Akibat Dari Meremehkan Kemaksiatan (Refleksi dari nasihat Imam Ibnu Qayyim rahimahullah).
SURAU.CO – Pendahuluan: Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya dosa dan kesalahan. Sebab, setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Setiap anak Adam pasti banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat kesalahan adalah mereka yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Namun, ada satu hal yang jauh lebih berbahaya daripada sekadar melakukan dosa, yaitu ketika seorang hamba meremehkan dosa. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dan para ulama lainnya memberikan peringatan tentang hal ini.
Beliau berkata:
“Sungguh ada seorang hamba yang selalu melakukan dosa hingga dosa itu terasa remeh dan kecil dalam hatinya, maka itulah tanda kebinasaannya. Karena sungguh setiap kali dosa itu kecil dalam pandangan hamba, maka dosanya semakin besar di sisi Allah ta’ala.” (Ad-Da’ wa ad-Dawa’ 144)
Meremehkan Dosa: Sebuah Penyakit Hati
Orang sering membiarkan dosa kecil berlalu tanpa merasa bersalah atau penyesalan. Misalnya, berbohong kecil, memandang sesuatu yang haram, menunda shalat, atau menggunjing sesama. Melakukan dosa kecil secara terus-menerus bisa membuka pintu kehancuran bagi seseorang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena perumpamaan dosa-dosa kecil itu seperti suatu kaum yang singgah di suatu lembah. Lalu datang seseorang membawa sebatang kayu, kemudian datang lagi yang lain membawa sebatang kayu, hingga mereka dapat memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil apabila dilakukan terus-menerus akan membinasakan pelakunya.” (HR. Ahmad, shahih)
Hadis ini menjelaskan bahwa mengumpulkan dosa kecil sedikit demi sedikit akan membuat dosa itu menjadi besar dan membinasakan pelakunya, seperti halnya kayu kecil yang menumpuk menjadi api besar.
Mengapa Dosa yang Diremehkan Menjadi Besar?
1. Menggambarkan kelemahan iman
Orang yang meremehkan dosa berarti imannya sedang lemah. Sebab, orang yang kuat imannya akan merasa berat dan takut meskipun hanya melakukan dosa kecil.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
> “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di bawah gunung yang dikhawatirkan akan menimpanya. Adapun orang yang fajir (banyak dosa) memandang dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia mengusirnya dengan tangannya.” (HR. Bukhari)
Perbedaan sikap inilah yang menunjukkan kualitas hati seseorang.
2. Membuka pintu dosa besar
Orang yang menganggap dosa kecil sepele pada akhirnya akan terjerumus ke dalam dosa besar. Orang yang terbiasa berbohong kecil, suatu saat akan terbiasa berbohong besar. Orang yang terbiasa menunda shalat, akhirnya bisa meninggalkan shalat.
3. Menghapus rasa malu kepada Allah
Rasa malu adalah benteng iman. Menganggap dosa sebagai hal yang biasa membuat seseorang perlahan-lahan kehilangan rasa malu kepada Allah. Hati menjadi keras, tidak lagi tersentuh oleh nasihat, dan akhirnya terbiasa bermaksiat.
4. Mengundang murka Allah
Allah tidak melihat besar atau kecilnya dosa, tetapi bagaimana sikap hamba terhadap dosa itu. Seseorang yang menganggap dosa remeh memperlihatkan kesombongan hati dan kurangnya penghormatan mereka kepada Allah.
Kisah Sebagai Pelajaran
Sejarah umat terdahulu memberikan banyak contoh bagaimana meremehkan dosa kecil bisa membawa seseorang kepada kebinasaan.
Allah memerintahkan kaum Bani Israil untuk tidak melanggar larangan berburu pada hari Sabtu. Namun, mereka mencari-cari celah dan melakukan tipu daya, sehingga Allah murkai mereka dan menjadikan sebagian dari mereka kera yang hina.
Umat Nabi Nuh awalnya hanya membuat patung untuk mengenang orang saleh. Awalnya niat mereka baik, tetapi peremehan yang terus berlanjut akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam penyembahan berhala dan kekufuran.
Kedua kisah ini menjadi pengingat bahwa sekecil apa pun pelanggaran, jika dibiarkan, akan menimbulkan kerusakan besar.
Bahaya Hati yang Meremehkan Dosa
Ada beberapa tanda bahaya pada hati yang sudah terbiasa meremehkan dosa:
1. Tidak merasa bersalah setelah melakukan maksiat.
2. Tidak segera bertaubat dan menunda-nunda.
3. Menganggap dosa sebagai hiburan atau sesuatu yang biasa.
4. Menertawakan peringatan agama dan menganggapnya berlebihan.
Hati yang seperti ini ibarat pohon kering yang mudah terbakar. Sekali terkena api, sulit dipadamkan kecuali dengan izin Allah.
Bagaimana Sikap Seorang Mukmin?
1. Selalu merasa takut terhadap dosa
Seorang mukmin sejati selalu waspada. Bukan berarti ia putus asa, tetapi ia menjaga hatinya agar tidak meremehkan kesalahan.
2. Segera bertaubat
Allah Maha Pengampun, tetapi syaratnya adalah segera bertaubat dengan sungguh-sungguh. Tidak menunda-nunda, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput.
> “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.”.(QS. An-Nur: 31)
3. Memperbanyak amal kebaikan
Dosa kecil bisa terhapus dengan amal baik, seperti wudhu, shalat, sedekah, dzikir, dan kebaikan lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapusnya.” (HR. Tirmidzi)
4. Menghargai peringatan Allah
Setiap larangan Allah, sekecil apa pun, harus dianggap penting. Karena itu tanda ketaatan sejati: tunduk kepada perintah-Nya meskipun terlihat ringan.
Penutup: Jangan Sepelekan Api Kecil
Pohon yang terbakar. Api itu mungkin berawal dari percikan kecil, tetapi mampu melahap habis pepohonan besar di sekitarnya. Begitulah dosa kecil dalam hidup seorang hamba.
Awalnya hanya sebuah pandangan, sebuah kata, sebuah langkah kecil menuju kemaksiatan. Namun, ketika dibiarkan, ia membakar hati, melemahkan iman, dan bisa menyeret manusia pada kebinasaan besar.
Maka, jangan pernah meremehkan dosa, sekecil apa pun. Jadikan hati kita selalu waspada, tunduk, dan merasa hina di hadapan Allah. Ingatlah nasihat Imam Ibnu Qayyim: dosa yang dianggap kecil oleh hamba, justru semakin besar di sisi Allah.
Semoga Allah menjaga kita dari dosa yang diremehkan, menguatkan iman kita, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang selalu bertaubat dan kembali kepada-Nya.
> “Ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang takut kepada-Mu dalam keadaan sepi maupun ramai. Jangan Engkau biarkan dosa kecil menumpuk hingga membinasakan kami. Ampunilah dosa kami, baik yang besar maupun yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi.” Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
