Ibadah
Beranda » Berita » Istri Shalehah Menjadi Penyejuk Hati

Istri Shalehah Menjadi Penyejuk Hati

Istri Shalehah Menjadi Penyejuk Hati

Istri Shalehah Menjadi Penyejuk Hati.

SURAU.CO – Dalam perjalanan hidup Rasulullah ﷺ, sosok yang paling setia mendampingi beliau di masa-masa sulit adalah Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Ia bukan hanya seorang istri, tetapi juga seorang sahabat, penopang, sekaligus penyejuk hati. Kata-kata penghibur dan nasihatnya senantiasa meneguhkan hati Rasulullah ﷺ, terlebih ketika beliau menghadapi kegelisahan besar setelah menerima wahyu pertama.

Khadijah Radhiyallahu ‘anha dengan penuh keyakinan berkata:

“Sekali-kali tidak, bergembiralah demi Allah. Sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan tamu, dan menolong orang-orang yang terkena musibah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Peran Istri Shalehah dalam Rumah Tangga

Dari nasihat ini, kita belajar bahwa istri shalehah bukan hanya pendamping hidup, tetapi juga penguat iman, penyemangat dakwah, dan penghibur hati suami di kala duka.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Ia hadir bukan sekadar untuk berbagi kebahagiaan, tetapi juga untuk menenangkan ketika suami goyah.

Ia bukan hanya sosok yang taat beribadah, tetapi juga menjadi sumber kekuatan moral dan spiritual bagi keluarganya.

Kekuatan Lembut yang Mengokohkan: Nasihat Khadijah radhiyallahu ‘anha menunjukkan betapa pentingnya kata-kata yang menyejukkan. Dengan kelembutan, ia mampu menguatkan Rasulullah ﷺ yang sedang gelisah. Hal ini menjadi teladan bahwa istri shalehah adalah tiang rumah tangga—dengan tutur kata lembut, doa yang tulus, dan akhlak yang mulia.

Pesan Bagi Kita

1. Bagi para istri: Belajarlah dari keteguhan hati Khadijah radhiyallahu ‘anha. Jadilah penyejuk hati, bukan sumber kegelisahan. Jadilah pendukung suami dalam ketaatan kepada Allah.

2. Bagi para suami: Hargailah istri shalehah yang Allah anugerahkan. Doakan agar ia tetap istiqamah dalam kebaikan, sebab keberadaannya adalah nikmat besar yang jarang disadari.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

3. Bagi kita semua: Rumah tangga yang penuh keberkahan lahir dari saling menguatkan dalam kebaikan, bukan saling melemahkan dengan keluhan dan amarah.

Penutup: Sebaik-baiknya Perhiasan Dunia Ialah Wanita Shalehah

Seorang istri shalehah adalah anugerah yang tak ternilai. Ia bagaikan pelita dalam gelap, penyejuk hati dalam resah, dan penopang dalam perjuangan.

Sebagaimana Khadijah Radhiyallahu ‘anha menjadi penyejuk hati Rasulullah ﷺ, semoga setiap Muslimah berusaha meneladani sifat ini, dan setiap Muslim menghargai keberadaan pasangan yang Allah titipkan.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah.” (HR. Muslim)

 

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

 

 


Bersyukur: Jalan Bertambahnya Nikmat

Alhamdulillah, kita memasuki hari Selasa, 16 Rabi’ul Awal 1447 H bertepatan dengan 8 September 2025 M. Hari baru, kesempatan baru, dan nikmat Allah yang senantiasa melimpah.

Namun seringkali manusia merasa sempit, merasa kekurangan, bahkan mengeluh bahwa hidupnya sulit. Padahal, sebagaimana pesan dalam QS. Ibrahim ayat 7, Allah Ta’ala sudah menjanjikan:

> “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat berat.”

Bukan nikmatnya yang kurang, tetapi rasa syukur kita yang sedikit.
Berapa banyak dari kita yang masih bisa menghirup udara segar tanpa harus membayar? Masih bisa melangkahkan kaki, mendengar suara, atau bahkan sekadar tersenyum kepada orang lain. Semua itu adalah nikmat yang sering kita abaikan.

Syukur membuka pintu rezeki.
Allah menjanjikan penambahan nikmat bagi hamba-Nya yang bersyukur. Bentuk syukur itu tidak hanya dengan ucapan “Alhamdulillah”, tetapi juga dengan memanfaatkan nikmat sesuai fungsinya: sehat untuk ibadah, harta untuk berbagi, ilmu untuk mengajar, dan waktu untuk kebaikan.

Kufur nikmat menutup keberkahan.
Sebaliknya, ketika kita mengeluh, membandingkan hidup dengan orang lain, atau tidak menghargai pemberian Allah, kita sedang menutup pintu keberkahan. Hati menjadi sempit, rezeki terasa berat, dan jiwa semakin jauh dari ketenteraman.

Mari kita mulai hari ini dengan memperbanyak syukur. Syukur atas keluarga yang menemani, atas sahabat yang mendukung, atas kesempatan untuk belajar, bahkan atas ujian yang mendewasakan.

Karena sejatinya, orang yang bersyukur tidak pernah merasa kekurangan, sementara orang yang kufur tidak pernah merasa cukup.

Semoga Allah jadikan kita hamba-hamba yang pandai bersyukur, sehingga nikmat-Nya terus bertambah, dan hidup kita penuh keberkahan dunia hingga akhirat. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement