Kesehatan
Beranda » Berita » Kesehatan Mental di Kalangan Muslim. Antara Mitos, Ilmu Pengetahuan, dan Tuntunan Islam

Kesehatan Mental di Kalangan Muslim. Antara Mitos, Ilmu Pengetahuan, dan Tuntunan Islam

Kesehatan Mental Kalangan Muslim
Kesehatan Mental Kalangan Muslim: Antara Mitos, Ilmu Pengetahuan, dan Tuntunan Islam. Gambar : AI

SURAU.CO – Dalam kehidupan manusia, kesehatan mental dan kesehatan fisik sama pentingnya. Meskipun sering kali kesehatan fisik lebih mandapat perhatian daripada kesehatan mental seseorang. Dalam konteks masyarakat Muslim, pembahasan mengenai kesehatan mental kerap terjalin dengan aspek spiritual, budaya, dan tradisi keagamaan.

Tidak jarang, masalah kejiwaan dikaitkan dengan hal-hal mistis seperti gangguan jin, sihir, atau lemahnya iman. Bahkan masalah kesehatan mental sering tergolong sebagi hal yang tabu, sehingga banyak orang memendamnya sendiri. Sementara, gejala ringan kesehatan mental bisa menjadi serius jika terabaikan.

Ilmu pengetahuan modern menunjukkan bahwa kesehatan mental adalah hasil interaksi kompleks antara faktor biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam dunia Islam, beberapa peneliti muslim seperti Rania Awaad, Khalid Elzamzamy, dan lain-lain pernah meneliti warisan Islam terkait kesehatan mental. Dalam penelitian mereka, terlihat jelas bahwa umat Islam sejak dulu memiliki perhatian besar pada isu kesehatan mental.

Pengertian Umum tentang Kesehatan Mental

Secara ilmiah, definisi kesehatan mental adalah sebagai kondisi kesejahteraan psikologis di mana seseorang mampu mengenali potensi dirinya, mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Sementara, gangguan kesehatan mental mencakup berbagai kondisi, mulai dari depresi, kecemasan, trauma, hingga skizofrenia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa kesehatan mental bukan sekadar ketiadaan penyakit jiwa, melainkan keadaan yang memungkinkan individu hidup dengan seimbang secara emosional, sosial, dan spiritual. Ini bukan sekadar tidak adanya gangguan mental, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk merasa positif tentang diri sendiri, menjalin hubungan yang baik, dan memiliki kualitas hidup yang utuh secara keseluruhan. Dalam pengertin ini, jelas bahwa kesehatan mental adalah bagian tak terpisahkan dari kualitas hidup.

Ubi Jalar, Superfood yang Kaya Manfaat

Mitos tentang Kesehatan Mental di Kalangan Muslim

Pada banyak komunitas Muslim, masalah kesehatan mental masih sering diselimuti mitos. Dan mitos inilah yang sering membuat orang ragu mencari pertolongan profesional atau klinis terhadap adanya gangguan mental. Mitos tersebut antara lain adalah :

  1. Gangguan Jiwa sama dengan Gangguan Jin atau Sihir. Banyak orang masih meyakini bahwa depresi atau perilaku tidak normal semata-mata disebabkan oleh jin atau sihir. Pandangan ini kadang membuat penderita tidak mendapatkan perawatan medis yang tepat.
  2. Orang yang Beriman Tidak Akan Depresi. Ada anggapan bahwa depresi adalah tanda lemahnya iman. Padahal, Nabi Muhammad SAW sendiri pernah mengalami kesedihan mendalam, seperti pada masa ‘Amul Huzn (tahun kesedihan) ketika beliau kehilangan istri tercinta Khadijah dan paman Abu Thalib.
  3. Gangguan Mental Adalah Aib. Dalam sebagian masyarakat, keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa sering menyembunyikan kondisi tersebut karena beranggapan mencoreng nama baik keluarga. Padahal, stigma ini justru memperburuk kondisi mental penderita.
  4. Doa Saja Sudah Cukup untuk Menyembuhkan. Doa dan zikir memang memberikan ketenangan, tetapi kesehatan mental kadang membutuhkan intervensi medis, konseling, atau terapi psikologis. Islam sendiri mendorong umatnya untuk berobat. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Berobatlah kalian, karena Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Abu Dawud).

Pandangan Ilmu Pengetahuan tentang Kesehatan Mental

Sebagaimana teruraikan pada bagian awal tulisan ina bahwa, beberapa peneliti muslim seperti Rania Awaad, Khalid Elzamzamy, dan lain-lain pernah meneliti warisan Islam terkait kesehatan mental. Dalam penelitian mereka, terlihat jelas bahwa umat Islam sejak dulu memiliki perhatian besar pada isu mental health. Bahkan, sejarah mencatat berdirinya bīmāristān (rumah sakit) di Baghdad pada abad ke-8 yang sudah menangani pasien dengan pendekatan medis, musik, hingga konseling. Semua biayanya bersumber dari dana zakat, dan pasien tidak terasingkan dari masyarakat.

