Kisah Nyata Mantan Direktur Utama PT. Telkom: Dari Puncak Jabatan hingga Ketenangan Hati.
SURAU.CO – Setiap manusia memiliki jalan hidup yang unik. Ada yang menempuh kehidupan penuh gelombang tantangan, ada pula yang menapaki jalan karier hingga mencapai puncak prestasi duniawi. Namun, pada akhirnya semua orang akan berhadapan dengan pertanyaan yang sama: apa arti kebahagiaan sejati?
Gambar di atas menampilkan sosok mantan Direktur Utama PT. Telkom Indonesia bersama istri tercintanya. Sebuah potret sederhana, jauh dari gemerlap panggung jabatan dan hiruk pikuk dunia korporasi. Dari raut wajah dan ketenangan suasana, kita dapat menangkap pesan mendalam: bahwa setinggi apapun jabatan dan seluas apapun kekuasaan yang pernah diraih, semuanya akan kembali pada kehidupan keluarga, ketenangan hati, dan kedekatan dengan Allah ﷻ.
Dari Puncak Jabatan ke Jalan Kehidupan
Menjadi Direktur Utama PT. Telkom bukanlah pencapaian kecil. Posisi itu berarti memimpin perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, yang mengatur ribuan pegawai dan mengelola aset triliunan rupiah.
Bayangkan betapa berat tanggung jawab, tekanan, dan godaan dunia yang melingkupinya. Namun, sejarah membuktikan: jabatan hanya sementara. Hari ini dipuja, besok diganti. Hari ini memimpin, besok menjadi rakyat biasa.
Itulah hukum dunia: tidak ada yang kekal selain Allah. Seorang mantan Dirut Telkom akhirnya kembali ke kehidupan yang sederhana. Bukan lagi dibicarakan media, bukan lagi menjadi pusat keputusan nasional, melainkan hidup dalam keseharian bersama keluarga, dengan senyum penuh keikhlasan.
Kebahagiaan Bukan pada Jabatan
Banyak orang mengejar karier hingga melupakan keluarga, kesehatan, bahkan ibadah. Mereka mengira jabatan adalah puncak kebahagiaan. Padahal, betapa banyak pejabat tinggi yang hidup dalam kesepian, merasa hampa meski berlimpah harta.
Kisah nyata ini mengajarkan bahwa setelah semua pangkat, gaji besar, dan fasilitas mewah sirna, yang tersisa hanyalah hati yang tenang. Dan ketenangan itu hanya datang dari Allah. Firman-Nya:
> “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Kekuatan Seorang Istri
Dalam gambar, kita melihat seorang istri yang mendampingi dengan senyum tulus. Perjalanan seorang pemimpin besar tidak lepas dari doa, kesetiaan, dan pengorbanan istri.
Ketika jabatan ada, ia tetap mendukung; ketika jabatan lepas, ia tetap setia. Inilah makna pasangan hidup yang sesungguhnya: bukan hanya bersama dalam suka, tetapi juga dalam duka.
Betapa banyak kisah sukses para pemimpin besar lahir karena doa istri dan keluarga. Rasulullah ﷺ pun mengakui, salah satu nikmat terbesar seorang laki-laki adalah memiliki istri shalihah yang menenangkan hati.
Pelajaran untuk Kita Semua
Kisah nyata mantan Direktur Utama PT. Telkom ini bukan sekadar cerita pribadi. Ia adalah cermin bagi kita semua, terutama yang masih mengejar karier atau berambisi pada dunia:
1. Jabatan itu fana. Ia datang dan pergi, jangan sampai mengorbankan akhirat demi mengejarnya.
2. Keluarga adalah harta yang sebenarnya. Pada akhirnya, merekalah yang mendampingi kita, bukan kolega atau jabatan.
3. Ketenangan hati hanya dengan iman. Dunia boleh sementara, tapi akhiratlah yang kekal.
4. Hidup sederhana setelah puncak jabatan lebih mulia. Sebab, kesederhanaan adalah tanda hati yang telah lepas dari jebakan dunia.
Penutup: Keluarga, Ibadah dan Persiapan Menuju Akhirat
Kisah ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan singkat. Dunia hanyalah ladang ujian. Setinggi apapun jabatan yang diraih, kita semua akan berakhir sama: pulang menghadap Allah, hanya membawa amal.
Maka, alangkah indahnya bila sejak sekarang kita menata niat. Jabatan boleh tinggi, karier boleh gemilang, tetapi jangan pernah melupakan keluarga, ibadah, dan persiapan menuju akhirat.
Karena pada akhirnya, yang abadi bukanlah kursi direktur utama, melainkan ridha Allah ﷻ dan pahala amal shalih. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
