Ibadah
Beranda » Berita » Mengendalikan Marah: Jalan Menuju Kedewasaan Iman

Mengendalikan Marah: Jalan Menuju Kedewasaan Iman

Mengendalikan Marah: Jalan Menuju Kedewasaan Iman

Mengendalikan Marah: Jalan Menuju Kedewasaan Iman.

 

 

SURAU.CO – Marah adalah sifat manusiawi. Setiap orang pasti pernah marah, karena Allah menciptakan emosi dalam diri manusia sebagai ujian. Namun, bedanya orang beriman dengan yang tidak, adalah bagaimana ia mengendalikan marahnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

> “Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam gulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hakikat Marah

Marah muncul ketika hati terguncang oleh hal yang tidak sesuai dengan keinginan. Sebuah kata, pandangan, atau perlakuan yang kecil bisa memicu kerusakan besar jika orang tidak mengendalikannya; mereka memicu perselisihan, perpecahan, bahkan kezaliman jika tidak waspada dan tidak menguasai diri.

Karena itu, ulama berkata: “Marah adalah panah beracun dari setan.” Sifat buruk itu menghancurkan akal, membutakan hati, dan menutup pintu rahmat jika orang membiarkannya berlanjut; mereka kehilangan kejernihan pikiran dan kelembutan jiwa karenanya.

Kekuatan Bukan pada Fisik, Tapi pada Kendali Diri Sendiri: Banyak orang bangga jika bisa melampiaskan marahnya. Padahal, kemarahan yang diledakkan justru menandakan kelemahan jiwa. Orang yang kuat adalah ia yang mampu menahan lidahnya saat ingin melukai, menahan tangannya saat ingin menyakiti, dan menahan egonya ketika ingin menang sendiri.

Cara Nabi Allah Rasulullah ﷺ Mengajarkan Mengendalikan Marah

Islam memberi jalan-jalan praktis agar seorang Muslim mampu meredam amarahnya:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Mengucapkan isti’adzah (ta’awudz):
Allah berfirman:

> “Dan jika kamu ditimpa bisikan dari setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)

Mengubah posisi. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Jika salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk. Jika marahnya belum reda, maka hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud)

Berwudhu: Marah itu berasal dari api, dan api dipadamkan dengan air. Maka berwudhu adalah terapi menenangkan diri.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Diam:
Saat marah, kata-kata bisa lebih tajam daripada pedang. Rasulullah ﷺ mengingatkan:
“Jika salah seorang di antara kalian marah, maka hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad)

Buah Kesabaran dari Mengendalikan Marah

Sabar ketika marah bukan berarti kalah, akan tapi justru kemenangan sejati yang hakiki. Orang yang mampu menahan marah akan mendapatkan:

Pahala besar di sisi Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, lalu Allah mempersilahkan ia memilih bidadari mana yang ia kehendaki.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hati yang tenang dan damai.
Amarah yang diredam melahirkan ketenangan batin, karena ia menutup pintu penyesalan.

Hubungan yang terjaga.
Dengan menahan marah, kita menjaga ukhuwah, persaudaraan, dan keharmonisan dalam keluarga maupun masyarakat.

Menghadirkan Kesadaran akan Ujian Dari Allah SWT

Setiap kali rasa marah muncul, hadirlah kesadaran bahwa itu ujian dari Allah SWT. Tanyakan pada diri:

Apakah kemarahan ini akan membuat Allah ridha atau murka?

Dan Apakah melampiaskannya menyelesaikan masalah atau menambah kerusakan?

Apakah aku ingin dicatat sebagai orang sabar atau orang yang gagal menahan nafsu?

Penutup: Jadikan Sabar Sebagai Perisai dan Doa Sebagai Penolong

Mengendalikan marah bukan perkara mudah. Ia butuh latihan, kesadaran, dan kekuatan iman.

Namun di balik kesulitannya, tersimpan keagungan pahala dan kemuliaan akhlak. Jadikan sabar sebagai perisai, diam sebagai benteng, wudhu sebagai penenang, dan doa sebagai penolong.

Karena sejatinya, orang yang mampu mengendalikan marah adalah orang yang benar-benar kuat di sisi Allah SWT. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, (Tengku Iskandar, M. Pd)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement