Khazanah
Beranda » Berita » Adab Mahkota Ilmu: Memahami Pepatah Arab Al-Adab Fauqal Ilmi

Adab Mahkota Ilmu: Memahami Pepatah Arab Al-Adab Fauqal Ilmi

Adab Mahkota Ilmu: Memahami Pepatah Arab Al-Adab Fauqal Ilmi
Adab Santri kepada Gurunya saat menuntuyt ilmu.

SURAU.CO – Pepatah Arab al-adab fauqal ilmi yang berarti adab lebih tinggi dari ilmu telah lama menjadi pedoman hidup umat Islam. Ungkapan singkat ini menyimpan pesan yang sangat mendalam: ilmu pengetahuan hanya bermanfaat bila manusia dibarengi dengan adab yang mulia. Sementara ilmu merujuk pada pengetahuan, wawasan, dan pemahaman, sedangkan adab berkaitan erat dengan akhlak, tata krama, dan etika. Islam menuntut umatnya untuk menguasai keduanya, namun menempatkan adab pada posisi yang lebih tinggi.

Hakikat Adab dan Ilmu dalam Islam

Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat mulia. Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW banyak mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu. Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak berilmu. Namun, Islam menekankan agar manusia tidak berhenti pada penguasaan informasi dan pemahaman intelektual semata. Manusia harus menjadikan ilmu sebagai jalan penghambaan kepada Allah dan sebagai sarana untuk mendatangkan kemaslahatan bagi sesama.

Adab berperan penting dalam menjaga agar ilmu tidak melenyapkan dari tujuan utama. Adab membingkai ilmu sehingga manusia tidak menyalahgunakannya. Tanpa adab, manusia bisa mengubah ilmu menjadi senjata yang justru merusak kehidupan. Adab membimbing seseorang untuk memanfaatkan ilmu secara benar, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi orang lain.

KH Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim menegaskan bahwa adab lahir dari rangkaian tauhid, iman, dan syariat. Beliau mengutip pendapat para ulama:

Tauhid pasti melahirkan iman. Barang siapa tidak memiliki iman, maka ia tidak memiliki tauhid. Iman pasti melahirkan syariat. Barang siapa tidak memiliki syariat, maka ia tidak memiliki iman dan tauhid. Syariat pasti melahirkan adab. Barang siapa tidak memiliki adab, maka ia tidak memiliki syariat, iman, dan tauhid.”

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa adab bukan sekadar pelengkap, melainkan inti yang menentukan keberlangsungan tauhid, iman, dan syariat dalam diri manusia.

Mengapa Adab Lebih Tinggi dari Ilmu?

Memperkenalkan adab lebih tinggi dari ilmu bukan berarti Islam meremehkan ilmu. Justru Islam sangat mendorong umatnya untuk belajar dan menambah wawasan. Namun, ilmu yang manusia kuasai tanpa adab hanya akan melahirkan kesombongan dan keangkuhan.

Ibnu al-Mubarak, seorang ulama besar, menegaskan:

Mempunyai adab (kebaikan budi pekerti) meskipun sedikit lebih kami butuhkan daripada memiliki banyak ilmu pengetahuan.

Ungkapan ini menggambarkan bahwa adab menjadi pondasi utama dalam berilmu. Seorang yang hanya memiliki sedikit ilmu tetapi mampu memberi manfaat dan mendapat penghargaan. Sebaliknya, orang yang menguasai banyak ilmu namun tidak beradab justru kehilangan nilai dari ilmunya.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Nabi Muhammad SAW pun datang untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kedudukan adab dalam Islam. Akhlak yang mulia menjadi tujuan utama risalah kenabian. Ilmu dan ibadah yang tidak disertai akhlak akan terasa hampa.

Dampak Ilmu Tanpa Adab

Ketika seseorang menguasai ilmu pengetahuan yang tinggi namun tidak dibarengi dengan adab, berbagai permasalahan akan muncul. Beberapa dampak ilmu tanpa adab antara lain:

  1. Kesombongan dan keangkuhan. Orang berilmu tanpa adab cenderung merasa lebih tinggi dari orang lain. Ia menggunakan ilmu sebagai alat untuk berdebat dengan sesama.
  2. Penyalahgunaan ilmu. Orang yang tidak beradab memanfaatkan ilmunya untuk tujuan merugikan, seperti menipu, menindas, atau mencari keuntungan pribadi dengan cara yang salah.
  3. Kurangnya empati. Ilmu tanpa adab membuat seseorang kehilangan kepekaan sosial. Ia menerima banyak hal, namun gagal menghargai orang lain.
  4. Konflik sosial. Ilmu yang disampaikan tanpa adab sering menimbulkan masalah. Cara bicara yang kasar atau gaya debat yang membahas orang lain bisa memicu permusuhan meskipun isi perkataannya benar.

Contoh-contoh ini menegaskan bahwa adab menjadi penuntun utama agar ilmu tetap memberi manfaat.

Meneladani Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW menjadi teladan terbaik dalam memadukan ilmu dan adab. Beliau dikenal sebagai sosok yang penuh ilmu sekaligus berakhlak mulia. Rasulullah tampil sebagai pribadi yang jujur, rendah hati, penyayang, dan penuh kasih. Bahkan musuh-musuhnya mengakui kebaikan akhlaknya.

Rasulullah SAW bersabda:

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR.Ahmad)

Hadits ini menegaskan bahwa inti dari seluruh ajaran Islam adalah akhlak, yang dalam konteks ini berarti adab.

Pepatah Arab al-adab fauqal ilmi mengajarkan bahwa adab menjadi mahkota dari ilmu. Orang yang berilmu tanpa adab akan kehilangan keberkahan, bahkan bisa membawa kerusakan. Sebaliknya, orang yang berilmu dan beradab menjadikan ilmunya sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberi manfaat bagi sesama.

Setiap muslim harus bersemangat mempelajari ilmu sekaligus menumbuhkan adab. Dengan demikian, kita mampu memancarkan cahaya kebaikan di tengah masyarakat dan menjadikan ilmu sebagai sarana kemaslahatan hidup.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement