat kepada Allah.
Dengan dzikir, perjalanan terasa ringan, hati tenteram, dan insya Allah sampai tujuan dengan keselamatan dunia dan akhirat.
Belajar Tanpa Henti: Kunci Menuju Kesuksesan.
Setiap orang mendambakan kesuksesan. Namun, sering kali kita hanya melihat hasil akhirnya tanpa menyadari proses panjang yang harus ditempuh. Padahal, keberhasilan tidak datang begitu saja. Ia lahir dari kerja keras, ketekunan, dan satu hal penting yang tidak boleh hilang: semangat untuk terus belajar.
Belajar bukan hanya soal duduk di bangku sekolah atau kuliah. Belajar adalah proses sepanjang hayat. Ia bisa hadir dari buku yang kita baca, pengalaman yang kita alami, hingga nasihat yang datang dari orang-orang di sekitar kita. Seorang bijak pernah berkata, “Barangsiapa berhenti belajar, maka ia sesungguhnya sedang berhenti berkembang.”
Namun, jalan belajar tidak selalu mulus. Ada saat-saat kita merasa lelah, bosan, bahkan ingin menyerah. Tantangan bisa datang dari dalam diri—seperti rasa malas, minder, atau tidak percaya diri—maupun dari luar, seperti tekanan lingkungan, keterbatasan ekonomi, atau kritik orang lain. Tapi justru di situlah ujian sejati: apakah kita memiliki keinginan yang kuat untuk tetap melangkah maju, atau memilih berhenti di tengah jalan?
Kesuksesan tidak pernah berpihak pada orang yang mudah menyerah. Ia selalu berpihak kepada mereka yang sabar menghadapi rintangan, konsisten mengasah kemampuan, dan tidak takut untuk mencoba lagi meskipun pernah gagal.
Belajar mengajarkan kita kerendahan hati. Kita sadar bahwa dunia ini begitu luas, ilmu begitu banyak, dan pengetahuan tidak pernah habis untuk digali. Semakin kita belajar, semakin kita tahu bahwa masih banyak yang belum kita kuasai. Dari sinilah lahir sikap rendah hati, rasa ingin tahu, dan semangat memperbaiki diri.
Mari kita jadikan belajar sebagai nafas kehidupan. Belajar dari buku, dari pengalaman, dari kegagalan, bahkan dari orang-orang sederhana yang kita temui setiap hari. Dengan begitu, setiap langkah yang kita ambil akan mendekatkan kita pada cita-cita yang kita impikan.
Ingatlah, kesuksesan bukan sekadar hasil, tetapi perjalanan panjang yang ditempa oleh tekad untuk terus belajar, meski tantangan menghadang. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
