Khazanah
Beranda » Berita » Raden Patah: Dari Pesantren Glagahwangi ke Kerajaan Demak

Raden Patah: Dari Pesantren Glagahwangi ke Kerajaan Demak

Raden Patah: Dari Pesantren Glagahwangi ke Kerajaan Demak
Ilustrasi Kerajaan Demak pimpinan Raden Patah

SURAU.CO – Demak yang dipimpin Raden Patah sebelumnya merupakan sebuah daerah yang terkenal dengan nama Bintoro atau Glagahwangi. Wilayah ini merupakan daerah kadipaten dalam kekuasaan Majapahit. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah. Pusat pemerintahannya di daerah Bintoro, muara sungai, yang terlingkung oleh rawa luas perairan Laut Muria.

Mohammad Ali  dalam “Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara”, menyatakan bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah mendapat perintah dari gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman glagahwangi.

Glagahwangi

Tanaman glagah yang rimbun tentu hanya subur pada kawasan rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah sampai ke daerah rawa tepi selatan Pulau Muryo (Muria),  sebuah kawasan rawa-rawa besar yang menutup laut (atau lebih tepatnya sebuah selat) yang memisahkan Pulau Muryo dengan daratan Jawa Tengah. Di situlah terdapat glagahwangi dan rawa; kemudian tempat tersebut Raden Patah namai dengan  “Demak.”

Berdirinya kerajaan Demak sendiri tidak bisa lepas dari sejarah kerajaan Majapahit. Majapahit sebagai sebuah kerajaan besar  Nusantara yang memiliki Mahapatih Gadjah Mada dengan sumpah Palapanya, sekitar akhir abad ke-15 mulai mengalami masa-masa keruntuhannya.

Pangeran Bintara

Pada saat itulah secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri dari Majapahit. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut kemudian saling serang dan saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah yang mendapat dukungan dari Walisongo dan Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Prabu Brawijaya mengangkat Raden Patah sebagai bupati dan Glagahwangi ia ganti namanya dengan “Demak” dengan ibu kota bernama “Bintara.” Dari nama wilayah baru itulah Raden Patah kemudian terkenal sebagai Pangeran Bintara di kaki Gunung Muria.

Dukungan dari walisongo

Setelah merasa kuat karena memiliki daerah yang strategis dan mempunyai dukungan baik dari Walisongo dan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Kemudian para wali memerintahkan agar Raden  Patah menjadikan Demak sebagai kerajaan Islam dan memisahkan diri dari kerajaan Majapahit.

Tekad untuk mendirikan kerajaan Demak yang merdeka menjadi semakin bulat mengingat daerah Demak mempunyai peluang untuk berkembang pesat menjadi kota besar dan pusat perdagangan.

Raden Patah kemudian mengumpulkan para pengikutnya, baik dari masyarakat Jawa maupun Cina, untuk melakukan perlawanan terhadap kerajaan Majapahit. Dalam perlawanan itu, Raden Patah juga mendapat bantuan dari beberapa daerah lain di Jawa yang sudah memeluk agama Islam seperti Jepara, Tuban, dan Gresik. Setelah berhasil mengalahkan Majapahit, Raden Patah pun kemudian mendirikan kerajaan Islam Demak.

Setelah merobohkan Majapahit, Raden Patah kemudian memindahkan semua alat upacara kerajaan dan pusaka Majapahit ke Demak sebagai lambang tetap  berlangsungnya kerajaan kesatuan Majapahit tetapi dalam bentuk baru Demak.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Kebanyakan sejarawan berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500. Asumsi yang mereka bangun adalah bahwa perlu rentang waktu 21 tahun semenjak didirikannya Masjid Demak untuk membangun fondasi kemasyarakatan dan menyusun kekuatan di Demak.

Jin Bun

Raden Patah atau Jin Bun adalah salah seorang keturunan Raja Brawijaya dari salah seorang istrinya seorang Putri dari Cina. Dikisahkan bahwa pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang Putri yang cantik kepada Raja Brawijaya di kerajaan Majapahit sebagai tanda persahabatan antara kedua negara. Putri yang cantik dan pintar ini segera merebut perhatian dan mendapatkan tempat yang istimewa di hati Brawijaya. Semua kemauan yang diinginkan sang putri cantik ini dituruti oleh Raja Brawijaya.

Namun karena Ratu Dwarawati, sang permaisuri yang berasal dari Campa, merasa cemburu. Akhirnya Raja Brawijaya terpaksa memberikan Putri Cina yang sedang mengandung kepada Arya Damar yang kala itu menjabat sebagai adipati Palembang. Setelah Putri Cina melahirkan Raden Patah di Palembang, barulah Arya Damar menikahi Putri Cina tersebut dan melahirkan anak laki-laki yang bernama Raden Kusen. Dengan demikian maka Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung seibu tapi berlainan ayah.

Menjadi santri Ampel Denta

Karena menolak untuk menjadi adipati Palembang, maka Raden Patah dan Raden Kusen kemudian berlayar ke Jawa dengan menaiki kapal dagang yang menuju Surabaya. Kemudian mereka menjadi santri pesantren Ampel Denta (Ngampel Denta).  Selama menjadi santri, Raden Patah mempelajari ajaran Islam bersama murid-murid Sunan Ampel yang lainnya. Misalnya Raden Paku (Sunan Giri),Maulana Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kasim (Sunan Drajat). Sementara Raden Kusen kembali ke Majapahit dan  menjadi adipati Terung oleh Prabu Brawijaya. Di Ngampel Denta, Raden Patah menjadi menantu oleh Sunan Ampel. Ia menikah dengan cucu perempuannya, anak sulung dari Nyai Gede Waloka. Setelah menikah, Raden Patah pindah ke Jawa Tengah dan mendirikan pesantren yang ia ber nama Glagahwangi, lalu mengajarkan agama Islam kepada  penduduk sekitar.

Semakin lama pesantren Glagahwangi makin maju dan menyebabkan Prabu Brawijaya menjadi khawatir apabila Raden Patah memiliki niat untuk memberontak. Prabu Brawijaya akhirnya  memutuskan memberi perintah terhadap Raden Kusen untuk memanggil Raden Patah datang ke Majapahit. Setelah Raden Patah setuju datang ke Majapahit, Prabu Brawijaya malah merasa  terkesan dan akhirnya mengakui kembali Raden Patah sebagai putranya. (St.Diyar)

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Referensi: Binuko Amarseto, Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, 2015


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement