Berita
Beranda » Berita » Gus Irfan Yusuf: Dari Tebuireng Menuju Kementerian Haji dan Umrah

Gus Irfan Yusuf: Dari Tebuireng Menuju Kementerian Haji dan Umrah

Gus Irfan Yusuf atau Muhammad Irfan Yusuf dilantik Presiden Prabowo sebagai Menteri Haji dan Umrah di Kabinet Merah Putih

SURAU.CO. Nama Mochamad Irfan Yusuf, atau Gus Irfan, semakin dikenal publik. Pelantikannya sebagai Menteri Haji dan Umrah oleh Presiden Prabowo Subianto pada 8 September 2025 menandai babak baru dalam kiprahnya. Kementerian yang ia pimpin merupakan lembaga baru, lahir dari transformasi Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) yang sebelumnya ia pimpin.

Kementerian Haji dan Umrah lahir setelah DPR RI mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Gus Irfan, panggilan akrabnya adalah cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, dan putra dari KH. Yusuf Hasyim. Latar belakang ini membentuknya di lingkungan pesantren sejak kecil, terutama di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Gus Irfan dan Fondasi Kepemimpinan

Gus Irfan lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 24 April 1962. Ia aktif di Tebuireng, dipercaya menjadi Sekretaris Umum Pesantren pada 1989–2006. Di sana, ia menyerap nilai-nilai adab, kesederhanaan, dan etos khidmah.

Gus Irfan juga menempuh pendidikan formal. Ia meraih gelar Sarjana Administrasi Niaga dari Universitas Brawijaya, Malang, pada 1985. Ia melanjutkan studi hingga meraih gelar Master pada 2002. Perjalanannya berlanjut ke jenjang doktoral di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan fokus pada Manajemen Pendidikan Islam. Perpaduan pesantren dan pendidikan modern membentuknya menjadi figur religius, rasional, dan terampil dalam manajemen.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Kiprah di Masyarakat: Gus Irfan Kuatkan Ekonomi Umat

Gus Irfan mendirikan Pesantren Al-Farros dan aktif di berbagai organisasi keagamaan. Ia menjabat sebagai Komisaris Utama PT BPR Tebuireng (1996–2016), yang mendukung pemberdayaan ekonomi umat.

Ia juga aktif di Lembaga Perekonomian NU serta menjadi bagian kepengurusan RMI NU Jawa Timur. Pengalaman di bidang ekonomi syariah ini sangat bermanfaat dalam mengelola penyelenggaraan haji. Haji tidak hanya persoalan ibadah, tetapi juga melibatkan logistik, keuangan, transportasi, hingga diplomasi.

Perjalanan Karir: Dari BP Haji ke Kementerian

Pada 22 Oktober 2024, Presiden Prabowo menunjuk Gus Irfan sebagai Kepala BP Haji. Ia membuktikan kemampuannya memimpin lembaga baru yang menangani persiapan jamaah haji.

DPR dan pemerintah menyepakati pembentukan Kementerian Haji dan Umrah pada 2025. Lembaga ini resmi berdiri sebagai kementerian ke-49. Gus Irfan langsung ditetapkan sebagai Menteri pertama, dengan Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai wakilnya.

Visi Gus Irfan: Tri Sukses Haji

Dalam kepemimpinannya, Gus Irfan menggagas “Tri Sukses Haji”. Pertama, sukses ritual, memastikan ibadah haji berlangsung sah, tertib, dan khusyuk. Kedua, sukses ekosistem ekonomi, memanfaatkan momentum haji untuk menggerakkan sektor halal, UMKM, dan ekonomi syariah. Ketiga, sukses peradaban, menjadikan jamaah Indonesia sebagai teladan akhlak mulia dan duta perdamaian dunia Islam.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Visi ini mencerminkan perpaduan nilai pesantren dan wawasan kebangsaan. Bagi Gus Irfan, haji adalah momentum peradaban yang melibatkan aspek sosial, ekonomi, dan spiritual.

Kepemimpinan yang Humanis: Dekat dengan Umat

Gaya kepemimpinan Gus Irfan jauh dari kesan birokratis. Ia kerap turun langsung ke lapangan, mengecek kualitas katering jamaah, memastikan aksesibilitas bagi lansia, hingga berdialog dengan para petugas.

Ia menegaskan bahwa pelayanan haji adalah ibadah, bukan hanya urusan administratif. “Negara harus hadir secara penuh untuk memastikan setiap jamaah dapat beribadah dengan aman dan tenang,” katanya. Sikap sederhana ini membuatnya dekat dengan masyarakat. Ia menggunakan bahasa lugas dan menenangkan, khas pesantren.

Tantangan di Era Modern: Menuju Haji yang Lebih Baik

Mengelola haji dan umrah di era modern tidak mudah. Tantangan pertama adalah digitalisasi layanan. Ini bertujuan agar informasi dan pendaftaran lebih transparan dan efisien. Kedua, koordinasi lintas lembaga, karena penyelenggaraan haji menyentuh diplomasi, kesehatan, hingga transportasi. Ketiga, menjaga nilai spiritual agar ibadah haji tidak kehilangan ruh ketakwaan.

Gus Irfan berusaha menjadikan kementeriannya bukan hanya mesin birokrasi, tetapi juga rumah pelayanan umat. Ia membawa napas segar dalam penyelenggaraan haji.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Santri yang Mengabdi untuk Umat

Perjalanan Gus Irfan adalah contoh bagaimana santri bisa memasuki ruang birokrasi tanpa kehilangan jati diri. Dari Tebuireng ia belajar adab dan ketulusan, dari universitas ia belajar manajemen dan sistem, dan kini ia mengabdi di panggung nasional.

Jika misinya berjalan sukses, Indonesia akan dikenal sebagai negara dengan jamaah haji terbesar. Indonesia juga akan menjadi model penyelenggaraan haji yang beradab, profesional, dan bernilai spiritual tinggi. Dalam sejarah, peran Gus Irfan, cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, akan tercatat. Ia melanjutkan jejak pengabdian untuk umat. (kareemustofa)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement