Khazanah
Beranda » Berita » Arsitektur Masjid Ramah Lingkungan untuk Ibadah yang Hijau dan Berkelanjutan

Arsitektur Masjid Ramah Lingkungan untuk Ibadah yang Hijau dan Berkelanjutan

Arsitektur Masjid Ramah Lingkungan untuk Ibadah yang Hijau dan Berkelanjutan
Gambar AI, Sumber: gemini.google.com.

SURAU.CO. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga hadir sebagai pusat sosial, pendidikan, dan budaya umat Islam. Karena itu, peran masjid menjadi sangat penting ketika dunia menghadapi tantangan perubahan iklim, krisis energi, dan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu, konsep masjid ramah lingkungan atau green mosque menawarkan solusi nyata agar umat Islam dapat menjaga bumi sambil tetap beribadah dengan khusyuk.

 

Konsep Arsitektur Masjid Ramah Lingkungan

Arsitektur ramah lingkungan selalu menekankan efisiensi sumber daya, pengurangan emisi karbon, dan penciptaan ruang yang sehat. Dalam konteks masjid, konsep tersebut sekaligus mencerminkan nilai Islam tentang kebersihan (thaharah), keseimbangan (mizan), dan amanah manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan demikian, desain masjid ramah lingkungan tidak sekadar menampilkan estetika modern, melainkan juga mewujudkan prinsip teologis Islam.

 

Prinsip-Prinsip Desain Masjid Ramah Lingkungan

Beberapa prinsip utama dapat memperkuat konsep masjid berkelanjutan.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

  • Efisiensi Energi: Pertama, arsitek dapat memasang panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik. Kedua, mereka dapat memanfaatkan ventilasi alami sehingga jamaah tetap nyaman tanpa pendingin ruangan berlebihan. Ketiga, pengurus masjid dapat memilih lampu LED hemat energi.
  • Pengelolaan Air: Selanjutnya, masjid dapat menggunakan sistem daur ulang air wudhu untuk menyiram tanaman atau toilet. Selain itu, jamaah dapat memanfaatkan kran hemat air dengan sensor otomatis.
  • Material Ramah Lingkungan: Kemudian, pembangunan masjid sebaiknya mengutamakan material lokal, seperti batu alam, bambu, atau kayu berkelanjutan. Selain itu, arsitek dapat mengurangi material berbahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
  • Ruang Terbuka Hijau: Masjid juga dapat menambahkan taman di sekitarnya sebagai penyerap karbon sekaligus ruang teduh. Di samping itu, penanaman pohon rindang dapat mengurangi panas sekaligus menambah kenyamanan jamaah.
  • Pengelolaan Sampah: Akhirnya, pengurus masjid dapat menyediakan fasilitas pemilahan sampah organik dan anorganik. Lebih jauh lagi, sampah organik dapat berubah menjadi kompos untuk taman masjid.

 

Inspirasi Masjid Hijau di Dunia

Beberapa contoh inspiratif hadir di berbagai negara. Misalnya, Masjid Al-Mawaddah di Singapura sudah menggunakan panel surya dan sistem daur ulang air wudhu. Kemudian, Masjid Cambridge di Inggris menerapkan material kayu serta atap hijau yang menyerap air hujan. Selain itu, Masjid Istiqlal di Jakarta juga bergerak menuju konsep eco-mosque melalui efisiensi energi dan tata kelola lingkungan.

 

Kaitan Nilai Islam dengan Keberlanjutan

Nilai Islam menekankan kewajiban manusia menjaga bumi. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya…” (QS. Al-A’raf: 56).

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia tidak boleh merusak lingkungan. Oleh sebab itu, masjid harus tampil sebagai teladan yang menggabungkan ibadah dengan kepedulian ekologis.

 

Tantangan dan Solusi

Walaupun konsep masjid hijau memiliki banyak manfaat, beberapa tantangan tetap muncul. Pertama, pembangunan masjid ramah lingkungan memerlukan biaya awal yang tinggi. Karena itu, pengurus masjid dapat membangun kemitraan dengan pemerintah dan komunitas. Kedua, jamaah sering kurang menyadari pentingnya kepedulian ekologis. Oleh sebab itu, dai dan khatib harus menyelipkan pesan lingkungan dalam dakwah. Ketiga, daerah tertentu mungkin kesulitan mengakses teknologi modern. Untuk itu, pengurus masjid dapat menyesuaikan dengan kondisi lokal, misalnya menggunakan material alam sekitar.

 

Masjid ramah lingkungan hadir sebagai jawaban atas kebutuhan spiritual dan ekologis sekaligus. Dengan prinsip efisiensi energi, pengelolaan air, material ramah lingkungan, ruang terbuka hijau, dan manajemen sampah, masjid dapat berperan sebagai pionir peradaban berkelanjutan. Ke depan, pembangunan masjid tidak boleh hanya berfokus pada estetika, tetapi juga harus menekankan tanggung jawab ekologis. Dengan begitu, umat Islam dapat semakin dekat kepada Allah sekaligus menjaga bumi sebagai rumah bersama.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement