Kisah
Beranda » Berita » Kisah Keperkasaan Burung Ababil yang Membinasakan Pasukan Gajah

Kisah Keperkasaan Burung Ababil yang Membinasakan Pasukan Gajah

Kisah Keperkasaan Burung Ababil yang Membinasakan Pasukan Gajah
Ilustrasi Burung Ababil yang Membinakan Pasukan Gajah Saat akan Menghancurkan Ka'bah.

SURAU.CO – Kisah tentang Burung Ababil melawan tentara Abrahah termasuk salah satu peristiwa bersejarah yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Fil. Melalui peristiwa tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa kekuatan-Nya selalu melampaui kekuatan manusia, betapapun besarnya kekuatan itu pada zamannya.

Abrahah, penguasa Yaman, memiliki ambisi besar untuk menjadikan negerinya sebagai pusat keagamaan. Ia membangun gereja yang megah dan berharap seluruh bangsa Arab akan berbondong-bondong beribadah di sana. Namun, masyarakat tetap memilih untuk mengunjungi Ka’bah di Mekkah, rumah ibadah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS bangun.

Kekecewaan itu membuat Abrahah marah dan bertekad membalas dendam. Ia merencanakan rencana besar: menghancurkan Ka’bah agar orang-orang mengalihkan tujuan ibadah mereka ke gerejanya. Ia mengumpulkan pasukan besar dan melengkapinya dengan senjata pada zamannya. Ia juga membawa gajah-gajah perang, simbol kekuatan yang menakutkan bagi bangsa Arab. Dalam penyerangan itu, Raja Najasyi membantu Abrahah dengan mengirimkan gajah-gajah terbaiknya. Ada  delapan hingga dua belas gajah yang diperbantukan untuk menghancurkan Ka’bah.

Ketakutan Kaum Quraisy

Kabar kedatangan pasukan Abrahah membuat penduduk Quraisy panik. Mereka sadar bahwa kekuatan militer Abrahah jauh melebihi kemampuan mereka. Senjata, perbekalan, dan pasukan gajah itu untuk membuat Quraisy membayangkan kekalahan besar.

Di tengah ketakutan itu, Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW, tampil dengan sikap bijaksana. Ketika ia bertemu Abrahah, ia hanya meminta agar Abrahah mengembalikan untanya. Abrahah heran mengapa Abdul Muthalib tidak meminta perlindungan bagi Ka’bah yang menjadi pusat kehormatan mereka. Dengan tegas Abdul Muthalib berkata: “Saya minta unta itu karena unta itu milikku. Adapun Ka’bah milik Allah, biarlah Allah yang menjaganya.”

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Jawaban ini menegaskan bahwa Ka’bah bukan sekadar bangunan batu. Ka’bah adalah rumah Allah, simbol tauhid, dan Allah sendiri yang akan menjaganya.

Tentara Gajah Mendekati Mekkah

Pasukan Abrahah bergerak mendekati Mekkah. Mereka tiba di perbatasan Mina dan Muzdalifah, jaraknya hanya tinggal beberapa langkah menuju Ka’bah. Penduduk Mekkah semakin panik. Namun, Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan cara yang tak pernah mereka bayangkan.

Ketika pasukan Abrahah sampai di Wadi Muhassir, lembah di antara Mina dan Muzdalifah, gajah-gajah mereka tiba-tiba berhenti. Gajah-gajah itu tidak mau melangkah ke arah Ka’bah, bahkan ada yang rebah ke tanah. Saat itu, Allah mengirimkan bala tentara dari langit untuk melawan mereka.

Burung Ababil Turun Membawa Batu Neraka

Allah mengutus burung-burung yang datang berbondong-bondong. Burung-burung itu dikenal dengan nama Ababil. Mereka membawa batu-batu kecil dari sijjil, yaitu batu panas dari neraka. Burung-burung itu menjatuhkan batu tepat mengenai tentara Abrahah.

Tidak seorang pun bisa menghindar. Batu-batu itu menghantam pasukan gajah  hingga tubuh mereka hancur. Allah menggambarkan kondisi mereka dalam Al-Qur’an seperti daun-daun yang ulat makan: hancur, lemah, dan tak berdaya.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, batu-batu itu menimpa tubuh pasukan Abrahah hingga menembus dan membuat luka parah. Beberapa ulama menjelaskan bahwa tubuh mereka berlubang seperti daun yang ulat makan. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menafsirkan bahwa peristiwa ini menjadi simbol bagaimana Allah menjatuhkan kekuatan besar dengan cara sederhana, di luar perhitungan manusia.

Kehebatan pasukan Abrahah dan gajah-gajahnya seketika runtuh. Tidak ada satu pun senjata yang mampu membantu mereka. Pasukan yang tadinya begitu ditakuti justru binasa oleh batu kecil yang dibawa Ababil. Peristiwa ini membuktikan bahwa kekuasaan Allah selalu melampaui segala daya manusia.

Bukti dalam Al-Qur’an

Allah mengabadikan peristiwa ini dalam Surat Al-Fil ayat 1–5:

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu bertindak terhadap tentara gajah? bukankah Dia menjadikan tipu daya sia-sia mereka? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung berbondong-bondong. Burung itu melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar. Lalu Allah menjadikan mereka seperti daun-daun yang ulat makan.”

Ayat ini menjadi bukti sejarah yang kekal. Meski manusia belum menemukan bukti artefak seperti tulang-belulang gajah di lembah Muhassir, umat Islam tetap percaya penuh pada kebenaran kisah ini. Serangan itu terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun 571 M, yang dikenal dengan sebutan Tahun Gajah.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Relevansi Bagi Umat Islam

Kisah Burung Ababil melawan tentara Abrahah menjadi bukti nyata bagaimana Allah menunjukkan kuasa-Nya. Pasukan gajah yang besar hancur oleh batu kecil yang dibawa burung. Peristiwa ini bukan sekadar sejarah, tetapi juga pelajaran abadi tentang keimanan, tawakal, dan kerendahan hati di hadapan Allah.

Kita harus ingat, kekuatan manusia seperti teknologi, ilmu, atau kekayaan bisa hilang dalam sekejap jika Allah berkehendak. Oleh karena itu, kita tidak boleh sombong dengan kekuatan yang kita miliki. Sebaliknya, kita perlu memperkuat iman dan ketakwaan agar Allah menolong kita menghadapi tantangan hidup.

Semoga Allah selalu memberi kita pemahaman untuk mengambil hikmah dari ayat-ayat-Nya. Semoga kita juga selalu ingat, bahwa sehebat apa pun kekuatan manusia, tetap tidak ada artinya dibandingkan dengan kekuasaan Allah yang Maha Perkasa

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement