SURAU.CO. Bioteknologi terus melahirkan inovasi, dan inovasi ini menghasilkan berbagai produk baru seperti daging kultur sel, enzim rekombinan, serta vaksin hasil rekayasa genetika. Masyarakat global menaruh harapan besar pada inovasi tersebut karena inovasi itu dapat menjawab krisis pangan, kebutuhan obat-obatan, serta pencegahan penyakit. Namun, umat Islam selalu mengajukan pertanyaan penting: apakah produk tersebut halal, dan apakah produk itu aman bagi manusia serta lingkungan?
Pertanyaan itu muncul karena konsep halal selalu berjalan beriringan dengan konsep thayyib. Halal menuntut kesesuaian dengan syariat, sedangkan thayyib menekankan keamanan, kebersihan, serta kualitas. Oleh sebab itu, umat Islam perlu menilai produk bioteknologi dengan pendekatan yang menggabungkan halal dan keamanan hayati atau biosafety.
Perspektif Islam tentang Produk Bioteknologi
Al-Qur’an melalui QS. Al-Baqarah ayat 168 menyerukan agar manusia hanya mengonsumsi makanan yang halal sekaligus baik. Ayat tersebut berbunyi:
“Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam tidak boleh memisahkan halal dari thayyib. Karena itu, ulama menetapkan dua syarat utama untuk menilai halal produk bioteknologi.
Pertama, umat Islam harus memastikan halal bahan asal. Artinya, bahan tidak boleh berasal dari babi, darah, bangkai, atau zat najis. Contohnya, enzim rekombinan yang memakai sel inang babi langsung masuk kategori haram.
Kedua, umat Islam harus memastikan halal proses produksi. Proses produksi tidak boleh terkontaminasi unsur non-halal. Misalnya, daging kultur sel yang berasal dari hewan halal tetap menimbulkan keraguan jika produsen memakai media kultur berupa serum janin sapi yang belum melalui penyembelihan syar’i.
Meskipun begitu, ulama kontemporer masih berdebat. Sebagian ulama mengacu pada kaidah “al-ashlu fil asyya’ al-ibahah” yang berarti hukum asal sesuatu boleh kecuali ada larangan. Namun, sebagian ulama lain menekankan sikap hati-hati karena media produksi sering bercampur dengan unsur haram. Oleh sebab itu, umat Islam membutuhkan riset mendalam, fatwa kolektif, serta regulasi yang jelas agar status halal produk bioteknologi tidak menimbulkan keraguan.
Perspektif Biosafety dalam Produk Bioteknologi
Selain halal, umat Islam juga harus menilai biosafety. Konsep biosafety menekankan keamanan produk bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Tanpa standar biosafety, produk bioteknologi justru menghadirkan risiko serius.
Dalam kasus vaksin rekombinan, produsen harus menjalankan uji pra-klinis dan klinis dengan ketat. Jika produsen mengabaikan tahap ini, vaksin bisa menimbulkan reaksi imun berlebihan atau efek samping jangka panjang.
Dalam kasus enzim hasil fermentasi, produsen wajib menguji produk agar benar-benar bebas dari toksin. Jika produsen lalai, enzim yang masuk dalam pangan bisa menimbulkan alergi atau keracunan.
Dalam kasus daging kultur sel, produsen harus menjaga higienitas sejak tahap awal kultur hingga tahap distribusi. Jika produsen tidak menjaga higienitas, daging akan tercemar bakteri atau jamur. Karena itu, produsen wajib mengikuti standar biosafety laboratorium, menjalankan pengendalian kualitas, serta memastikan distribusi yang higienis.
Selain itu, produsen bioteknologi juga harus mengelola limbah laboratorium dengan disiplin. Jika limbah mengandung mikroorganisme hasil rekayasa genetika lalu bocor ke lingkungan, maka ekosistem akan menghadapi risiko besar. Oleh karena itu, produsen harus memasang sistem pengolahan limbah yang aman dan efektif.
Integrasi Halal dan Biosafety sebagai Standar Baru
Karena halal dan biosafety sama-sama penting, industri bioteknologi harus mengintegrasikan keduanya. Mekanisme integrasi ini menuntut audit ganda.
Audit halal memfokuskan penilaian pada bahan baku, media kultur, serta kemungkinan kontaminasi non-halal. Lembaga sertifikasi halal biasanya menurunkan tim lintas disiplin yang terdiri dari ulama, ahli kimia, dan pakar industri. Tim tersebut memverifikasi halal sejak tahap awal produksi.
Sementara itu, audit biosafety menekankan keamanan laboratorium, standar distribusi, serta dampak terhadap lingkungan. Tim biosafety harus memastikan bahwa setiap tahap produksi aman, mulai dari penggunaan mikroorganisme hingga pengolahan limbah.
Jika industri bioteknologi menjalankan audit halal dan audit biosafety secara bersamaan, konsumen akan memperoleh jaminan ganda. Sertifikasi ganda ini bisa disebut sebagai sertifikasi Halal-Biosafety. Sertifikasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan umat Islam, tetapi juga memberikan jaminan universal kepada seluruh masyarakat global.
Selain memberi rasa aman, sertifikasi Halal-Biosafety juga membuka peluang ekonomi besar. Industri pangan, farmasi, dan kosmetik dapat memperluas pasar ke negara-negara mayoritas Muslim. Dengan demikian, sertifikasi Halal-Biosafety berfungsi sebagai instrumen keagamaan sekaligus instrumen ekonomi.
Peluang Indonesia sebagai Pusat Standar Halal-Biosafety
Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin integrasi halal dan biosafety. Negara ini memiliki jumlah Muslim terbesar di dunia, sehingga Indonesia dapat menetapkan regulasi yang menjadi rujukan global. Lembaga sertifikasi halal di Indonesia sudah berpengalaman, sementara lembaga biosafety nasional terus berkembang. Karena itu, sinergi antara keduanya bisa melahirkan standar baru dengan pengaruh internasional.
Selain itu, universitas dan lembaga riset di Indonesia juga mampu mengembangkan penelitian interdisipliner. Para peneliti dapat menggabungkan ilmu fikih, bioteknologi, serta ilmu lingkungan. Jika pemerintah mendukung melalui regulasi dan pendanaan, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pusat riset Halal-Biosafety.
Lebih jauh lagi, pasar global membutuhkan standar semacam ini. Negara-negara dengan minoritas Muslim juga membutuhkan produk halal dan aman karena konsumen semakin peduli terhadap aspek etika serta keamanan pangan. Jika Indonesia berani melangkah, standar Halal-Biosafety akan memperkuat posisi Indonesia dalam peta industri halal global.
Artikel lainnya dari Vio Surau.co
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
