Opinion
Beranda » Berita » Sabar: Menopang Hati yang Lelah

Sabar: Menopang Hati yang Lelah

Ilustrasi sabar menopang hati yang lelah, pria duduk di sawah saat senja.
Ilustrasi manusia yang menemukan kekuatan sabar di tengah ujian hidup.

Sabar menopang hati yang lelah adalah kalimat yang sering terdengar, namun jarang sungguh-sungguh dipeluk. Di antara hiruk pikuk kota, di jalanan macet, di rumah-rumah yang sedang berjuang dengan ekonomi, sabar menjadi penopang agar manusia tidak runtuh. Imam al-Ghazālī dalam al-Arba‘īn fī Uṣūl al-Dīn menegaskan bahwa sabar adalah salah satu fondasi terbesar iman, bahkan ia disebut sebagai “separuh dari agama”.

وَالصَّبْرُ نِصْفُ الْإِيمَانِ، فَإِنَّ الْإِيمَانَ نِصْفَانِ: نِصْفٌ صَبْرٌ، وَنِصْفٌ شُكْرٌ
Sabar adalah separuh iman, sebab iman itu terbagi dua: separuhnya sabar, dan separuhnya syukur.

Kalimat ini menjelaskan betapa besar nilai sabar, bukan sekadar menahan marah, tapi juga menerima ujian hidup dengan lapang dada.

Luka yang Membentuk Cahaya

Di sebuah desa di Jawa Tengah, seorang petani bercerita tentang musim kemarau panjang. Lahan padi kering, air sumur menyusut, namun ia tetap datang ke sawah setiap pagi. “Kalau aku berhenti, siapa tahu justru hujan datang besok?” katanya. Ucapannya sederhana, tetapi mengandung sabar yang tak terhitung nilainya.

Kisah ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)

Maknanya jelas: sabar bukan sekadar bertahan, tetapi merasakan kehadiran Allah di tengah penderitaan.

Kadang hati manusia berdialog dalam sunyi:

“Mengapa hidupku begitu berat?”

“Karena kau sedang diuji.”

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

“Lalu sampai kapan aku harus sabar?”

“Sampai sabar itu menjadi nafasmu.”

Dialog ini adalah pengingat bahwa sabar bukan batas waktu, tapi perjalanan jiwa yang terus berjalan.

Rahasia Sabar Menurut Al-Ghazālī

Dalam al-Arba‘īn, Imam al-Ghazālī menulis:

وَالصَّبْرُ هُوَ حَبْسُ النَّفْسِ عَنْ شَهَوَاتِهَا، وَإِمْسَاكُهَا عَنِ الْجَزَعِ وَالتَّسَخُّطِ
Sabar adalah menahan diri dari syahwat, serta menjaga jiwa dari keluh kesah dan amarah.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Artinya, sabar tidak hanya berarti “pasrah” atau “diam”, melainkan kendali penuh terhadap diri agar tidak larut dalam keluhan dan nafsu.

Psikologi modern menegaskan pentingnya daya tahan (resilience) dalam menghadapi stres hidup. Penelitian oleh Tugade & Fredrickson (2004) menunjukkan bahwa orang yang mampu “menahan diri” dalam situasi sulit, justru lebih cepat pulih dan tumbuh. Dalam Islam, konsep ini sudah lama hidup dengan nama sabar.

Al-Ghazālī menambahkan:

وَالصَّبْرُ يَتَعَدَّدُ أَنْوَاعُهُ: صَبْرٌ عَلَى الْمَصَائِبِ، وَصَبْرٌ عَلَى الطَّاعَاتِ، وَصَبْرٌ عَنِ الْمَعَاصِي
Sabar itu ada tiga: sabar menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan, dan sabar menahan diri dari maksiat.

Dengan begitu, sabar bukan hanya ketika sakit atau miskin, tetapi juga saat kita gigih bangun malam meski kantuk, atau menahan diri dari gosip ketika lidah gatal ingin bicara.

Sabar itu seperti akar pohon.
Ia tidak terlihat, tapi menopang batang agar tetap kokoh menghadapi badai.

Langkah Praktis

  1. Tarik nafas dalam ketika ujian datang – rasakan bahwa Allah dekat.
  2. Buat doa pendek penguat jiwa, misalnya: “Ya Allah, lapangkan hatiku.”
  3. Alihkan energi pada amal kecil, seperti senyum atau sedekah.
  4. Tulis rasa lelahmu dalam jurnal, agar tidak hanya mengendap di hati.
  5. Latih kesabaran lewat rutinitas kecil, misalnya antre dengan tenang.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
Tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan: sabar adalah hadiah, bukan beban. Barang siapa mampu bersabar, sesungguhnya ia telah mendapatkan anugerah yang luas dari Allah.

Imam al-Ghazālī kembali menutup dengan peringatan indah:

مَنْ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى مُرِّ الدَّوَاءِ لَمْ يَظْفَرْ بِلَذَّةِ الشِّفَاءِ
Siapa yang tidak sabar menelan pahitnya obat, ia tidak akan merasakan nikmatnya kesembuhan.

Begitu pula hidup ini: tanpa sabar, luka tidak akan sembuh, jiwa tidak akan tenang.

اللهم ارزقنا الصبر الجميل، وامنح قلوبنا الطمأنينة في مواجهة كل بلاء.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami sabar yang indah, dan tenangkan hati kami dalam menghadapi setiap ujian hidup.

 

* Sugianto al-jawi

Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement