Kisah
Beranda » Berita » Kisah Nabi Muhammad Menelan Anggur Asam dari Pria Fakir

Kisah Nabi Muhammad Menelan Anggur Asam dari Pria Fakir

Kisah Nabi Muhammad Menelan Anggur Asam dari Pria Fakir
Ilustrasi Buah Anggur. (Gambar: Mata AI)

SURAU.CO – Suatu ketika ada seorang pria fakir yang ingin menunjukkan rasa cintanya kepada Nabi Muhammad. Walaupun ia hidup dalam kekurangan, hatinya selalu dipenuhi kerinduan untuk berbuat sesuatu yang membahagiakan Rasulullah. Ia tidak punya harta, tidak memiliki emas atau perak, bahkan pakaian pun sederhana. Namun, ia berusaha sekuat tenaga mencari sesuatu yang bisa ia persembahkan untuk manusia paling mulia di muka bumi.

Akhirnya, ia mendapatkan setandan anggur. Bukan anggur manis yang berkilau indah, melainkan anggur kecil dan asam. Dalam pandangan manusia biasa, hadiah itu mungkin tampak sepele. Namun, bagi pria fakir itu, anggur tersebut adalah harta terindah yang ia miliki saat itu. Dengan penuh semangat, ia membawa anggur itu kepada Nabi Muhammad.

Rasulullah Menerima dengan Senyum

Ketika pria fakir itu menyerahkan anggur, wajahnya berbinar. Ia merasa bahagia karena bisa memberikan sesuatu kepada Rasul yang ia cintai. Nabi Muhammad menerima hadiah itu dengan penuh kelembutan. Beliau tidak menolak, tidak pula bertanya dari mana asalnya. Beliau hanya tersenyum tulus, senyum yang mampu menenangkan siapa pun yang memandangnya.

Sahabat yang hadir di sekitar Rasulullah pun menunggu. Biasanya, jika Nabi menerima hadiah berupa makanan, beliau akan membaginya dengan para sahabat agar semuanya bisa merasakan. Namun kali ini berbeda. Nabi Muhammad langsung mengambil butir anggur itu dan memakannya satu per satu.

Butir demi butir anggur masuk ke mulut Rasulullah. Beliau mengunyahnya dengan perlahan, lalu menelannya dengan tenang. Padahal, anggur itu terasa sangat asam. Sahabat yang menyaksikan mulai heran, mengapa Nabi tidak membagikannya seperti biasa. Mereka menunggu, berharap mendapat bagian, tetapi Rasulullah justru menghabiskan seluruhnya sendirian.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Bagi sahabat, peristiwa itu terasa aneh. Namun, Nabi tetap tersenyum, tanpa memperlihatkan sedikit pun rasa tidak nyaman karena asamnya anggur. Hingga anggur terakhir habis, beliau tetap memandang pria fakir itu dengan wajah penuh kasih.

Rahasia di Balik Tindakan Nabi

Setelah pria fakir itu pulang dengan wajah bahagia, barulah sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad. Mereka penasaran mengapa beliau memakan anggur itu sendirian tanpa membagi-bagikannya, padahal biasanya setiap makanan akan dibagi bersama-sama.

Dengan kelembutan, Nabi menjawab,
“Anggur ini sangat asam. Aku khawatir jika aku membagikannya, sahabat-sahabatku mungkin menunjukkan ekspresi tidak enak atau berkata sesuatu yang bisa melukai hati orang fakir itu. Ia memberikannya dengan cinta dan ketulusan. Aku tidak ingin ia bersedih hanya karena kita merasakan asamnya anggur ini.”

Jawaban Nabi itu sejalan dengan sabdanya dalam hadis riwayat at-Tirmidzi:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi).

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Melalui peristiwa ini, kita menyaksikan langsung bagaimana Rasulullah mencontohkan akhlak yang lembut, menjaga hati, dan tidak menyakiti perasaan orang lain.

Meneladani Sikap Nabi

Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk meneladani akhlak Rasulullah. Menjaga hati orang lain adalah salah satu pelajaran penting. Rasulullah selalu mengajarkan kelembutan, bahkan dalam hal yang tampak kecil. Beliau tidak ingin ada orang yang bersedih karena sikapnya. Itulah sebabnya beliau disebut sebagai “rahmatan lil ‘alamin”.

Kisah Nabi Muhammad menelan anggur asam demi menjaga hati pria fakir adalah potret nyata dari akhlak mulia beliau. Kisah ini sederhana, namun pesannya begitu dalam. Beliau mengajarkan bahwa cinta dan ketulusan harus kita hargai, apa pun bentuknya.

Di dunia yang sering menilai sesuatu dari penampilan dan ukuran materi, kita diingatkan untuk kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan yang sejati: menghargai, menjaga hati, dan menebarkan kasih sayang.

Anggur yang asam mungkin terasa tidak enak di lidah, tetapi di tangan Nabi, ia menjadi pelajaran manis yang terus dikenang sepanjang zaman. Sebagaimana sabda beliau:

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).

(heni: Dikutip dari buku Rumah Cinta Rasul karya Dewi Ambarsari)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement