Khazanah
Beranda » Berita » Sibuklah dengan Introspeksi Diri Sendiri

Sibuklah dengan Introspeksi Diri Sendiri

Sibuklah dengan Introspeksi Diri Sendiri

Sibuklah dengan Introspeksi Diri Sendiri (Refleksi dari Nasehat Ulama tentang Perbaikan Diri dan Pengenalan Rabb).

 

SURAU.CO – Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, serta orang-orang yang istiqamah mengikuti sunnah beliau hingga hari kiamat.

Makna Introspeksi dalam Islam

Islam sangat menekankan introspeksi diri atau muhasabah, sebuah amalan hati dan pikiran yang mendalam. Ia adalah jalan untuk menakar keimanan, menimbang amal, serta memperbaiki kesalahan sebelum terlambat.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

> “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
(QS. Al-Hasyr: 18)

Ayat ini jelas memerintahkan kita untuk selalu meninjau kembali apa yang telah kita lakukan, baik ketaatan maupun kelalaian. Sebab, tanpa introspeksi, manusia mudah terbuai dengan gemerlap dunia dan lupa akan akhirat
Nasehat Ulama: Mengenal Diri, Mengenal Rabb

Dalam gambar terdapat petikan nasehat dari seorang ulama besar, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah. Beliau mengatakan:

“Barangsiapa yang mengenal dirinya, niscaya ia akan sibuk memperbaiki diri dan tidak peduli dengan aib orang lain. Dan barangsiapa mengenal Rabbnya, niscaya ia akan sibuk beribadah kepada-Nya dan tidak peduli dengan hawa nafsunya.” (Al-Fawaid, hal. 80)

Nasehat ini begitu dalam. Ia mengajarkan dua pilar penting:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

1. Mengenal diri → akan membuat kita sibuk memperbaiki kekurangan pribadi, bukan menelanjangi aib orang lain.

2. Mengenal Rabb → akan membuat kita tenggelam dalam ibadah dan taat kepada-Nya, bukan larut dalam hawa nafsu.

Seseorang yang mendalam menyadari kelemahan dirinya dan menggetarkan hatinya dengan kebesaran Rabbnya langsung mengabaikan urusan tak bermanfaat, bahkan dengan tegas menolak menjatuhkan orang lain.

Kesibukan yang Salah: Menilai Orang Lain

Salah satu penyakit hati yang banyak melanda umat Islam adalah sibuk menilai, membicarakan, bahkan membuka aib orang lain. Jika kita benar-benar mau jujur, kita akan mengakui kesalahan dan kekurangan kita jauh melampaui mereka yang kita nilai.

Nabi ﷺ bersabda:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

> “Seseorang melihat kotoran kecil di mata saudaranya, sedangkan ia lupa akan kayu besar di matanya sendiri.”
(HR. Ibnu Hibban)

Hadits ini menyoroti kecenderungan manusia yang dengan mudah mengorek kesalahan kecil orang lain, namun mengabaikan dosa besar yang bersemayam dalam dirinya sendiri. Inilah tanda kurangnya introspeksi diri.

Mengapa Introspeksi itu Penting?

1. Menyelamatkan dari Kesombongan
Orang yang sibuk mengintrospeksi diri tidak akan mudah sombong. Ia tahu betapa banyak dosa yang masih melekat, betapa banyak amanah yang belum ia tunaikan, sehingga ia tidak layak merasa lebih baik daripada orang lain.

2. Mencegah dari Ghibah dan Fitnah
Kesibukan memperbaiki diri akan menutup pintu hati dari godaan membicarakan aib orang lain. Dengan begitu, seseorang akan lebih menjaga lisannya dan memelihara hubungan sosial yang harmonis.

3. Mendekatkan kepada Allah
Seseorang yang sungguh-sungguh menyadari kelemahan dirinya langsung meluapkan doa, merendahkan diri memohon ampunan, dan berjuang keras mendekatkan diri kepada Allah.

4. Membentuk Pribadi Tangguh
Orang yang gemar introspeksi biasanya lebih tahan menghadapi ujian. Sebab ia selalu mencari hikmah dan perbaikan, bukan sekadar menyalahkan keadaan atau orang lain.

Bagaimana Cara Melakukan Introspeksi?

1. Mengukur amal harian
Setiap malam sebelum tidur, tanyakan pada diri: apa yang sudah saya lakukan hari ini untuk Allah? Apakah shalat saya khusyuk? Apakah lisan saya bersih dari kebohongan?

2. Mengingat kematian
Kematian adalah guru terbesar. Kesadaran bahwa setiap amal akan dipertanggungjawabkan langsung melembutkan hati, membuatnya lebih tunduk dan penuh kesadaran.

3. Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur
Al-Qur’an adalah cermin diri. Kita renungkan setiap ayat yang dibaca dengan pertanyaan tajam: apakah saya termasuk golongan yang disebut ayat ini ataukah justru berada di pihak yang berlawanan?

4. Bergaul dengan orang saleh
Teman yang baik akan mengingatkan ketika kita salah, dan menjadi contoh dalam kebaikan.

5. Menulis catatan amal
Seperti seorang pedagang yang menghitung untung-rugi, seorang mukmin juga perlu menghitung amal baik dan buruknya.

Mengenal Rabb: Puncak Introspeksi

Jika introspeksi diri membawa kita pada kesadaran akan kelemahan pribadi, maka mengenal Allah ﷻ akan mengangkat kita ke derajat tertinggi: tunduk total kepada-Nya.

Ketika seseorang benar-benar mengenalnya Rabbnya, ia akan sibuk dalam ketaatan. Ia melepaskan diri dari cengkeraman hawa nafsu, menolak godaan dunia fana, dan mengabaikan pujian maupun celaan manusia.

Allah ﷻ berfirman:

> “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Maka, mengenal Allah adalah tujuan utama kehidupan. Tanpa mengenal Allah, introspeksi hanya sebatas pengendalian diri, tetapi tanpa arah ibadah yang benar.

Refleksi Kehidupan Sehari-hari

Mari kita renungkan, berapa banyak waktu yang terbuang untuk membicarakan orang lain? Berapa banyak energi yang habis untuk menilai, mengkritik, atau bahkan iri kepada mereka?

Sementara itu, berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk melihat ke dalam diri: memperbaiki shalat, memperbanyak dzikir, memperbaiki akhlak, atau meningkatkan amal kebajikan?

Sesungguhnya, jika kita benar-benar jujur, lebih banyak waktu kita habiskan untuk hal yang sia-sia daripada memperbaiki diri. Padahal, setiap detik umur yang berlalu tidak akan pernah kembali.

Penutup: Sibuklah dengan Dirimu

Saudaraku seiman, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan urusan orang lain. Sibuklah dengan memperbaiki dirimu sendiri. Jadikan introspeksi sebagai rutinitas, karena ia adalah pintu menuju perbaikan.

Ingatlah nasehat ulama:

Siapa yang mengenal dirinya, ia akan sibuk memperbaiki diri.
Siapa yang mengenal Rabbnya, ia akan sibuk beribadah kepada-Nya.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu sadar akan kekurangan, rajin memperbaiki diri, dan tulus beribadah hanya kepada-Nya. Wallahu a’lam bish-shawab. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement