Khazanah
Beranda » Berita » Ketika Karāmah Bukan Keajaiban, Tapi Panggilan Cinta

Ketika Karāmah Bukan Keajaiban, Tapi Panggilan Cinta

Ilustrasi membaca Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani dengan cahaya spiritual
Suasana manakiban di surau desa, menggambarkan ketenangan dan kebersamaan.

Surau.co. Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah lautan kisah yang tidak pernah kering. Dari Baghdad hingga desa-desa di Jawa, namanya terus hidup dalam lantunan doa. Bagi banyak orang Indonesia, manaqib bukan sekadar kitab, melainkan jendela cinta yang membuka hati untuk mengenal Allah.

Di ruang-ruang sederhana, masyarakat berkumpul setiap malam Jumat. Mereka duduk bersila, membaca kisah sang wali dengan penuh harap. Ada rasa tenteram yang menyelimuti, seakan-akan Syaikh Abdul Qadir hadir menuntun jiwa. Frasa kunci Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani hadir di sana, meneguhkan bahwa cinta seorang wali tidak mengenal batas ruang dan waktu.

Fenomena Sosial: Manakiban di Nusantara

Fenomena manakiban di Indonesia adalah cermin persaudaraan. Ia menjelma menjadi ruang sosial, tempat doa dan cerita menyatu dengan aroma kopi serta nasi berkat. Dalam kebersamaan itu, masyarakat menemukan ketenangan yang sulit dicari di tengah hiruk pikuk modernitas.

Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. al-Ra‘d [13]: 28)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Membaca manaqib adalah salah satu bentuk zikir. Ia bukan sekadar cerita, tetapi jalan agar hati yang resah kembali tenang.

Karāmah Sebagai Cermin, Bukan Tujuan

Dalam Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani, kita menemukan banyak kisah karāmah. Namun, karāmah bukanlah tujuan perjalanan ruhani. Ia hanyalah cermin yang memantulkan keikhlasan seorang hamba.

Syaikh berkata:

مَنْ أَخْلَصَ لِلَّهِ صَدَقَهُ اللَّهُ فِي كُلِّ أُمُورِهِ
“Barangsiapa berikhlas untuk Allah, Allah akan membenarkannya dalam setiap urusannya.”

Kisah ini mengajarkan bahwa keajaiban bukanlah tanda kebesaran seorang wali, melainkan buah dari ketulusan cinta kepada Allah.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Doa yang Menjadi Sungai Kehidupan

Di manaqib diceritakan, doa Abdul Qadir seperti sungai yang mengalir, menyejukkan siapa saja yang meminumnya. Doa bukanlah sekadar kata, tetapi arus kehidupan yang membawa jiwa menuju samudera Ilahi.

Beliau menuturkan:

يَا بُنَيَّ، كُنْ لِلَّهِ وَلَا تَكُنْ لِغَيْرِهِ، تَكُنْ أَنْتَ لِلَّهِ كُلَّكَ
“Wahai anakku, jadilah engkau hanya untuk Allah dan jangan untuk selain-Nya, maka seluruh dirimu akan menjadi milik Allah.”

Pesan itu sederhana, tetapi dalam. Ia mengingatkan kita agar tidak menjual hati pada dunia, karena hanya Allah yang layak menjadi tujuan.

Hikmah Bagi Generasi Hari Ini

Bagi anak muda Indonesia, Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani bisa menjadi sumber inspirasi. Di tengah dunia digital yang bising, kisah sang wali mengajarkan kesunyian yang bermakna.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Dalam kitab disebutkan:

الطَّرِيقُ إِلَى اللَّهِ مَحْجُوبٌ بِالنَّفْسِ، فَإِذَا فَنِيتَ عَنْ نَفْسِكَ انْكَشَفَتِ الطَّرِيقُ
“Jalan menuju Allah tertutup oleh nafsu; ketika engkau lepas dari nafsumu, jalan itu akan terbuka.”

Kalimat ini adalah nasihat bagi generasi yang mudah lelah oleh keinginan. Ia mengajak kita berani melampaui diri, agar pintu Allah terbuka.

Cinta yang Menyelamatkan Jiwa

Pada akhirnya, Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani bukanlah tentang mukjizat. Ia adalah tentang cinta. Karāmah hanyalah bahasa simbol, sementara inti ajarannya adalah panggilan untuk pulang kepada Allah.

Beliau berkata:

مَنْ طَلَبَ رِضَا اللَّهِ كَانَ كُلُّ شَيْءٍ رَاضِيًا عَنْهُ
“Barangsiapa mencari keridaan Allah, maka segala sesuatu akan ridha kepadanya.”

Inilah panggilan cinta sejati. Bahwa jika kita mengejar ridha Allah, dunia dan isinya akan ikut bersahabat.

Penutup: Di Balik Karāmah Ada Cinta

Ketika kita membaca manaqib, jangan berhenti pada cerita-cerita ajaib. Lihatlah lebih dalam. Karāmah bukanlah keajaiban yang berdiri sendiri, melainkan panggilan cinta yang mengajak manusia untuk mengenal Allah.

Di desa-desa, manakiban masih bertahan. Ia adalah bukti bahwa manusia membutuhkan cinta, bukan sekadar logika. Dan cinta itu, melalui kitab manaqib, terus berdenyut, menuntun langkah kita agar tidak tersesat.

 

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement