IBRAH DAN HIKMAH PERISTIWA PERANG BADAR.
SURAU.CO – Abu Umamah Al Bahili bertanya kepada sahabat Ubadah bin Shamit perihal surah Al-Anfal. Ubadah bin Shamit jawab, “Surah itu turun untuk kami pejuang di Badar ketika kami berselisih soal harta rampasan. Harta itu telah membuat akhlak kami jadi rusak. Allah mencabut harta itu dari kami lalu menyerahkannya kepada Rasulullah saw. Selanjutnya, Nabi saw membagi harta dengan rata.” (HR.Ahmad)
Hikmah: Perselisihan Di Antara Sahabat
Pertama Peristiwa Badar adalah perang yang pertama kali terjadi dalam Islam. Sahabat yang terlibat adalah orang utama. Nabi saw menjadikan keikutsertaan dalam perang Badar sebagai indikator keutamaan.
Namun demikian, perselisihan tetap terjadi di kalangan mereka. Orang utama nan saleh berebut soal harta. Para dai jangan pernah lengah terhadap fitnah harta.
Harta menyilaukan karena membuat kehidupan jadi mudah dan nyaman. Banyaknya harta membuat seseorang lebih mudah mendapatkan kekuasaan dan kekuatan. Di hadapan kilaun harta, orang baik sekali pun bisa jadi buruk.
Apa kurangnya moral sahabat, apatah lagi mereka yang terlibat dalam Perang Badar. Mereka itu murid utama Nabi saw. Hatib bin Abi Baltaah selamat karena statusnya sebagai veteran Badar. Orang-orang menuduh ia melakukan pengkhianatan lantaran ia membongkar rencana rahasia Nabi saw untuk menaklukkan Mekkah.
Tapi karena ia ahli Badar, Nabi saw melarang Umar menyakit sahabat Hatib. Hal ini menegaskan keutamaan para sahabat yang terlibat dalam Perang Badar atas sahabat lainnya.
Nampaknya Karakter Sejati
Kedua Dalam kondisi susah atau sempit, biasanya buhul ukhuwwah dan semangat itsar (solidaritas) kokoh. Fenomena berbagi dan taawun marak dan mudah sekali ditemukan.
Tapi ketika langit membuka pintunya, harta dan kekayaan bermunculan, saat itu karakter sejati orang mulai menampak. Orang mulai berhitung dengan “jasa”nya selama perjuangan.
Ada yang ngaku habis habisan membesarkan dakwah. Ada yang ngomong telah berkorban apa saja demi dakwah. Semua ingin terlihat sebagai yang paling berjasa. Inilah yang terjadi di medan Badar. Dai harus waspada jika sudah ada bisikan atau godaan untuk berhitung jasa dalam dakwah.
Ia akan mudah terperosok dalam klaim sebagai yang paling berdarah darah. Barangkali ingin melihat dirinya lebih penting dari yang lainnya. Tapi, justru disitu awal kelahiran ego tak terkendali. Sahabat yang ditugaskan mengumpulkan ghanimah mengaku pihak yang berhak dapat jatah paling besar. Karena mereka mengejar sisa pasukan Mekkah lalu sibuk kumpul ghanimah. Sementara yang mengelilingi Nabi saw, karena khawatir akan ada serangan balik dari Quraisy Mekkah, juga mengaku paling berjasa.
Tak ada yang mau ngalah. Semuanya punya alasan sebagai yang paling berjasa. Ego, fitnah harta, peran dalam dakwah, adalah sekian dari perangkap perangkap yang bisa menjerumuskan dai dalam kubangan pertengkaran. Bahkan bisa berubah menjadi konflik yang hebat.
Allah Menegur Sahabat
Ketiga, Nabi saw lalu mengambil seluruh harta rampasan. Tak ada yang dibagi. Allah swt menegur mereka yang bertengkar, mereka yang merasa paling berjasa dengan firmanNya diawal surah Al-Anfal, “Mereka bertanya kepadamu tentang harta rampasan, katakanlah harta itu milik Allah dan rasulNya.
Maka hendaklah kalian bertakwa dan berdamailah sesama kalian, dan taatilah Alah dan rasul-Nya jika sekiranya kalian benar benar orang beriman”. Allah menegur sahabat. Harta ditahan. Juga ada penjelasan siapa pemilik harta yang sebenarnya. Sahabat disuruh bertakwa dan berdamai sesama mereka.
Tak ada gunanya jihad kalau hasilnya hanya pertengkaran. Tak ada berkahnya dakwah kalau ujungnya hanya klaim paling berjasa. Dakwah, jihad adalah medan amal saleh dan ajang fastabul khairat. Ia bukan tempat pamer jasa dan pengorbanan. Dai harus waspada. Apalagi jika namanya sudah terkenal, atau kiprahnya disahut puja puji.
Sebab ia rawan terjerembab dalam kuala klaim dan nafsu ego. Puja puji, publikasi yang luas, tepuk tangan saat manggung, adalah sekian dari kumpulan jerat yang siap mengantar dai menjadi sosok sombong dan merasa hebat. Setiap kita harus sadar dan paham, dengan terlibat dalam dakwah, baik dapat posisi atau tidak, kita sesungguhnya telah dimuliakan oleh Allah swt.
Sebab Allah telah berkenan sibukkan kita dengan urusan mulia. Dakwah adalah adalah pekerjaan mulia. Dakwah adalah pekerjaan yang diwariskan insan mulia, para Nabi dan Rasul. Tujuannya sangat mulia: mengajak manusia ke jalan Allah swt. Pekerjaan mulia tak layak dicemari pertengkaran dan pamer diri sebagai paling berjasa.
Harta Bisa Merusak Akhlak
Empat, Ada yang menarik dari ucapan Sahabat Ubadah, ..”sehingga akhlak kami rusak”.
Rupanya harta bisa merusak akhlak, sekalipun terhadap mereka yang berstatus sahabat, murid Nabi saw. Tapi daya rusaknya sebatas akhlak saja, bukan menembus aspek akidah. Sebab jika akidah yang rusak, akibatnya bisa fatal.
Dai bisa lari dari medan jihad dan dakwah. Dan juga pada sisi lain, tak mustahil ada yang melihat dakwah dan jihad sebagai kesempatan kaya, masyhur, atau berkuasa. Jika akidah rusak, makna dakwah dan jihad dalam pikiran dai pasti jadi bengkok dan menyimpang.
Sahabat memang rusak akhlaknya gara gara harta rampasan, tapi bukan akidahnya. Itulah sebabnya mereka patuh dan taat saat harta diperintahkan dikumpulkan untuk dikembalikan kepada Nabi saw. Tak ada seorang pun dari sahabat saat itu yang protes. Orang yang rusak akidahnya, pasti menolak mengembalikan harta. Karena harta dan kedudukan sudah jadi tujuannya.
Bukan lagi ridho Allah menjadi alasan awal dan akhir dari setiap aktifitasnya. Ini pelajaran bagi dai tentang pentingnya kedudukan akidah dalam penyebaran dakwah. Dai tidak boleh main main saat membahas atau menjelaskan akidah. Dia harus sungguh sungguh menjelaskannya dengan baik dan utuh, bersumber dari mata airnya yang jernih: ayat Allah dan hadis Nabi saw.
Jika akidah masih lurus dan bersih, pikiran orang dan cara mereka menilai sesuatu masih lurus dan benar. Namun jika akidah rusak, maka segala sesuatunya akan berantakan dan rusak. Ustadz Surya Darma,Lc. (Lalan Ruslan)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
