Khazanah
Beranda » Berita » Menjaga Sahabat yang Menuntun kepada Allah

Menjaga Sahabat yang Menuntun kepada Allah

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Menjaga Sahabat yang Menuntun kepada Allah

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Menjaga Sahabat yang Menuntun kepada Allah.

 

 

SURAU.CO – Dalam perjalanan hidup, manusia tidak pernah bisa lepas dari interaksi sosial. Selanjutnya, dalam meniti jalan kebenaran, dukungan dari orang lain seperti keluarga, tetangga, rekan kerja, dan teman seperjalanan menjadi sangat penting. Namun, kita harus berhati-hati karena tidak semua pertemanan membawa kita kepada kebaikan. Oleh karena itu, kita perlu memilah dan memilih pertemanan yang membawa dampak positif dalam hidup kita. Maka, penting bagi kita untuk memilih teman yang baik. Ada sahabat yang menjerumuskan ke dalam kelalaian, tetapi ada pula yang membuka jalan menuju rahmat Allah. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan dengan baik pengaruh teman dalam hidup kita untuk masa depan yang lebih baik.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berkata:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Ketika engkau bergaul dengan seseorang yang gemar memberikan nasihat-nasihat baik dan mendekatkan dirimu kepada Allah, sesungguhnya itu bagian dari rahmat Allah. Jika kamu temukan hal itu, pertahankan dia, dan jadikan dia sebagai keluarga di tengah keluargamu.”

Kalimat ini adalah pengingat yang dalam, sehingga kita perlu mengingat bahwa sahabat yang baik adalah anugerah Allah yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik.

Sahabat yang Mengingatkan kepada Allah

Setiap manusia memiliki sisi lemah: kita bisa lupa, tergoda, dan jatuh dalam kesalahan. Sahabat yang baik hadir untuk mengingatkan dengan penuh kasih, bukan untuk menghakimi. Ia menuntun kita dengan nasihat, doa, dan teladan nyata agar semakin dekat dengan Allah. Dengan hadirnya sahabat baik, Allah menunjukkan bahwa Dia mengabulkan doa-doa kita untuk dekat dengan orang-orang shalih.

Ujian dalam Persahabatan: Tidak mudah menemukan orang yang benar-benar tulus mengajak kepada kebaikan. Dunia penuh dengan kepentingan, pertemanan kadang dibangun karena harta, pangkat, atau kesenangan sesaat.

Karena itu, bila Allah mempertemukan kita dengan sahabat yang tulus menasihati, itu adalah rahmat yang tak ternilai.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Menjaga dan Mempertahankan

Nasihat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengajarkan agar kita mempertahankan sahabat seperti itu. Jangan biarkan jarak, kesalahpahaman, atau ego memisahkan kita dari mereka. Jadikan ia bagian dari “keluarga” kita, yakni orang terdekat yang punya peran penting dalam menjaga iman dan amal.

Hikmah dalam Kehidupan Modern: Di zaman modern yang penuh distraksi, kita lebih sering bergaul di dunia maya daripada dunia nyata. Teman-teman kita ada di layar ponsel, dalam grup percakapan, atau di linimasa media sosial.

Justru di sinilah pentingnya selektif: siapa yang mengisi hati dan pikiran kita setiap hari? Apakah mereka membawa kita semakin ingat Allah, atau justru membuat kita jauh dari-Nya?

Menjadi Sahabat yang Baik

Tidak cukup hanya mencari sahabat yang shalih, kita juga harus berusaha menjadi sahabat yang shalih. Sebab, hubungan yang baik dibangun dengan timbal balik. Jika kita ingin dipertahankan, maka kita pun harus menjadi orang yang pantas dipertahankan. Memberi nasihat dengan lembut, menolong dalam kesulitan, dan mendoakan dalam diam adalah ciri-ciri sahabat sejati dalam Islam.

Refleksi: Setiap pertemuan bukanlah kebetulan, melainkan takdir Allah. Jika kita dipertemukan dengan sahabat yang senantiasa mengingatkan kepada kebaikan, jagalah dia seperti menjaga harta yang paling berharga.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Sebab, di tengah dunia yang penuh kelalaian, memiliki seorang sahabat yang membimbing kita kepada Allah adalah nikmat yang tidak semua orang miliki.

 

 

 


PSIKOLOGI KELUARGA (PPS) “Membangun Harmoni dalam Rumah Tangga.

 

Definisi. Psikologi Keluarga: cabang psikologi yang mempelajari dinamika hubungan suami-istri, orangtua-anak, serta interaksi dalam rumah tangga.

Fokus PPS:

Perkawinan

Pola asuh anak

Komunikasi keluarga

Tujuan PPS

Membantu keluarga mencapai kesejahteraan psikologis

Mengelola konflik perkawinan secara sehat

Membangun komunikasi positif

Menumbuhkan anak yang sehat secara mental

Menjaga stabilitas sosial

Prinsip dalam Psikologi Keluarga

1. Komunikasi efektif

2. Pembagian peran suami-istri

3. Pola asuh positif

4. Manajemen konflik

5. Keseimbangan emosi & spiritualitas

Peran Anggota Keluarga

Suami: Pemimpin, pelindung, teladan emosional
Istri: Penyejuk, pengatur kehangatan
Anak: Amanah, cermin orangtua

Komunikasi dalam Keluarga: Bicara jujur & sopan

Mendengar dengan empati

Hindari kata yang melukai

Selesaikan masalah, bukan menyalahkan

Spiritualitas sebagai Terapi: Shalat berjamaah

Membaca Al-Qur’an bersama

Dzikir & doa keluarga

Membentuk kesehatan mental berbasis iman

Relevansi PPS. Dalam pernikahan: memahami kebutuhan emosional pasangan

Didalam parenting: membentuk anak yang tangguh & berakhlak

Dalam masyarakat: keluarga harmonis → masyarakat stabil

Penutup: Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak
Psikologi keluarga memadukan ilmu modern dengan nilai spiritual. Tujuan akhir: Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMBAR (Tengku).


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement