SURAU.CO – Adab adalah mahkota seorang Muslim – Muslimah. Ia lebih berharga daripada sekadar ilmu, lebih indah daripada sekadar amal-amalan, bahkan menjadi cermin sejati dari kualitas iman seseorang. Ulama salaf islamiyah sering mengatakan: “Kami lebih membutuhkan sedikit adab daripada banyak ilmu.” Sebab ilmu tanpa adab melahirkan kesombongan dan angkuh, sementara adab yang baik dan benar akan menuntun seseorang untuk mencari dan mendapatkan ilmu dengan rendah hati.
Adab di Hadapan Guru
Gambar ini terlihat ada seorang guru yang duduk di depan, membacakan kitab dan memberikan penjelasan kepada peserta dan sementara murid atau jamaah duduk menyimak dengan khusyuk. Rasulullah ﷺ mewariskan adab ini sejak zaman beliau. Para sahabat ketika duduk di majelis beliau tidak saling menegur, bercerita dan bersuara, seakan-akan ada burung yang bertengger di atas kepala mereka. Semua mendengarkan dengan penuh semangat dan takzim.
Adab kepada guru mencakup:
Duduk dengan tenang, tidak bersandar berlebihan atau bercanda.
Tidak memotong pembicaraan kecuali diminta.
Menghormati pendapat meskipun berbeda pandangan.
Mendoakan guru atas ilmu yang telah disampaikan.
Adab di Rumah Allah SWT
Masjid bukan sekadar tempat shalat, melainkan rumah Allah SWT yang penuh berkah. Maka adab di dalamnya harus dijaga:
Memasuki masjid dengan berwudhu dan doa masuk masjid.
Menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan.
Tidak mengangkat suara tanpa keperluan bicara.
Duduk dengan sopan santun, sebagaimana tampak pada jamaah di gambar tersebut.
Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya masjid itu dibangun untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Muslim)
Adab dalam Menuntut Ilmu
Ilmu adalah cahaya. Tapi cahaya itu tidak akan masuk ke dalam hati yang gelap karena buruknya akhlak. Para ulama dahulu menekankan: “Barangsiapa ingin ilmu bermanfaat, hendaklah ia memperbaiki adabnya sebelum menimba ilmu.”
Adapun Adab-adab dalam menuntut ilmu mencakup:
Ikhlas dalam belajar, bukan untuk riya’ atau debat apalagi emosional.
Mendengarkan dengan hikmat dan penuh perhatian.
Mencatat dan mengulang setiap pelajaran.
Mengamalkan ilmu pengetahuan agar tidak menjadi beban di akhirat.
Adab: Buah Iman yang Nyata
Seorang Muslim sejati bukan hanya diukur dari seberapa banyak hafalan atau ibadahnya, tetapi sejauh mana ia beradab. Adab terhadap Allah, adab terhadap sesama, bahkan adab terhadap lingkungan sekitar.
Adab kepada Allah: taat, tawadhu’, dan ikhlas dalam ibadah.
Dan Adab kepada sesama manusia: santun berbicara, tidak menyakiti, dan saling tolong menolong.
Adab kepada diri sendiri: menjaga kehormatan, tidak merendahkan martabat diri dengan perbuatan dosa.
Adab: Warisan Nabi Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ diutus bukan hanya untuk mengajarkan hukum, tapi juga untuk menyempurnakan akhlak. Beliau Rasullullah Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Maka setiap Muslim hendaknya meneladani beliau. Bahkan dalam majelis ilmu, adab kita adalah cerminan dari penghormatan kepada Rasulullah ﷺ, karena guru yang menyampaikan ilmu itu sesungguhnya sedang meneruskan warisan beliau.
Penutup: Ilmu Harus Beriringan Dengan Adab
Adab adalah pintu keberkahan. Ilmu yang dibarengi adab akan melahirkan pribadi yang tawadhu’, amal yang penuh rahmat, serta ukhuwah yang kuat. Gambar seorang guru yang mengajar di masjid dan jamaah yang duduk dengan sopan adalah potret kecil dari warisan besar peradaban Islam: bahwa ilmu harus selalu beriringan dengan adab. Oleh : Tengku Iskandar, M. Pd, Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