Bahkan kajian mutakhir juga menunjukkan bahwa literatur klasik Islam sangat kaya dalam menjelaskan penyakit mental. Misalnya, karya Abu Zayd al-Balkhi berjudul Maṣāliḥ al-Abdān wa al-Anfus yang menekankan keseimbangan tubuh dan jiwa, serta membahas kondisi yang kini mirip dengan depresi atau gangguan kecemasan.

Maka secara ilmu psikologi dan psikiatri dapat menjelaskan bahwa kesehatan mental dipengaruhi oleh banyak faktor:

  1. Faktor Biologis, yakni ketidakseimbangan hormon, faktor genetik, adanya cedera otak, atau kelainan sistem saraf.
  2. Faktor Psikologis, yakni trauma masa kecil, stres berkepanjangan, atau pengalaman negatif.
  3. Faktor Sosial, seperti tekanan ekonomi, diskriminasi, atau kesepian.
  4. Faktor Spiritual, seperti hilangnya makna hidup, rasa putus asa, atau krisis iman.

Penelitian ilmiah juga menunjukkan bahwa dukungan sosial, ibadah, dan praktik spiritual dapat memperkuat kesehatan mental. Misalnya, salat secara rutin dapat meningkatkan disiplin diri, doa memberi rasa harapan, dan komunitas Muslim dapat menjadi sistem pendukung yang kokoh.

Kopi Bagi Ibu Hamil dan Menyusui: Antara Kenikmatan dan Amanah Menjaga Kehidupan

Tuntunan Islam tentang Kesehatan Mental

Islam tidak hanya berbicara tentang kesehatan fisik, tetapi juga sangat memperhatikan kesehatan jiwa.

  1. Konsep Sakinah, Thuma’ninah, dan Shabr. Al-Qur’an sering menekankan pentingnya ketenangan hati (sakinah), ketenteraman jiwa (thuma’ninah), dan kesabaran (shabr) dalam menghadapi ujian hidup. Kondisi mental yang sehat dicapai dengan menguatkan hubungan dengan Allah SWT.
  2. Al-Qur’an sebagai Syifa (Obat). Allah SWT berfirman:
    “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” (QS. Al-Isra: 82).
    Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an dapat menjadi sumber ketenangan batin, meski bukan berarti menafikan pentingnya terapi medis.
  3. Larangan Berputus Asa. Allah SWT berfirman:
    “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah…” (QS. Az-Zumar: 53).
    Ayat ini menjadi pengingat penting bagi penderita depresi atau keputusasaan. Islam menolak sikap fatalistik yang menganggap penderitaan mental sebagai kutukan tanpa jalan keluar.
  4. Anjuran Berobat. Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya ikhtiar medis. Maka, bagi penderita gangguan mental, terapi psikologis dan psikiatris adalah bagian dari sunnah Rasul.

Menggabungkan Islam dan Ilmu Pengetahuan dalam Kesehatan Mental

Pendekatan yang paling ideal dalam menangani kesehatan mental di kalangan Muslim adalah mengintegrasikan tuntunan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Beberapa contoh:

  1. Terapi Spiritual dan Medis
    Doa, zikir, dan membaca Al-Qur’an dapat dipadukan dengan terapi kognitif, konseling, atau pengobatan medis.
  2. Komunitas Masjid sebagai Support Group
    Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial yang bisa membantu mengurangi rasa kesepian dan memperkuat dukungan sosial bagi mereka yang berjuang dengan masalah mental.
  3. Pendidikan untuk Menghapus Stigma
    Dakwah dan kajian Islam bisa menjadi sarana untuk meluruskan mitos tentang kesehatan mental. Ulama dan cendekiawan Muslim perlu mengedukasi jamaah bahwa depresi bukan sekadar “lemah iman”, melainkan kondisi kompleks yang bisa diatasi dengan ilmu dan iman.

Kesehatan mental di kalangan Muslim adalah hal yang perlu mendapat perhatian serius. Menganggap gangguan jiwa hanya sebagai akibat jin atau lemahnya iman adalah mitos yang perlu mendapat pencerahan Ilmu pengetahuan modern telah menjelaskan faktor-faktor kompleks yang memengaruhi kondisi psikologis seseorang.

Islam sendiri telah memberikan tuntunan yang sejalan dengan sains modern: mendorong umat untuk berobat, menjaga keseimbangan jiwa, bersabar, tidak berputus asa, serta menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber ketenangan. Integrasi antara ilmu pengetahuan dan tuntunan Islam adalah kunci untuk menciptakan umat Muslim yang sehat secara fisik, mental, dan spiritual. Dengan demikian, menjaga kesehatan mental bukan hanya tanggung jawab medis, tetapi juga bagian dari ibadah dan perwujudan syukur kepada Allah SWT atas nikmat kehidupan.

Nikmat Kesehatan: Karunia Besar yang Sering Diremehkan

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement