n “Kesepian yang Terobati oleh Panggilan Allah”.
SURAU.CO – Ada kalanya manusia merasa kosong. Hatinya hampa, pikirannya berat, dan jiwanya seakan tidak menemukan sandaran. Rasa sepi itu datang meski ia berada di tengah keramaian, meski ada banyak orang yang menyapanya, atau bahkan ketika ia memiliki segalanya. Kesepian adalah penyakit hati yang tak bisa ditutup dengan harta, popularitas, atau teman di sekelilingnya.
Namun, pernahkah kita merenung, bahwa setiap hari Allah telah mengobati rasa sepi itu dengan cara yang begitu indah? Lima kali sehari, Allah memanggil kita melalui azan. Sebuah panggilan lembut yang menggema dari menara masjid, mengetuk pintu hati setiap hamba: “Hayya ‘alash shalah, hayya ‘alal falah…” mari menuju shalat, mari menuju kemenangan.
Bagaimana mungkin seorang muslim merasa sendirian, padahal Allah tidak pernah membiarkannya sendiri?
Allah selalu menghadirkan momen kebersamaan, lima kali sehari, untuk meneguhkan hati hamba-Nya. Saat seorang mukmin menjawab panggilan shalat, sejatinya ia sedang memenuhi undangan Sang Pencipta.
Shalat bukan sekadar gerakan fisik, tapi ia adalah perjumpaan
Di dalam shalat, seorang hamba berbicara langsung dengan Rabb-nya. Ia menyampaikan syukur, permohonan, bahkan kegelisahan yang tidak bisa ia ungkapkan pada manusia. Di sana ia temukan ketenangan, karena Allah berfirman:
> “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Rasa sepi sering datang ketika hati jauh dari Allah. Kita merasa kosong karena kita lupa ada tempat kembali yang begitu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Maka siapa pun yang menjawab panggilan shalat, ia tidak akan pernah benar-benar kesepian.
Renungkanlah. Saat azan Subuh berkumandang, itu adalah tanda bahwa Allah ingin kita membuka hari dengan cahaya-Nya.
Saat azan Zuhur berkumandang, Allah mengingatkan kita di tengah kesibukan dunia, agar hati tetap terikat pada-Nya.
Dan azan Ashar tiba, Allah mengajak kita mengisi sore dengan penguatan iman sebelum malam datang.
Saat azan Maghrib berkumandang, Allah mengajak kita memulai malam dengan doa dan harapan.
Saat azan Isya’ terdengar, Allah menutup hari kita dengan ketenangan dalam sujud.
Panggilan Cinta Dari Allah
Maka, bagaimana bisa kita berkata “sendiri” jika ada panggilan cinta dari Allah lima kali sehari?
Kesepian itu hanyalah fatamorgana, yang hilang ketika kita hadir dalam shalat dengan hati yang penuh.
Penutup: Jangan pernah meremehkan panggilan shalat. Di situlah Allah sedang mengetuk hati kita, menawarkan kebersamaan, mengobati kesepian, dan meneguhkan iman. Datanglah, jawab panggilan itu. Karena bersama Allah, seorang mukmin tak akan pernah merasa sendiri.
Jangan Sedih Lagi.
Kesedihan adalah bagian dari hidup yang tak bisa kita hindari. Ia datang tanpa permisi, mengetuk hati dengan perasaan hampa, sepi, atau bahkan luka yang sulit diungkapkan. Namun, perlu kita ingat, sebagaimana pesan para ulama: dunia ini hanyalah sementara, begitu pula dengan kesedihan yang ada di dalamnya.
Setiap orang pasti pernah merasa sedih. Tetapi, kesedihan kita bukanlah akhir dari segalanya. Justru di balik rasa perih itu, ada kesempatan untuk belajar bersabar, mendekat kepada Allah, dan menyadari bahwa hidup di dunia ini hanyalah persinggahan.
Ingatlah, ada orang lain di luar sana yang lebih berat ujiannya daripada kita.
Mungkin kita merasa kehilangan, namun di luar sana ada yang bahkan tak memiliki apa-apa. Mungkin kita merasa dikhianati, namun ada orang lain yang hidup dalam kesendirian tanpa keluarga. Maka jangan biarkan kesedihan membuat kita lupa bahwa Allah masih memberi kita banyak nikmat yang patut disyukuri.
Kesedihan yang paling sejati bukanlah kehilangan dunia, tetapi kehilangan akhirat.
Seorang ulama mengingatkan: kesedihan terbesar adalah ketika seseorang wafat dalam keadaan su’ul khatimah. Itulah duka yang tiada akhir, karena ia mengantarkan manusia pada kesengsaraan abadi. Sedangkan kesedihan di dunia, meski terasa berat, tetaplah fana.
Hadapi dengan sabar, kuatkan dengan doa.
Saat hati kita rapuh, kembalikan segalanya kepada Allah. Katakan dalam doa: “Ya Allah, aku lemah, maka kuatkanlah aku. Aku sedih, maka hiburlah aku. Aku tersesat, maka tuntunlah aku menuju jalan-Mu.”
Hidup bukan untuk larut dalam kesedihan.
Kita masih memiliki kesempatan untuk berbuat baik, memperbaiki diri, dan menjemput husnul khatimah. Maka jangan biarkan air mata dunia membuat kita buta terhadap tujuan akhir: berjumpa dengan Allah dalam keadaan ridha dan diridhai.
Pesan renungan: Jangan sedih lagi. Karena setiap kesedihan dunia pasti berakhir. Tetapi siapkan diri agar tidak bersedih di akhirat kelak, sebab itulah kesedihan yang sesungguhnya. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, (Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
