SURAU.CO – Seorang Muslim wajib meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, ia juga harus menjaga hubungannya dengan sesama manusia. Hubungan dengan manusia ini disebut habluminannas. Hal ini termasuk perkara muamalah yang Allah atur di dalam Al-Qur’an.
Muamalah mempunyai banyak cabang, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Allah telah menetapkan aturan cabang-cabang tersebut di dalam Al-Qur’an dengan sempurna. Islam mengajarkan keseimbangan antara habluminallah dan habluminannas. Keseimbangan ini menjadikan seorang Muslim mencapai kesempurnaan iman.
Jika seseorang rajin beribadah kepada Allah tetapi mengabaikan hubungan sosial, maka ia belum menjalankan Islam secara utuh. Sebaliknya, jika seseorang berbuat baik kepada manusia tanpa iman dan ketaatan kepada Allah, maka ia juga belum mencapai tujuan hakiki. Oleh karena itu, setiap umat Islam harus menjaga keduanya agar memperoleh ridha Allah dan keselamatan dunia akhirat.
Apa itu Habluminannas?
Secara bahasa, habluminannas berarti tali atau hubungan dengan manusia. Istilah ini mengacu pada kewajiban seorang Muslim untuk menjaga akhlak, adab, dan interaksi sosialnya dengan orang lain. Bentuk habluminannas sangat luas, mulai dari menghormati orang tua, menyayangi anak yatim, membantu fakir miskin, menjaga silaturahmi, hingga memperlakukan tetangga dan tamu dengan baik.
Konsep ini menegaskan bahwa Islam bukan sekedar agama yang mengatur ibadah, melainkan juga mengatur kehidupan sosial. Seorang Muslim tidak cukup hanya beribadah, ia juga harus memberi manfaat bagi lingkungannya. Nabi Muhammad SAW bahkan menegaskan: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Mengapa Habluminannas Penting?
Menjaga hubungan dengan sesama manusia bukan sekedar etika sosial, melainkan bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Siapa Barang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mempertemukan iman dengan sikap sosial. Artinya, iman seseorang belum sempurna jika ia tidak menjaga lisan, tidak menghormati tetangga, dan tidak memuliakan tamu.
Lebih dari itu, habluminannas juga menentukan keselamatan di akhirat. Nabi SAW mengingatkan tentang orang yang rugi pada hari terhenti. Ia rajin shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia pernah menyakiti orang lain dengan lisannya, menuduh tanpa bukti, atau merampas harta. Di akhirat, pahala ibadahnya habis untuk menebus dosa terhadap sesamanya, bahkan akhirnya ia masuk neraka (HR. Muslim). Kisah ini menekankan betapa besar konsekuensinya ketika seseorang mengabaikan habluminannas.
Dalil Al-Qur’an tentang Habluminannas
Al-Qur’an berulang kali menegaskan perintah untuk berbuat baik kepada sesama. Salah satunya terdapat dalam Surat An-Nisa ayat 36 :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
Ayat ini menegaskan bahwa seorang muslim harus menyembah Allah sekaligus peduli kepada manusia. Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim, fakir miskin, tetangga, dan musafir.
Dalam surat Al-Qasas ayat 77, Allah juga berfirman:
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kamu, dan janganlah kamu melakukan kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang melakukan kerusakan.”
Ayat ini mengajarkan agar seorang Muslim menyeimbangkan urusan akhirat dan dunia. Ia harus mencari pahala akhirat, menikmati dunia dengan wajar, dan berbuat baik kepada manusia. Seorang Muslim seharusnya meneladani kasih sayang Allah dengan cara menebarkan kebaikan.
Habluminannas sebagai Cermin Akhlak Muslim
Akhlak seorang Muslim tercermin dari cara ia memperlakukan orang lain. Islam menolak keras kesombongan, egoisme, dan sikap yang merugikan sesama. Terlebih lagi, ukuran keberhasilan seseorang di akhirat sangat dipengaruhi oleh sejauh mana ia menjaga hubungan sosial.
Dalam kehidupan modern, habluminannas semakin penting. Dunia yang penuh persaingan, konflik, dan perbedaan menuntut setiap Muslim untuk saling menghormati dan menolong. Dengan menjaga habluminannas, seorang Muslim memperkuat imannya sekaligus ikut membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
