Ibadah
Beranda » Berita » Indahnya Pernikahan: Ikatan Suci dalam Ridha Allah

Indahnya Pernikahan: Ikatan Suci dalam Ridha Allah

Pernikahan: Ikatan Suci dalam Ridha Allah.

Pernikahan: Ikatan Suci dalam Ridha Allah.

 

SURAU.CO – Pernikahan adalah salah satu sunnah Rasulullah ﷺ yang penuh dengan keberkahan. Pernikahan bukan sekadar menyatukan dua insan dalam ikatan lahir, tetapi juga mengikat batin mereka dengan janji suci di hadapan Allah ﷻ. Ketika mengucapkan ijab kabul, mereka tidak hanya menyatukan dua nama, tetapi juga menghubungkan dua keluarga, merajut dua jalan hidup, dan mempersatukan dua takdir yang Allah takdirkan bersama.

Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an:

> “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan pernikahan bukan hanya untuk melanjutkan keturunan, tetapi juga sebagai tempat berteduh dalam ketenangan, kasih sayang, dan rahmat.

Sebuah Undangan Suci

Di lembar undangan tertulis nama kedua mempelai: Cyndy Abni, S.Pi Putri dari Bpk. Syamsir (Alm) & Ibu Syamsiar S.Sos, dengan Wahyu Ari Septian, S.T, Putra dari Bpk. Artisa & Ibu Syamsuri.

Acara akad nikah insya Allah berlangsung pada: Senin, 08 September 2025, Pukul 09.00 WIB s/d Selesai, Surga Gayo Lumpo, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan, Dilanjutkan dengan acara resepsi pada hari yang sama pukul 11.00 WIB.

Undangan ini tidak hanya menyampaikan pemberitahuan, tetapi juga memohon doa dan restu agar Allah ﷻ melimpahkan keberkahan pada pernikahan ini, menjadikan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Makna Pernikahan dalam Islam

1. Menyempurnakan Agama
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al-Baihaqi)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Dengan menikah, seorang muslim dan muslimah menjaga diri dari fitnah syahwat dan berusaha menjaga kesucian diri.

2. Membangun Keluarga sebagai Madrasah Pertama
Rumah tangga ibarat sekolah pertama bagi anak-anak. Dari rumah tangga yang baik lahir generasi shalih dan shalihah yang berkontribusi bagi umat dan bangsa.

3. Menjadi Ladang Amal dan Pahala
Ketika seseorang melakukan segala sesuatu dalam rumah tangga – mulai dari memberi nafkah, melayani pasangan, hingga mendidik anak – semuanya akan bernilai ibadah bila ia meniatkannya karena Allah.

Doa untuk Mempelai

Kepada kedua mempelai, mari kita panjatkan doa sebagaimana doa Rasulullah ﷺ ketika mendoakan pernikahan sahabatnya:

> “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khair.”

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

(Semoga Allah memberkahimu di waktu senang dan susah, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan).

Penutup: Perhiasan Dunia sekaligus Ladang Pahala Akhirat

Pernikahan adalah awal perjalanan panjang, bukan tujuan akhir.

Semoga Cyndy Abni, S.Pi dan Wahyu Ari Septian, S.T dapat mengarungi bahtera rumah tangga dengan sabar, syukur, dan saling menasihati dalam kebenaran. Semoga keluarga yang mereka bangun kelak menjadi perhiasan dunia sekaligus ladang pahala menuju akhirat.

“Selamat menempuh hidup baru, semoga pernikahan ini menjadi pintu kebahagiaan yang diridhai Allah ﷻ.”

 

 

 


Refleksi dari Sebidang Tanah yang Dikelilingi Pagar.

Ketika kita memandang sebidang tanah kosong yang dikelilingi pagar, seperti dalam gambar ini, ada banyak pelajaran kehidupan yang dapat kita renungkan. Sekilas, yang tampak hanyalah tanah yang belum dimanfaatkan sepenuhnya, beberapa tanaman kecil, pohon pisang, kelapa, dan pohon-pohon lain di sekitarnya. Namun, jika kita melihat lebih dalam dengan mata hati, kita akan menemukan makna yang begitu kaya tentang kehidupan, iman, dan perjalanan manusia.

Tanah sebagai Amanah: Tanah adalah salah satu nikmat besar dari Allah. Ia bisa menjadi tempat berdiri rumah, kebun yang menghasilkan buah, ladang yang memberi pangan, atau bahkan sekadar ruang hijau untuk bernafas lega. Namun, tanah tidak akan berubah fungsinya jika dibiarkan begitu saja. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Allah telah memberikan kita waktu, potensi, dan kesempatan. Jika dibiarkan tanpa pemanfaatan yang benar, hidup ini akan tetap kosong dan sia-sia.

Pagar sebagai Batasan: Pagar yang mengelilingi tanah melambangkan batasan. Dalam hidup, kita juga dikelilingi batasan syariat. Pagar itu bukanlah penghalang kebebasan, melainkan penjaga dari bahaya yang datang dari luar. Islam menetapkan halal dan haram bukan untuk menyulitkan manusia, tetapi agar manusia selamat dan terjaga dari kerusakan. Tanpa pagar, tanah bisa dimasuki siapa saja, bahkan mungkin dirusak atau dirampas. Demikian pula hidup tanpa aturan agama akan mudah diseret oleh syaitan dan hawa nafsu.

Tanaman Kehidupan

Beberapa pohon kecil tampak tumbuh di sana. Ada yang baru berdaun muda, ada pula yang sudah tinggi menjulang. Inilah cermin manusia dalam menanam amal. Ada yang baru saja memulai langkah kecil dalam kebaikan, ada pula yang sudah matang dan kokoh dalam iman. Namun, semua butuh air, pupuk, dan perawatan agar bisa bertahan dan berbuah. Amal pun begitu—tanpa istiqamah, ia bisa layu sebelum berkembang.

Pilar Beton yang Sendirian: Tampak satu pilar beton berdiri sendiri di tengah tanah. Ia seperti simbol cita-cita besar yang sedang disiapkan. Meski sekarang tampak seolah tak berarti, suatu hari mungkin akan menjadi bagian dari bangunan megah. Begitulah mimpi dan doa manusia. Mungkin saat ini belum terlihat hasilnya, tapi dengan kesabaran dan usaha, ia akan berdiri tegak membawa manfaat.

Penutup: Hidup manusia bagaikan sebidang tanah. Ia bisa kosong, bisa subur, bisa pula menjadi tempat yang membawa keberkahan bagi banyak orang. Semua tergantung bagaimana kita mengelolanya. Apakah akan dibiarkan gersang, ataukah akan ditanami dengan amal shalih, ilmu yang bermanfaat, dan doa-doa yang tulus?

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya dunia ini hijau dan manis, dan Allah menjadikan kamu khalifah di dalamnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu berbuat.” (HR. Muslim)

Semoga kita bisa menjadikan setiap “tanah kosong” dalam hidup kita terisi dengan amal, ilmu, dan karya yang bermanfaat bagi umat, agar ketika kita kembali kepada Allah, kita pulang dengan membawa buah yang manis dari ladang amal kita. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement